Part 2 (Second Meeting)

4.6K 310 84
                                    

Assalaamualaikum... Maafkan saya karena belum bisa ngepost next part BMRG!! Lagi stuck dan ljuga waktunya kudu dibagi-bagi!! Kalo awal puasa kemarin mah enak, liburrrr!! Lha sekarang kudu jaga PPDB disekolah!! Sabar yakkk yang nungguin BMRG!!

Ini dulu aja ya, Neng Maza sama Gus Fadlinya dulu! By the way, ini cerita nggak bakalan panjang-panjang ya!! sekedar pelepas kejenuhan saya dalam nulis BMRG. Jadi paling Cuma beberapa part saja sudah End! Jadi pantengin terus ya, DDM lovers, mana suaranyaaa???? Krik-krik... krik-krik... Lha kok sepi? Ya sudahlah tidak apa-apa! :D

Happy reading guys!! Jazakumullah ahsanal jaza'

***

Fadli' POV

Ini adalah hari dari kesekian deretan panjang hari yang masih harus ku lalui demi menjalankan masa bhaktiku sebagai dokter koas sebelum benar-benar lulus. Aku tidak pernah benar-benar mengeluh, karena sejujurnya aku memang cukup menikmati apa pun yang ku kerjakan saat ini. Termasuk mencatat identitas beberapa jenazah yang sudah sekian hari belum juga dijemput oleh pihak keluarganya. Miris sebenarnya, karena bahkan ada beberapa diantaranya yang sudah hampir dua hari namun belum juga ada pihak yang mau mengurus kepulangannya. Dimana sebenarnya keluarganya? Tidakkah mereka ingin memberikan penghormatan terakhir kepadanya?

Aku tidak bisa membayangkan kalau seandainya berada dalam posisinya. Sendirian dan berharap dengan sangat untuk segera dikebumikan dan mendapatkan hak-hak sebagai jenazah pada umumnya yang sudah searusnya didapatkannya sejak beberapa waktu yang lalu. Namun faktanya tak seorangpun yang mampu mendengar jeritannya sekalipun. Hanya bisa diam dan menunggu. Padahal semakin cepat disemayamkan secara layak, semakin cepat pula dia dapat mendapatkan ketenangannya dialam sana. Cukup, semakin lama berada diantara beberapa jenazah ini membuat hatiku kian teriris.

Sungguh nyawa manusia dizaman ini kian tidak ada harganya. Pembunuhan dimana-mana. Pemerkosaan, perampokan, tawuran, perdebatan, bahkan percekcokan kecil pun mampu menghasilkan akhir yang hampir selalu sama. Kematian. Entah apa yang ada difikran para pelaku pembunuhan itu saat dengan tanpa berat hati mengayunkan kekuatan dan senjatanya untuk menghilangkan nyawa seorang makhluk yang bahkan dianggap oleh sang Maha Pencipta sebagai makhluk yang jauh lebih sempurna dibandingkan para malaikat yang bahkan tidak sedikitpun diberikan hawa nafsu dalam penciptaannya.

Aku kembali mengangkat keranjang yang berisi berbagai macam buah yang memang sengaja ku beli tadi pagi utuk ku bagikan kepada para pasien kamar rendahan yang ku duga cukup kesulitan untuk mendapatkan asupan seperti ini setiap harinya. Bukan-bukan!! Aku bukannya hendak merendahkan mereka, hanya ingin sedikit membantu. Tidak kurang dan tidak lebih. Itu saja. Melirik kembali deretan manusia-manusia yang kini telah tak bernyawa itu, hanya sekedar memastikan kalau-kalau aku tidak meninggalkan benda apa pun yang justru nantinya akan membuat kekacauan dirumah sakit ini. Ahhh, ngomong-ngomong soal kekacauan. Aku jadi ingat kejadian yang cukup menghebohkan seluruh staff rumah sakit ini beberapa minggu yang lalu. Tepat satu bulan sejak aku mulai menginjak rumah sakit ini.

Dr. Afif, salah seorang temanku juga. Dr. Koas dengan perawakan tinggi dan badan sekekar itu pun hampir-hampir dibuat pingsan saat dengan tidak sengaja meninggalkan ponselnya saat melakukan pengecekan rutin di kamar jenazah. Entahlah, dengan siapa dia mendapatkan jadwal piketnya hari itu. Tapi yang pasti saat itu dia menuju ke ruang jenazah berdua bersama rekannya dan menjalankan tugas sebagaimana mestinya. Namun entah ada keperluan apa, sehingga dia keluar duluan dan baru menyadari kalau ponselnya tertinggal dikamar jenazah.

Untuk memastikan dugaannya, dia mencoba menghubungi ponselnya dengan menggunakan ponselku. Dia bahkan sudah sempat tersenyum saat mendengar seseorang mengangkat panggilannya disana. Namun setelah beberapa saat dia terus menyerukan kata 'halo' hingga berkali-kali. Tapi tidak juga sekalipun ada suara yang menyahutinya. Masih penasaran, akhirnya dia mengajakku kembali kekamar jenazah dan mencari ponselnya sekaligus melancarkan protes pada rekannya yang katanya tadi bertugas bersamanya karena tidak juga mau menyahuti panggilan teleponnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 23, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dashing Doctor at 'Mustasyfa'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang