Cinta dan Senja

2.3K 67 3
                                    

Didedikasikan untuk kak Sa_saki .

Hay Kak Sa_saki aku coba ikutan give away yang kakak adain nih. Hehe moga aja masuk kedalam kriteria penilaian kakak...#ngarep_eh

Oh ya Kak, aku terinspirasi sama cerita kakak yang judulnya #Cintadansenja. Aku ngepens banget tauuuuu sama mereka berdua. Andaikan aku jadi Cintanya, haha ngayal #bhakk

Happy reading Kak Saki...

---------------------

Cinta POV

        4 tahun, 192 minggu, 1.440 hari dan 8 jam sudah si Irgi menyebalkan itu pergi meninggalkan aku di kota kelahiranku ini. Dia pergi karena ulahku. Dan ujung-ujungnya malah aku sendiri jadi uring-uringan karenanya.

Sebenarnya bukan salah Irgi juga kenapa hidupku tiba-tiba berubah menjadi kacau begitu setelah dia pergi, itu salahku. Iya, semuanya salahku kok, puas 'Kan kalian semua!

Aku yang membuat Irgi pergi meninggalkanku, aku juga yang membuatnya benci kepadaku dan aku juga lah orang yang membuatnya ...  kecewa. Seandainya dulu aku tidak bersikap egois padanya. Mungkin, saat ini aku masih bisa setiap hari melihat senyuman Irgi yang membuat dirinya terlihat begitu tampan di mataku. Aku rindu tingkah jahilnya yang membuatku dulu sering berantem dengannya, bahkan aku masih ingat gara-gara kejahilannya itu aku sampai mendiamkannya beberapa hari karena kesal dengan tingkahnya.

Aku rindu saat Irgi memarahiku ketika aku mengabaikan nasehatnya, mengabaikan keberadaannya. Aku juga sangat rindu, ketika Irgi menenangkanku saat aku menangis. Dia sahabatku sekaligus cinta pertamaku. Ternyata aku begitu merindukannya, merindukan semua apa yang ada pada dirinya. Dan sekarang, aku menyesal telah membuat satu-satunya orang yang begitu tulus menyayangiku pergi.

"Aku kangen kamu, Irgi! kapan kamu kembali?"

Bisikan dewi batinku seolah mengejek harapanku, untuk apa dia kembali kalau yang menyebabkan dia pergi itu orangnya aku sendiri.

Kuakui hidupku begitu sepi tanpa kehadirannya sejak tahun pertama Irgi meninggalkanku. Hari-hari kulalui terasa berat tanpa sosoknya disisiku. Aku sudah terbiasa merasakan keberadaannya yang selalu merecokiku, merecoki apapun hal yang ingin aku lakukan. Sehingga tanpa dia, aku benar-benar hampa, seperti pepatah yang mengatakan 'Hidup segan, matipun tak mau'.

Itu salahmu, Cinta! semua salahmu! kau begitu bodoh saat Irgi memintamu  menjadi belahan jiwanya untuk yang kedua kalinya setelah kau kabur ke Bogor tempo hari. Catat! yang kedua kalinya. Dia sungguh-sungguh mencintaimu, Cinta. Kenapa kau tidak bisa membedakannya, dia bukan Dimas yang hanya memanfaatkanmu demi cintanya pada Bilqish. Dia juga bukan Revan, sang biang onar yang kerjaannya suka bikin rusuh di kelasmu. Dia Irgi, cinta pertamamu. Kenapa kau malah menolaknya, Cinta! Kenapa?!

Iya. Kuakui aku sungguh menyesal. Waktu itu yang kupikirkan hanya satu, aku tidak bisa menjadi bagian dari hidup Irgi karena dia hanya menjadikanku sebagai bayang-bayang Kak Bi.

Dan sekarang kamu bilang menyesal?

  Sungguh! Apa tidak cukup balasan yang kudapatkan karena keegoisanku dimasa lalu. Apa tidak cukup melihatku begitu menderita karena kebodohanku! menyesalpun sepertinya sudah tidak ada gunanya lagi. Mungkin semuanya sudah terlambat untukku meminta maaf kepadanya. Terlambat untuk mengucapkan kalau aku ... sangat mencintainya.

Untuk apa kau meminta maaf kepadanya, Cinta? Kau pikir Irgi akan memaafkanmu. Kamu terlambat, Cinta. Tidak ada kata maaf lagi untuk dirimu. Kamu pikir, kamu satu-satunya gadis di dunia ini yang Irgi cintai? kamu salah, Cinta. Begitu banyak gadis-gadis cerdas diluaran sana yang ingin mendapatkan cintanya Irgi. Sudah pasti Irgi akan menerima mereka dengan senang hati.

Tahun kedua Irgi meninggalkanku, aku masih sama seperti tahun pertama, aku belum bisa melupakan sosoknya diingatanku. Bahkan setiap malam wajah Irgi selalu datang menghantui mimpi-mimpiku. Kalau begini caranya bagaimana aku bisa move on sepenuhnya dari Irgi?!

Begitu juga tahun ketiga sampai tahun keempat yang berarti tahun ini, ugh! sepertinya aku sudah mulai gila karena terlalu mengharapkan kehadirannya yang tiba-tiba muncul dihadapanku.

Kau pikir kisah cintamu itu seperti layaknya cerita novel yang sering kau baca, Cinta. Wake up, please! ini di dunia nyata, bukan sedang di dunia dongeng. Jadi jangan mengada-ada ingin menyamakan kisah cintamu dengan tokoh di dalam cerita novel roman. Oke.

Entah sudah keberapa kalinya aku menghembuskan napas kesalku, efek gagal move on barangkali. Aku terdiam sebentar memikirkan sesuatu, mungkin sekarang saatnya aku mulai melupakan sosok Irgi di ingatanku. Aku tidak mungkin kan terus-terusan mengharapkan orang yang sudah kusakiti, dasar Cinta bego! makiku pada diri sendiri sambil berjalan menunduk menatap sepatu flat shoesku yang hari ini berwarna peach.
Ah ya, aku terpaksa jalan kaki sore ini berhubung taksi yang tadi aku tumpangi tiba-tiba mogok ditengah jalan.

Ah nasib! naik taksi saja harus ada acara gangguan segala sih. Errr...

BRAAKKK

Astaga bisa-bisa jantungku berhenti bekerja saat ini juga. Tak menyangka aku tiba-tiba terpental beberapa centi dari tempat awal kuberdiri. Aku meringis saat menyadari lututku mengeluarkan darah segar. Perih, itulah hal pertama yang aku rasakan.

"Maaf, sepertinya anda sedang melamun tadi saat berjalan-" Orang itu tidak jadi melanjutkan ucapannya. Dia diam.

Tapi sepertinya aku mengenal suaranya, walau sekarang banyak berubah tapi...

Suara itu?

Aku buru-buru mendongak mengalihkan perhatianku pada orang yang baru saja menabrakku, eh lebih tepatnya menyerempetku. Mataku seketika membulat dengan sendirinya saat menyadari siapa orang itu.

Irgi.

"I-irgi? kamu kah itu?" ujarku sedikit tidak percaya dengan apa yang aku lihat. Ini sungguh seperti mimpi. Atau jangan-jangan aku beneran lagi bermimpi. Tak sadar aku mencubit lenganku sedikit keras. Ough! sakit ternyata.

Kukira Irgi akan langsung pergi meninggalkanku saat menyadari aku lah orang yang dia tabrak, tapi lagi-lagi prasangkaku salah. Dia tersenyum, jenis senyuman yang biasa dulu Irgi tunjukkan padaku. Tak terasa air mataku turun begitu saja saat melihatnya nyata ada dihadapanku.

Tak menunggu Irgi memelukku, aku sudah lebih dulu memeluknya dengan erat. Memeluk tubuhnya yang sudah banyak berubah selama hampir 4 tahun lamanya, "Irgi, aku kangen banget sama kamu. Maafin aku, please? " kataku sambil terisak yang tak bisa lagi menahan sesak di hatiku. Rasanya? jangan tanyakan lagi, semua rasa bercampur jadi satu disitu.

Irgi membalas pelukanku tak kalah erat, mungkin dia juga merindukanku. Eh, bolehkah aku sedikit berharap? ah Cinta Bagaskara, jangan kepedean dulu deh siapa tahu Irgi hanya sedang mengasihanimu. Kan hati pendengkiku malah menghianatiku.

Tiba-tiba Irgi melepaskan pelukanku, awalnya aku merasa kecewa tapi sebelum hal berikutnya yang membuatku melongo takjub adalah Irgi berlutut di hadapanku sambil menyodorkan kotak beludru berwarna merah marun berisi cincin putih  bermata berlian asli menempel cantik pas dibagian tengahnya kepadaku.

"Will you marry me, Cinta Bagaskara?" Katanya yang membuatku tidak berhenti untuk tersenyum lebar saking bahagianya.

Ah manis banget kan, Irgi! Woaaaaa ... aku gak menyangka Irgi bakal melamarku secepat ini? aku padamu, IRGIAN SENJA DIPETRA! Aku padamu!!


END.
-----------------

Halo Kak Sa_saki maap ya endingnya kurang greget. Hihii  mohon koreksinya Kak sakii. Anu maklum belum ada bakat untuk nulis eh... baru belajar xoxo😊

One-shootTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang