Beberapa tahun setelah tragedi yang menimpa Ia dan teman masa kecilnya.
Aki bertemu kembali dengan teman masa kecilnya yaitu Itsuki yang memiliki nilai tertinggi saat ujian masuk.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Ki cepat bangun nanti terlambat." Suara Ibu berasal dari dapur tempat kami makan seperti biasa.
Aku berjalan menuruni tangga, kemudian duduk di samping kak Akira.
"Pagi Kak."
"Pagi Ki." Kak Akira melanjutkan makan tetapi dengan mulut terus berbicara. "Ngomong-ngomong Sekarang upacara penerimaan kan..?"
"Iyah kak" Mulut ku penuh dengan makanan.
"Semangat yah, Upacaranya...."
"Tentu saja."
Tangan kak Akira tiba-tiba mengelus kepala ku "Itu baru Adik Kakak."
Setelah selesai sarapan aku melangkahkan kaki keluar rumah
"Aku berangkat."
"Hati-hati dijalan" Timbal ibu
~
Oh iya hampir lupa, perkenalkan aku Sakurada Aki. Sekarang duduk di kelas Satu di SMA kedua.
Seorang perempuan tiba-tiba menyapa dari belakang. "Pagi Aki."
"Oh, pagi juga Karin."
Ia Hirakino Karin biasa ku panggil karin. Kami sudah berteman dari kelas satu SMP. Ia seorang gadis dengan rambut hitam legam yang sebagian diikat ke belakang.
"Jadi begini Hari pertama masuk SMA bikin gugup aja." Ucap karin
"Berusahalah bersikap seperti Siswi SMA biasa." timbal ku
"Baiklah."
Tanpa sadar kami sudah berjalan sampai melewati gerbang dan tepat di depan kami sekarang merupakan papan pengumuman pembagian kelas.
"Mudah-mudahan kita sekelas yah Ki" kata Karin sambil melirik ke arahku
"Kita emang sekelas kok, liat tuh." aku membalaskan tatapan Karin sambil menunjuk ke arah papan pengumuman.
"Eh.." Jawabnya kebingungan.
Karin memandang papan tersebut setelah beberapa detik , tiba-tiba Karin memelukku.
"Syukur lah kita sekelas lagi."
"Artinya ini menjadi yang ke empat kali kita di kelas yang sama." kataku
"Ayo Ketempat upacara sebentar lagi dimulai." lanjutku.
Karin melepaskan pelukannya. "Baik."
~
Kami berjalan menuju lapangan upacara yang masih luang dikarenakan baru beberapa saat yang lalu bel tanda masuk berbunyi. Kami berjalan melewati beberapa murid dan berdiri di tengah-tengah barisan kelas. Sesaat setelah aku mendapatkan posisi aku mendengar beberapa bisik-bisik dari siswi-siswi kelas sebelah
