One

74 4 3
                                    

"Hai, sayang."

Aku tersenyum pada sang pemilik suara yang kini mendekat.

"Hai juga, sayang."

Aku melemparkan senyum terbaikku. Jungkook tertawa kecil lalu mengambil tempat di depanku.

"Sudah lama?"

Aku mengangguk pelan sambil menyesap minuman di depanku.

"Dasar lelet. Kau tidak selingkuh, kan?"

Matanya berubah menjadi sipit karena tawa manisnya. Salah satu melodi terbaik yang diciptakan Tuhan.

"Aigoo, kau cemburu pada Jimin? Yang benar saja."

Aku terkekeh lalu menatap obsidian hitamnya. Ia menatapku balik sebelum menggelengkan kepalanya.

"Ihh lucunyaa. Don't worry babe, i'm yours. Muah."

Aku menggigiti sedotanku dengan jantung yang berdebar makin kencang. Aku berharap Jungkook tidak mendengarnya.

"Aww..pipimu merah begitu. I really want to kiss you right now."

"Jungkook! Berhenti menggodaku!"

Tawanya mengalun indah membuat degupan ini ikut mengiringi melodinya.

Ia memandang keluar jendela sebelum menghembuskan nafasnya perlahan.

"Ah..sudah sore. Let's go home, babe."

Jungkook bangkit dari tempat duduknya. Tangannya terulur dengan senyuman manis yang tidak pernah lepas dari bibirnya.

Aku hanya duduk dan memandanginya dengan senyum tipis. Tapi itu tidak membuatnya berhenti tersenyum.

Jungkook menatapku dan mengerutkan keningnya.

"Kau tidak mau pulang?"













































"Tidak. Kalian duluan saja. Masih ada yang ingin kukerjakan disini."

Aku melambaikan tanganku pada Jungkook yang kini berbalik menuju pintu keluar.

Alunan tawanya masih terdengar. Membuatku sadar seketika.

Tawa itu bukan untukku.

Senyum itu bukan untukku.

Tangan itu juga bukan untukku.









Jeon Jungkook.. bukan untukku.

**

Wow.
Yes, ini receh sekali.
But, your vomments sangat teramat berarti buat gue :)
Kritik dan saran diterima karena yang nulisnya ini masih sangat amatir.
Well, duh, hope you guys really enjoy my story ^^

Want And Resent -jjkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang