"Ada apa ini? Kenapa komputerku tidak mau nyala? ARRGGGHHH" Rangga berteriak dan menghentak – hentakkan tangannya pada keyboard dengan kesal. Rangga menggeram marah. Sekretarisnya, Bu Hana, terburu - buru masuk ke ruangan Rangga. Dia heran melihat bosnya yang terkenal dingin bisa marah seperti itu.
"Sa-saya tidak tahu pak. Daritadi komputer saya juga tidak mau berfungsi. Padahal semua jadwal bapak sebulan ke depan ada di komputer itu." Bu Hana hanya memandang Rangga dengan takut – takut. Bosnya yang jarang marah bisa menjadi monster kalau sudah diganggu.
"Saya tidak mau tahu Bu Hana. Pokoknya, carikan cara agar komputer saya bisa terpakai lagi. Saya tidak peduli biaya maupun syarat yang dibutuhkan." Geram Rangga. Matanya menatap dingin pada layar komputer yang hitam dan dipenuhi kode – kode berwarna putih.
"Ba-baik pak. Saya permisi" Bu Hana segera pergi dari ruangan Rangga. Bisa mati kutu dia kalau berada lama di ruangan bosnya yang terkesan dingin dan galak itu.
Baru 5 menit Bu Hana keluar, tiba – tiba ada orang yang mendobrak pintu ruangan Rangga.
"Kak Ranggaaa.. ADA MASALAH BESAR KAK!!!" Ditya berteriak terburu – buru masuk tanpa mengetuk pintu.
"DITYAA.. sudah berapa kali aku bilang. KALAU MASUK KETUK PINTU DULU!!!" Rangga balas berteriak dengan kesal. Hampir saja dia melempari Ditya dengan buku laporan keuangan di atas mejanya.
"Kak, tapi serius Kak ini gawat banget... SEMUA KOMPUTER KANTOR ERROR KAAK.." Ditya melotot dan berteriak heboh menatap Rangga. Dia tidak peduli jika Rangga marah padanya. Sudah menjadi tanggung jawab Ditya terhadap keutuhan semua inventaris kantor Rangga, karena Ditya adalah direktur administrasi.
"APAA?!! ASTAGA ADA APA LAGI INIII!!!" Rangga berteriak keras menggebrak meja. Sudah cukup kekesalannya pagi ini. Ditambah tugas – tugasnya yang menumpuk dan peristiwa tadi pagi.
Yep, peristiwa yang itu.
Rangga berdiri dari kursinya dan berjalan ke arah pintu. Ditya hanya menggeleng pelan melihat kelakuan kakaknya. Ya, dia sudah terbiasa dengan kelakuan kakaknya. Kakaknya itu kalau sudah marah tidak akan bisa diganggu. Kelakuannya akan sama seperti buaya Ragunan yang tidak dikasih makan seminggu. Buas dan beringas, pikir Ditya.
"Ngapain kamu diam saja di situ? Cepat temani kakak melihat keadaan komputer di perusahaan." Rangga berkata dingin tanpa menoleh pada adiknya.
"Iya iya kak.. Sebentar lagi. Tadi aku lari loh kak dari lantai 10 ke lantai 25. Abis, lift kantor juga ikutan mati." Ditya hanya meringis ngos – ngosan. "Punya softdrink nggak kak?" Ditya berjalan ke arah kulkas di ruangan Rangga dengan santai.
"APAA??!! LIFT KANTOR JUGA MATII??!! ASTAGAAA!!!" Rangga meremas rambutnya dengan kesal. Astaga, cobaan apalagi ini, pikirnya.
"Ih kakak.. masak kulkas isinya cuma jus buah sih kak. Mana ini ada jamu – jamuan nggak jelas lagi." Ditya protes melihat isi kulkas Rangga yang kelewat 'sehat' itu. Dia tidak menyangka gaya hidup sehat yang didengung - dengungkan ibu mereka dibawa Rangga sampai ke kantor.
"Yah.. makanya sering dateng ke kantor. Lagian mikirin kesehatan juga nggak ada salahnya kok. Itu namanya jahe, dasar sok tau." Rangga tersenyum mengejek dan mengacak rambut adiknya. Tiba – tiba saja dia sudah ada di samping adiknya. Kalau mama ke sini dan ngelihat isi kulkas kamu, aku nggak bisa bayangin marahnya mama kayak apa.. Bisa – bisa cerewetnya ngalahin panjang tembok Cina, batin Rangga.
"Yee kakak.. aku kan masih kuliah. Lagian hidup cuma sekali. Nikmatin dikit lah Kak." Ditya mengambil minuman yang terlihat paling meyakinkan baginya. "Aku ambil yang ini ya Kak." Ditya ngeloyor pergi sambil minum jus leci dari kulkas Rangga. Untung Rangga kalau marah nggak bisa lama, batin Ditya.
Rangga hanya menggeram kesal. Ditya, adik tunggalnya, mengambil jus leci dengan seenak jidat. Padahal jus leci kan kesukaannya. Dengan kesal Rangga duduk kembali ke mejanya.
Tiba – tiba interkom di meja Rangga berbunyi.
"Pak, saya sudah menelepon perusahaan teknisi komputer. Mereka akan datang 15 menit lagi." Terdengar suara Bu Hana dari interkom. Akhirnya, pikir Rangga.
"Baik, saya tunggu." Rangga kembali duduk di kursinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diandra Mayangsari
RomanceDiandra Mayangsari, 24 tahun, gadis muda yang ingin masuk fakultas teknik, tetapi dilarang kedua orang tuanya. Baru saja lulus menjadi sarjana kedokteran. Yah, walaupun itu bukanlah impiannya. Airlangga Kusumayudha, 27 tahun, direktur muda, sarjana...