Cast : D.O Kyungsoo & Han Minjoo
Genre : Romance, Sad | Rating : G | Lenght : Drable
[ Original Story By Christy Wu]
Disclaimer :
ff Christy persembahkan untuk readers semua.
o0o
" Penantian panjang itu sangat menyakitkan. Dimana tempat kita pernah bersama dan mengukir kenangan. Kenangan kita "
o0oKyungsoo in eyes
" Greongbokgung Place adalah salah satu dari 5 istanah kerajaan dinasti Joseon yang terletak di Seoul Utara, Korea Selatan. Istanah ini pertama kali dibangun pada tahun 1394, bangunan ini merupakan istanah utama yang dibangun pada masa dinasti Joseon. Istanah ini terdiri dari 330 bangunan dengan total 5.792 ruangan, namun sayangnya banyak bangunan yang dihancurkan selama kependudukan Jepang sekitar tahun 1910 - 1994. Untungnya pada tahun 1989 pemerintah Korea kembali melakukan proses pembangunan pada bangunan yang telah hancur."
Minjoo terus berceloteh tentang banyak hal mengenai sejarah semua tempat yang kami kunjungi mulai dari Hanok Village. Istanah Changdeokgung, Changgyeonggung, Deoksugung dan Gyeonghuigung. Ia terus berceloteh memaparkan ini dan itu, selayaknya seorang tour gued. Minjoo gadisku sangatlah menyukai sejarah dandanannya yang sederhana membuatku jatuh cinta.
Itu ceritaku 3 tahun silam. Aku menatap hamparan langit senja membentang sejauh mata memandang dari pesawat yang membawaku kembali ke Seoul. Rindu yang membuncah ini tak bisa tertahankan lagi. Aku begitu merindukan gadis bermata bulat kecoklatan dengan pipi yang selalu merona saat didekatku. kurva tipis seakan tak bisa kutahan lagi tiap membayangkan senyuman Minjoo yang entah kabarnya sekarang.
Kebangkrutan salah satu anak cabang perusahan ayah menuntutku harus meninggalkannya terbang ke Paris, ini adalah pengorbanan luar biasa sulit untukku. Aku jelas tidak bisa membawanya ikut karena kami belum menikah. Wajahnya selalu terbayang diantara tumpukan pekerjaan yang tiada habisnya. Kuharap dia masih menungguku. Menunggu pinanganku yang kujanjikan saat kami akan berpisah dibandara 3 tahun yang lalu. Itu yang kuharapkan mengingat sudah selama setengah tahun terakhir Minjoo tidak pernah menghubungiku lagi. Ketakutan luar biasa memenuhi relung jiwaku ingin segera mendekap tubuh mungil gadis yang sangat kucintai. Memastikan kalau semua baik - baik saja. Memastikan kalau dia masih menungguku. Apakah dia masih menyimpan perasaan yang selalu menggetarkan hatiku. Kediamannya yang tak pernah muncul dengan kabar yang kunanti, ketiadaannya di detik - detikku akan istirahat. Aku sangat takut kehilangannya karena semua pesan yang aku kirim tak pernah dibalas satupun olehnya setengah tahun terakhir ini.
o0o
Bandara Udara Incheon, Korea. 2016
Akhirnya kaki ini sudah berpijak ditanah kelahiran setelah 3 tahun lamanya berkelana sendiri dinegeri orang. Senyum dibibirku tak bisa tertahankan lagi. Tak menunggu waktu lama aku segera menemukan supir pribadi keluargaku yang menjemput. Aku hanya duduk di jok belakang tanpa bersuara. Menikmati perjalan dengan mengamati jalanan ramai Korea yang tak pernah berubah. Korea memang kota yang penduduknya selalu sibuk. Saat dilampu merah terdapat papan reklame yang menampilan keunggulan wisata Namsan Tower tempat dimana ada lokasi gembok cinta yang sering dipakai untuk syuting beberapa drama korea yang booming. Aku juga masih sangat mengingat kalau kami juga pernah mengukir sebuah kenangan disana.
" Kyung aku sangat bangga menjadi penduduk korea karena negaraku menjaga warisan budayanya dengan baik. Seperti istanah - istanah yang sering kita kunjungi dan beberapa bangunan lainnya yang menjadi objek wisata dan tujuan turis asing. Bagaimana menurutmu ? "
" Tapi kurasa bangunan non sejarahnya juga tak kalah bagus seperti sungai Han dan Namsan Tower contohnya. Disini juga menjadi salah satu tujuan yang diburu para wisatawan asing. Jangan lupakan Dongdaemun yang juga menjadi salah satu sumber devisa terbesar korea" Minjoo menyimak dengan baik dengan mata berbinar. Gadisku memang lain dari gadis lain diluar sana yang begitu acuh pada sejarah. Jiwa nasionalis benar - benar mengalir dalam tubuhnya.
" Ah ya benar juga. Sebenarnya kita datang kesebuah tempatpun juga bisa disebut mengukir sejarah. Sejarah tentang kita yang bangga akan kekayaan negara kita sendiri " aku tersenyum menatap manik mata cokelatnya yang berkedib dibalik bulu mata lentik itu.
" Kyung kalau menurutmu tempat sejarah itu seperti apa ? " tanya Minjoo dengan menopang dagu menatapku.
" Tempat bersejarah menurutku ada dalam memori otak kita. Karena sejarah dimasa lampau semua diingat dengan baik di memori otak . Sejarah tentang kita. Kau dan aku selalu terukir indah disini " ucapku sambil menunjuk kepala. wajahnya tampak merona.
" Sepeti saat ini, kita sedang mengukir sejarah di Gembok Cinta yang menjadi saksi bisu kalau kita pernah duduk berdua dibangku putih ini. Saling mengukir nama disebuah gembok dan mengunci dengan gembok lainnya. Kita selalu melangkah bersama mengukir sebuah sejarah. Sejarah kita berdua. I Love You My Minjoo. My Pearl "
" Maaf tuan Kyungsoo kita sudah sampai dirumah " panggilan sopir pribadiku membawaku kembali ke realita. Menatap rumah megah bergaya victoria clasic yang masih sama seperti dulu dengan kebun mawar birunya yang semakin indah.
***
Aku berharap semua ini hanyalah kebohongan ibuku yang dibuat hanya untuk memberi sebuah kejutan. Tidak ini hanya mimpi kan. Rasanya mataku memanas dengan genangan air mata yang siap untuk meluncur bebas. Tak kuat rasanya aku menanggung kenyataan kalau Minjoo gadisku sudah tak bisa untuk kumiliki lagi.
" Satu tahun yang lalu Minjoo di Vonis mengidap leukimia stadium akhir. Ia melarang kami memberi tahumu perihal kondisinya. Ia memang gadis yang baik Kyungsoo karena ia tidak ingin menganggu kerjamu di Paris. Hingga musim dingin setengah tahun yang lalu Minjoo menghembuskan nafas terakhirnya dengan menggumamamkan namamu sebelum menutup mata" ingin rasanya aku tak mempercayai ucapan ibuku, tapi apa yang kudengar ini begitu nyata. Oh gadisku Minjoo yang selalu pengertian disaat terakhirnyapun ia tak mau merepotkanku. Tanganku terkepal memegang erat bingkai foto terakhirku dengannya saat dibandara. Masih teringat mata cokelatnya yang berusaha tegar melepas kepergianku tanpa air mata. Masih ku ingat janji pinanganku untuknya. Semua berputar berkali - kali bagai rol film usang di otakku.
" Lalu dimana ia dikebumikan " tanyaku.
" Jenazahnya dikebumikan di Jepang. Bersebelahan dengan makam kakeknya " ujar ibu dengan sapuan lembut pada bahuku yang tiada henti. Berusaha memberi kekuatan namun terasa percuma.
***
" Kyung hari ini aku sangat senang karena kita mengukir sejarah untuk kesekian kalinya" ucapnya dengan senyum manis.
" Ya kita memang harus mengukir sejarah. Kalau begitu ayo kita berfoto " aku mengambil sebuah kamera dalam tas dan meminta seseorang untuk memotret kami berdua. Minjoo mengamit tanganku dan menyandarkan kepalanya di bahuku.
" 1..2..3 Chears "
Itu adalah fotoku dengan Minjoo tiga tahun silam yang masih kusimpan dengan baik dalam ponsel. Foto yang selalu kupandang kala rindu mendera. Namun sepertinya foto itu menjadi salah satu sejarah terakhir yang kami ukir Gembok Cinta ini. Kutatap bangku putih tempat kami dulu mengukir nama di gembok. Berusaha merasakan sosok Minjoo disana.
" Minjoo hari ini pun aku sedang mengukir sebuah sejarah. 12 Januari 2016 aku menginjakkan kaki lagi di bangunan gembok cinta ini untuk merasakan kenangan yang telah kita ukir dahulu. Aku merindukanmu Minjoo " kemudian aku meraih kameran ponsel membidik tempat dimana aku dan Minjoo pernah berfoto bersama disana. Belaian angin menerpa wajahku. Aku tertegun kala melihat siluet gadis yang sangat kurindukan sedang melambai kearah kamera dengan senyum manis yang membingkai wajah cantiknya. Aku mengedipkan mata berkali - kali dengan tangan bergetar. Kuturunkan kamera dan menatapnya dengan mata, Minjoo benar - benar ada disana.
Kuusap wajahku sendiri dan ku arahkan kamera ponsel seperti tadi namun tak ada siapa - siapa disana. Minjoo benar - benar pergi dan sosoknya kini berubah menjadi ilusi.
FIN
KAMU SEDANG MEMBACA
EXO Short Story
Fanfiction" Penantian panjang itu sangat menyakitkan. Dimana tempat kita pernah bersama dan mengukir kenangan. Kenangan kita " Han Minjoo