1. Yah Jatuh

10 1 0
                                    

Matahari telah terbit dari ufuk Timur. Burung-burung berkicau riang di luar sana. Seorang gadis berparas cantik sedang sibuk menguncir rambutnya. Ia adalah Alana Raseilla. Hari ini ia akan jogging pagi, karena ia merasa berat badannya naik 10 gram. Itu menyebabkan dia stress tak tertahankan. Untuk sentuhan terakhir, Alana memakai lip balm merah mudanya. Ia kemudian keluar dari kamarnya kemudian berpamitan kepada Allycia, Mami Alana.

"Mami! Alana mau lari pagi dulu ya." Alana berpamitan dan mencium tangan ibunya.

"Gak makan dulu nduk?" Tanya Allicya yang sedang sibuk menyiapkan makanan.

"Ntar aja deh Mi," Alana mencium pipi ibunya "Bye mami." Lalu Alana keluar rumah dan berlari kecil menuju lapangan milik tentara di dekat komplek rumahnya.

Setelah sampai di Lapangan Pemuda, ia segera menuju jogging track untuk melanjutkan lari pagi nya. Ia sangat senang sekali berolahraga dan menjaga bentuk tubuhnya. Alana memiliki paras cantik, dan tinggi semampai. Daddy nya adalah pria keturunan Australia, dan Mami nya wanita keturunan Jawa asli. Dan jadilah putri mereka, Alana. Alana memiliki kakak laki-laki bernama Aldiano, sedang kuliah semester 4 di Universitas Cakrawala. Sedangkan Alana sendiri adalah siswa kelas akhir di SMA Guna Dharma.

Alana sudah berputar mengelilingi lintasan lari ini 5 kali banyaknya. Ia kemudian beristirahat di kursi yang telah disediakan dan meminum air mineral yang ia beli di warung dekat situ. Ia kemudian berniat untuk pulang dan berjalan pulang ke rumah. Tetapi saat ia melewati lapangan basket, banyak laki-laki sedang bermain basket disana, ia melirik mereka sebentar dan...

"AWWH!" Alana tersungkur ke tanah karena kepalanya baru saja terkena serangan bola basket.

Kemudian, ada seorang anak laki-laki yang penuh keringat mendekati Alana.

"Yaampun, maaf mbak nggak sengaja." Ucap lelaki tersebut sambil menunduk memegang punggung Alana.

"Duh yaampun sakit banget." Alana memegangi lututnya yang terluka karena terjatuh ke tanah. "LO TUH YA! BISA NGGAK SIH KALO MAEN TUH LIAT-LIAT! JANGAN SEMBARANGAN!" Alana memarahi laki-laki tersebut tadi.

"Iya mbak maaf nggak sengaja. Lagian ada jalan yang bener mbak nya malah lewat sini. Jadi kena bola kan mbak." Lelaki tersebut masih kekeuh membela dirinya sendiri. Memang Alana juga salah. Sebenarnya ada jalan khusus pejalan kaki terletak agak jauh dari gerbang, tetapi Alana malah melewati arena lapangan.

"Lewat sini lebih deket. Lo punya mata kan? Bisa liat?" Alana masih tidak terima atas perlakuan lelaki tersebut. Lelaki tersebut hanya manggut-manggut menurut. "dan satu lagi, gue bukan mbak-mbak! Nama gua Alana!" Alana kemudian bangkit dan kembali berjalan meninggalkan lelaki tersebut.

"Iya mbak! Saya juga punya nama. Nama saya Alan! Salam kenal ya mbak!" Lelaki tersebut berteriak kepada Alana, tetapi Alana tetap saja berlari dan tak mendengar ucapan laki-laki yang menyebutkan namanya Alan tersebut.

***
Alana masih kesal sekali dengan lelaki tersebut. Berani-beraninya lelaki tersebut melukai lutut indahnya.

"Liat aja lo. Kalo ketemu sama gua lagi, gua lempar lo pake batu kali biar tau rasa!" Alana mengumpat kepada lelaki yang menyebutkan namanya adalah Alan.

Alana terus saja mengomel sepanjang perjalanannya. Ia selalu mengucapkan sumpah serapah untuk lelaki tadi. Semoga saja Alana tidak terkena karma buruk karena berkata buruk atas orang yang bahkan tidak ia kenal.

***
Sekitar 10 menit Alana telah sampai di rumahnya. Ia segera membuka pintu dan masuk.

"MAMIIII! MAM!" Alana memanggil-manggil ibunya. Tetapi tak ada sautan atas panggilannya tersebut. Ia segera menuju meja makan, mengambil 4 roti lalu ia mengoleskan dengan selai kesukaannya. Ketika ia sedang kesal ia akan makan dengan banyak. Kalo sudah seperti ini, ia melupakan 10 gram kenaikan berat badannya.

"Aduh-aduh ada apa sih nduk teriak-teriak." Ucap Allicya yang sedang sibuk mengeringkan rambutnya, bisa ditebak ia baru saja selesai mandi.

"Mi! Masa tadi ada cowok resek banget Mi. Nih liat kaki Alana jadi luka gini, jelek banget Mi jadinya kaki Alana." Ucap Alana sambil menunjuk luka di lututnya.

"Emang kenapa nduk? Makanya hati-hati kalo jalan itu."

"Ya dia lah Mi. Alana kan lagi jalan nih," jelas Alana sambil mengobati lukanya. "terus, Alana di lempar bola basket. Ya Allah Mi, sumpah resek banget Mi."

"Ya udah lah nduk, besok kalau udah kering, Mami anter ke dokter buat beresin bekasnya."

"Ih tapi Mi,"

"Udah udah. Mending kamu mandi. Bau banget anak Mami yang cantik iki."

Alana tak menggubris ucapan Allicya. Ia nyelonong masuk kamarnya. Allicya hanya geleng-geleng melihat tingkah putri cantiknya tersebut.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 24, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AlanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang