Dream
Cast : Byun Baekhyun & OC
Genre: Sad, School - Life | Rating: G | Length: Ficlet
[ Original Story By Christy Wu ]
Diclaimer:
Jangan pernah memplagiati hasil karya orang lain, sejelek apapun FF ini mohon memberi saran dan kritik dengan sopan karena percayalah Christy membuatnya dengan sepenuh hati untuk di bagi dengan kalian. HAPPY READING.
o0o
Ada sesuatu yang tidak wajar dalam tubuh manusia yang kadang tak bisa di jelaskan oleh penelitian para profesor kelas dunia. Tak seperti hukum grafitasi yang menerjemahkan alam mengenai tarikan benda ke dasar bumi, lalu harus di sebut apa perasaan yang membuat berdelusi akan hal yang seharusnya tidak mungkin.
Sapuan angin yang bersekongkol membuat berantakan tatanan rambut hitamnya namun tak serta merta mengalihkan objek pandang Baekhyun pada gadis berwajah lancip. Dari balik kusein jendela berkaca bening ada objek yang lebih indah dari kemilau matahari pagi. Di balik bukunya Baekhyun menyembunyikan senyum malu - malu. Walau jelas tak ada yang memperhatikannya. Hanya angin yang menggulung dedaunan jatuh mulai mempertanyakan arti dari sebaris kurva manis pada parasnya.
Tak perlu mempertanyakan kesempurnaan kalau pada kenyataannya semua mengakui gadis berambut cokelat panjang itu memang memukau. Ia dan si gadis berobsidian biru itu satu kelas, namun tak cukup berani Baekhyun bertegur sapa jika hanya dengan sebuah senyuman saja ia sudah di buat kehilangan kosa kata. Sekali lagi Baekyun membahasahi bibir tipisnya sambil mencuri pandang kala tawa renyah si gadis berkulit seputih porselen itu menggetarkan hatinya.
Kembali, ia menggelengkan kepala dan mulai menenggelamkan diri pada buku bacaan. Tak mau terbawa perasaan yang terus membuat kerja otaknya menjadi aneh. Aneh. Selentingan aneh yang menggetarkan sanubari yang harusnya tidaklah terjadi.
Satu kata yang Baekhyun cetuskan kala merasa kerja jantungnya menjadi dua kali lebih cepat saat tak sengaja bertatapan dengan gadis bermata biru safir. Kosakatanya yang mendadak hilang dengan satu sapaan 'Hai' saat tak sengaja berpapasan, nafasnya yang menjadi kembang - kempis saat mereka tak sengaja berdekatan dalam praktek laboratorium minggu lalu.
Lembut belaian angin membuatnya terlena, tanpa sengaja Baekhyun terantuk kedepan hampir tersungkur ke rerumputan hijau yang menjadi alasnya duduk. Cepat - cepat ia membenahi diri tak mau kepalang malu terlihat konyol di muka umum.
"Kau lucu sekali" sebuah suara yang alunannya begitu Baekhyun hafal menerobos rungunya. Ia segera menoleh mendapati gadis berwajah half - britis yang sejak tadi ia fikirkan sudah duduk manis disebelahnya. Memandangnya dengan obsidian biru safir yang berkilau tertempa cahaya mentari.
"Apa yang kau lakukan di sini" ketus Baekhyun, sebenarnya tak sampai hati mengucapkan dengan intonasi yang terdengar kejam. Namun ia tak pandai bersosialisasi.
"Aku terlalu lelah menunggu" kening Baekhyun membentuk kerutan samar. "Aku lelah menunggumu yang tak juga menghampiriku, kau terlalu tenggelam dalam kesunyian yang tak berujung. Membiarkan jiwamu beku tertutupi es yang semakin membuatmu membatu" kali ini kerutan di kening Baekhyun terlihat semakin jelas.
"Aku tak mengerti arti dari ucapanmu" gadis itu menelengkan kepalanya sambil menopang dengan sebelah tangan menghadap Baekhyun yang acuh menatap buku di tangan.
"Aku tahu kau mengerti apa yang ku ucapkan Byun Baekhyun" gadis itu mengambil buku dalam genggaman Baekhyun lembut lalu meletakkannya di rerumputan. Obsidian birunya kembali menatap paras datar Baekhyun yang tak pernah berubah.
Baekhyun memalingkan wajah "Pergilah, selagi aku berucap halus padamu. Kau tahu aku tak pandai bersosialisasi dengan orang"
Gadis itu tersenyum, sebuah senyuman yang mampu membuat dada Baekhyun berdesir hangat "Aku tak butuh katamu, dengan melihat sorotmu saja sudah cukup menjelaskan segalanya"
"Bohong, mulutmu kepalang manis bersyair merayuku lewat permainan kata"
"Pernahkah kau mendapati mulutku ini berkata bohong, sekecil apapun mulut ini selalu mengatakan kejujuran. Walau kadang terdengar menyakitkan bagi sebagian orang" Dari ekor matanya Baekhyun dapat melihat obsidian biru itu tenggelam dalam lengkungan bulan sabit manis.
"Mana ku tahu" ketus Baekhyun walau dalam hati membenarkan perkataan si gadis.
"Kau tau segalanya Baekhyun, tapi kau sendiri yang bertingkah seolah - olah tak tahu menahu apapun tentang keadaan sekitarmu. Kau membuat dinding penghalangan tak kasat mata, kau punya dunia sendiri yang tak terjamah siapa pun" Baekhyun tak bergeming dalam keterdiamannya.
"Jangan sok tahu"
"Aku bukan Sok tahu, tapi aku memang mengetahuinya" ujar si gadis.
"Byun Baekhyun" gadis itu menatap hamparan langit yang berwarna biru cerah, caranya melafalkan nama si pemuda bermarga Byun itu selembut sapuan angin yang memainkan rambutnya.
"Kau pasti sudah sering mendengar kalau kita ini selalu di samakan, secara berturut - turut kita berada di kelas yang sama. kita punya vocal yang senada, semua orang menjuluki kita si nomer satu padahal hanya salah satu dari kita yang akan mendapatkan peringkat satu di setiap ujian semester dan yang mendapatkannya selalu dirimu. Kau di juluki pangeran dan aku di juluki tuan puteri, imaginasi mereka semakin liar akhir - akhir ini. Semua orang sangat ingin bisa dekat denganmu, tidak kah kau ingin mencoba bergabung dengan mereka " dapat Baekhyun rasakan gadis itu menatapnya hangat.
"Aku tidak butuh mereka" ujar Baekhyun dengan ekspresi yang masih terlihat datar.
"Sekarang kau yang sedang berbohong, di dunia ini manusia di ciptakan sebagai makhluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain. Bahkan malaikat saja yang hidup bersebelahan dengan tuhan juga saling membantu dalam menyelesaikan tugasnya" jeda sejenak, gadis itu menggenggam telapak tangan Baekhyun. "Kau hanya perlu terbuka, jika orang yang kau sayangi menjauhimu jangan kau sia - siakan orang yang ingin berada di sampingmu karena kau tidak akan tahu yang akan terjadi nanti, esok ataupun lusa. Jika luka di hatimu itu sudah terlalu akut maka aku akan berusaha membantumu untuk menyembuhkannya. Dunia ini terlalu indah kau lalui seorang diri Baekhyun" terakhir kali yang Baekhyun lihat hanyalah senyuman hangat gadis berobsidian biru sebelum sebuah benda menghantam kepalanya.
"Ugghh" lenguh Baekhyun meraba bagian belakang kepalanya yang nyeri. Tampak bola basket yang menggelinding tak jauh dari tempatnya duduk. Dari ekor mata kucingnya Baekhyun melihat beberapa anak berdiri di pinggir lapangan menatapnya ngeri. Baekhyun tidak pernah marah namun kediaman dan kecerdasannya yang membuat ia di segani semua orang.
Ia melirik kesamping, namun nihil. Tidak ia temukan gadis bersurai cokelat yang obsidian birunya selalu penuh binar hangat mentari pagi. Gadis itu masih duduk di dalam kelas bercengkrama dengan yang lain dengan lengkungan sabit menenggelamkan obsidian birunya dan suara tawa yang begitu renyah. Entah apa yang sedang mereka bahas hingga membuat wajah itu bersemu merah.
Seseorang mendekat dengan takut - takut sambil memungut bola. "Apa kau tidak apa - apa?" ada nada ragu dalam pengucapannya. Manik Baekhyun mengerjap memutus pandangan pada gadis di balik kusein kaca yang ia perhatikan. Bukannya menjawab pertanyaan yang terlontar, Baekyun malah meninggalkan orang itu begitu saja.
Memikirkan apa yang ia alami barusan. Kejadian yang terasa nyata tapi ternyata itu hanyalah sebuah mimpi.Aneh. Sekali lagi kata itu tercetuskan olehnya. Baekhyun menatap tangannya yang tadi di genggam si gadis, hangatnya masih terasa hingga menimbulkan senyum samar. Maniknya mengunci lagi pada gadis bersurai cokelat yang masih terlihat tertawa bersama mengundang kebahagiaan di sekitarnya. Gadis yang selalu membawa efek musim semi. Gadis yang selalu menebar senyumnya ke semua orang, mengajak semua orang merasakan kebahagiaan yang ia rasakan.
Ia membuat semua orang menyayanginya, dengan polah tingkah positif yang ia lakukan. Perangai yang sopan dengan tutur bahasa yang lembut dan manis. Baekhyun akui itu. Tak pelak hal itu membuatnya begitu di cintai banyak orang. Sesuai dengan namanya "Aimee" yang berarti cinta.
FIN
KAMU SEDANG MEMBACA
Baekhyun - Aimee
FanfictionKumpulan cerita tentang Baekhyun dengan tingkah polahnya dan Aimee yang menjadi cast abadi si boncabe . Story by christy wu