Pertemuan Pertama

63 11 9
                                    

"Zhena Andrasta!"

James berlari ke arah Cody sambil membawa beberapa lembar kertas di tangannya. Cody yang sibuk dengan peralatan komputer miliknya seketika langsung melebarkan matanya kaget dan memutar kursinya.

"Lihat. Zhena Andrasta. Dia yang kau cari!" Ujar James sembari menyerahkan kertas itu.

Cody mengambil kertas dari tangan James dan segera menyimpan data tersebut ke komputernya. Di sekelilingnya banyak terdapat alat-alat elektronik yang entah apa namanya. Dia layaknya seorang agen disini.

"Dari mana kau dapatkan ini, James? Aku bahkan cukup sulit menemukannya dengan benda-benda canggih ini." Cody masih mengetik. Dia sedikit tidak percaya James bisa menemukan yang dia cari.

Zhena andrasta. Lahir di Jakarta pada tanggal 12 November 1994. Bekerja sebagai barista di Berlyn's Coffe. Tinggal di kosan putri milik Ibu Ratna di daerah Jakarta Selatan dengan nomor kamar 8. Peracik kopi yang cukup hebat.

"Hei! Jangan meremehkanku,sobat. Aku ini pintar merayu wanita."

"Apa?! Hanya dengan rayuanmu, kau mendapatkannya?! Bagaimana bisa?!" James mengangguk sombong.

"Aku tak sengaja bertemu dengan seorang wanita di sebuah kedai makanan. Dia salah satu pekerja disana-yah, hanya sebagai tukang bersih-bersih- tapi dia mengenal Zhena ketika aku bertanya padanya. Lalu dengan mudah, dia memberiku informasi ini. Ternyata Zhena adalah seorang barista di kedai Berlyn's Coffe."

"Lalu, apa gunanya semua benda-benda ini?! Aku telah membuang-buang waktu."

"Come on, man! Kau tunggu apalagi?" James mengambil kunci lalu segera pergi ke garasi mobil.

"Oh. Okey wait!" Cody mengambil kertas yang berisi data dimana tempat Zhena berada. Tak lupa dengan jaket kulitnya. Ia berlari menyusul James.

Pada siang menjelang sore seperti sekarang ini, rasanya sangat cocok untuk membaringkan tubuh di atas kasur empuknya. Apalagi ditambah cuaca yang sedikit berawan. Namun sayangnya, itu cukup mustahil bagi Zhena. Karena gadis berambut coklat ikal ini harus menyelesaikan pekerjaannya hingga malam nanti.

Menjadi barista di sebuah kedai kopi cukup terkenal-Berlyn's Coffe-memang tidak mudah. Karena pelanggan berdatangan tak henti-hentinya. Tapi dia senang dengan pekerjaan ini. Ini tempat yang cukup menyenangkan. Apalagi dia sangat suka dengan kopi. Para pekerja disini sangat ramah dan friendly. Begitupun pemilik kedai ini. Dia seorang pria tampan yang baik, tegas, dan ramah. Tak heran jika para pekerja sangat senang bekerja di tempat ini.

Ting!

Suara pintu terbuka menandakan ada pelanggan yang masuk.

Zhena melihat dua orang pria masuk dengan sedikit tergesa. Tapi sedetik kemudian, ketika pria berjaket kulit melihat kearahnya, dia langsung berjalan dengan santai diikuti oleh rekannya. Lalu mencari lokasi tempat duduk yang sedikit sepi. Aneh.

Zhena kembali melanjutkan pekerjaannya. Sebelum itu, Zhena sempat melihat Arlin-teman kosnya-tengah berjalan menuju dua pria tersebut.

Zhena fokus melayani seorang wanita yang memesan Espresso. Setelah selesai dibuat, wanita itu memberikan selembar uang 50 ribu dan selembar uang 5 ribu. Sampai akhirnya Arlin menghampiri.

"Zhen, mereka mencarimu." Ujar Arlin, gadis yang berambut hitam pekat.

"Mereka? Mereka yang mana?" Ucap Zhena sambil merapikan penampilannya. Ini hanya semata-mata karena dia sangat menghormati tamu yang mencarinya dengan penampilan yang bersih.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 05 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Save Me BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang