Kala itu, derai rintik hujan membasahi alam muka bumi. Tidak ada cahaya, hanya suara petir yang berlomba-lomba saling menyambar. Gemuruhnya suara petir menggema di dalam kelas yang sepi dan sunyi. Hanya aroma petrichor yang tertangkap oleh indera penciuman.Saat-saat seperti inilah yang paling disukai oleh Duka. Hening, sendiri, tanpa ada orang sama sekali. Cowok bermata hazel itu selalu datang saat belum ada satu orang pun yang datang. Termasuk penjaga sekolah. Duka memasuki sekolah tidak melalui pintu gerbang, melainkan memanjat pagar sekolah yang cukup tinggi. Satu tujuannya, ia tidak ingin terlihat oleh orang-orang kecuali teman satu kelasnya.
Duka menenggelamkan seluruh wajahnya di lipatan kedua tangannya. Ini adalah salah satu rutinitasnya sebelum jam pelajaran dimulai. Tertidur, namun tetap terjaga karena kemampuannya. Kemampuan yang ia benci, penyebab dari semuanya. Penyebab dari dirinya yang tidak mempercayai adanya kebahagiaan.
Telinganya memiliki kemampuan yang tidak dimiliki oleh orang lain. Telinganya dapat mendengarkan suara yang berbunyi dari jarak yang jauh. Seperti saat ini, ia mulai mendengar suara derap langkah kaki dan suara besi yang bergesekan. 'Udah mulai pada dateng nih' batinnya.
Duka mengambil headphone-nya yang berada di dalam tas biru dongker miliknya. Memakainya untuk menghindari suara-suara yang dapat memekakan telinganya.
Bayangkan, suara bisik-bisik teman-temannya seperti suara speaker atau TOA jika ia tidak memakai headphone.
Duka kembali pada posisinya. Kali ini ia sengaja terjaga agar tidak terlihat oleh orang yang berada dikelas. Berusaha sebisa mungkin agar dirinya tidak dianggap, kecuali oleh guru.
Namun betapa sialnya ia, ketika kelas mulai ramai ia mendengar sebuah percakapan. Percakapan yang sangat menyinggung dirinya.
'Eh, tadi gue baca deh berita di koran, hot news banget loh'
'Serius lo? Berita apa? Selebriti? Cogan? Aaaaa cerita dong'
'Yaampun, otak lo tuh isinya cogan cogan dan cogan. Ini tuh bener-bener berita tau!'
'Hehehe.. Maaf lah gue gak pernah baca atau liat berita. Yang ada gosip'
'Ish'
'So? Cerita apa sih'
'Gue baca berita pembunuhan! Tentang anak yang membunuh kedua orangtuanya sendiri! Gila gak tuh?'
'Ih kok gitu ya? Sumpah, jahat banget deh'
Duka yang mendengar itu memejamkan matanya kuat-kuat. Tangannya sudah mengepal, siap mencari pelampiasan. Matanya mulai memerah. Tidak ada yang tahu, bahkan suhu badannya mulai memanas.
Flashback On
Sore itu, Duka sedang jalan-jalan bersama kedua orangtuanya. Wajahnya bahagia, sangat bahagia. Terkadang, Duka kecil menanyakan sesuatu yang tidak penting. Seperti mengapa dedaunan itu berjatuhan, Apakah semut yang sedang berjalan itu memiliki rumah, atau siapakah yang pertama kali menanam pohon didunia.
Terlihat jelas, bahwa Duka kecil adalah seorang anak yang periang. Tidak tahu apa itu masalah, tidak punya beban hidup dan ingin mengetahui semua yang didengarnya.
"Mamah, aku mau esklim stobeli"
"Eh? Duka mau es krim strawberry?"
Duka hanya mengangguk sambil tersenyum lebar. Lalu menatap ibunya yang berjalan menuju kedai ice cream.
Tatapannya beralih pada sang ayah. Ayahnya tidak pernah berbicara padanya. Matanya hanya terfokus pada handphone, tab, atau laptop. Jika Duka mengajaknya berbicara, ayahnya tidak pernah menjawabnya. Begitupun dengan ibunya, hanya dijawab dengan singkat tanpa adanya penjelasan panjang seperti suami-istri lainnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Saat Duka dan Lara Bertemu [One Shoot]
Short StoryAndaraja Paduka adalah cowok anti sosial yang menganggap kebahagiaan itu tidak pernah ada. Duka--begitu orang memanggilnya-- merasa bahwa tidak ada kehidupan yang menyenangkan. Semuanya gelap, tak terlihat. Claranita Geanova adalah cewek yang tidak...