Truth

65 5 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~penampakan orang ganteng~

Telah lama aku mengagumimu. Hanya berbekal foto dan gambaran cerita dari teman-temanku, aku nekat. Bahkan, aku rela meminta temanku untuk membuka facebooknya dikala pelajaran untuk sekedar meliha-melihat foto dan beberapa hal lian tentangmu.

Aku bahkan mengunduh foto-fotomu dari akun facebookmu. Menjadikannya foto salah satu dari sekian banyak media sosialku. Menganti namanya menjadi namamu. Membuat akun di komputerku menggunakan namamu dan fotomu. Aku telah terinfeksi virusmu.

Aku begitu terobsesi denganmu. Hingga semua media sosial selalu kucari namamu. Tak akan pernah tertinggal sejengkalpun. Tapi kau tak pernag aktif di media sosial. Bak ditelan bumi, kau menghilang.

Tapi, aku tahu tak ada manusia yang sempurna. Paras malaikatmu, diceritakan adikmu yang juga temanku sangatlah bertempramen buruk. Namun, aku melihatnya menjadi sisi misterius dirimu. Yang sangat berbeda dengan adikmu. Aku kasihan terhadap adikmu. Ia pasti selalu dibandingkan denganmu. Aku tahu bagaimana perasaannya. Dibandingkan dan dijadikan pembanding.

Katanya, kau selalu suka menyendiri dalam kamarmu, duniamu. Ketika semua anggota keluargamu berkumpul dan menonton televisi brsama, kau lebih memilih berada di kamarmu, entah melakukan apa. Jujur, akupun demikian. Kita tak jauh berbeda. Jadi, haruskah kubilang ini pertanda?

Kemudian, temanku yang sudah pasti adikmu, berkata bahwa ia selalu bertengkar denganmu. Kalian tak ragu untuk saling mengirimkan bogem mentaj ke arah wajah ayu masing-masing lawan kalian. Ia juga pernah berkata bahwa kau pernah membawa pisau dalam perkelahian kalian. Jujur, aku tak begitu terkejut ketika ia menceritakannya. Karena kalian adik kakak dan temanku yang merangkap adikmu itu sangat mudah meledak. Terlebih ketika ia ditekan.

Setelah semua informasi yang kudapat, yang paling kubutuhkan saat ini adalah kamu. Kehadiranmu. Mengagumi bahkan sebelum melihat langsung wajahmu itu membuatku tersiksa mati-matian akan rasa penasaran. Aku ingin bertemu denganmu. Ya hanya itu. Aku ingin membuktikan, bahwa wajah yang tampak tak berdosa sepertimu, tak patut menyandang sifat-sifat buruk yang adikmu jabarkan. Entahlah ia hanya memberitahuku sisi negatifmu saja.

Dan tibalah, hari dimana aku akan bertemu denganmu. Hari yang terjadi hanya satu kali dalam satu tahun. Yang mana telah terjadi satu tahun yang lalu. Dan aku membiarkannya lewat begitu saja. Untuk itu, kali terakhir ini, aku tak akan menyia-nyiakannya. Aku akaan menunggumu.

Menunggu bukanlah suatu perkara mudah. Meskipun aku tak sendiri, namun ada perasaan yang membuatku ingin segera berlayar ke mahligai mimpi. Namun aku tetap bertahan menatap gerbang depan sekolahku dari lantai dua kelasku berada. Aku bahkan tak menemani ayahku untuk mengambil uang di ruang tata usaha seperti yang sudah-sudah, hanya untuk bertemu kamu. Ini untukmu.

"itu dia.. itu dia.. dia datang.. akhirnya dia datang..." pekikan girang dan teriakan senang bercampur histeris, mengiringi perjalananmu memarkir sepeda motormu setelah aku masuk melewati gerbang sekolahan. Kau bersama sepeda motor matic berwarna putih-biru mudamu dengan kemeja putih bergaris kotak besar dan jeans biru serta sendal yang pernah kulihat dikenakan adikmu itu melekat sempurna membalut tubuh kurus tinggimu yang putih bersih.

Kau datang. Seperti satu tahun lalu yang naasnya tak kulihat penampakanmu.

Kau yang menggunakan helm kala itu membuat rambutmu berkibar diterpa angin. Kau tak memiliki kesulitan apapun untuk memarkir motormu. Mudah dan sigap. Kau berjalan sambil menyisir rambut yang kau biarkan setengah panjang membentuk sebuah poni yang menutupi dahimu dengan tangan. Menghampiri adikmu yang kala itu bertugas memarkir motor bertanya dimanakah letak kelasnya.

Sekarang aku dapat melihat dengan jelas, bagaimana sempitnya matamu. Bagaimana penampakanmu yang layaknya chinese. Sangat kontras dengan paras adikmu yang ayu, kau nampak seperti malaikat. Sebenar-benarnya malaikat.

Kuperhatikan ketika kau berjalan menuju kelasku yang juga kelas adikmu, semua pasang mata menatapmu. Menatap bagaimana seorang manusia bisa tampak layaknya malaikat. Aku percaya, kau sudah terbiasa dengan semua itu. Perhatian berlebih kepadamu. Membuat semua orang nampak rela meninggalkan perkerjaannya barang sebentar untuk melihat sebuah fenomena yang menakjubkan.

Para perempuan yang termasuk aku didalamnya menatapmu dengan tatapan lapar dan sedikit hasrat. Namun yang kujumpai ternyata tak hanya para perempuan saja. Para lelakipun sama halnya. Mereka tak mengalihkan pandangan hingga kau hilang manaiki tangga menuju kelasku. Sejenak aku meragu. Bagaimana orang sepertimu yang memiliki sejuta pesona tidak memiliki tambatan hati.

Aku menunggu kemunculanmu dari arah tangga dengan berdebar. Beberapa pemikiran melintas dibenakku. Dari yang terbaik hingga terburuk sekalipun. Hingga kau hadir di lantai yang sama denganku. Hany terpaut dua meter dari tempatku berdiri. Ketika kau menatap ku diantara teman-temanku, seketika aku mengalihkan pandanganku. Dan mengajak temanku berbicara meskipun ekor mataku menuju padamu.

Ketika kau duduk di kelaspun, aku selalu berusaha melakukan hal-hal yang sekiranya dapat melihat parasmu. Ketika aku tak lagi memandangmu dalam beberapa waktu, kucoba untuk memandangmu kembali. Dan yang kudapati adalah kau sedang menatap punggungku, namun segera saja kau alihkan pandanganmu. Aku membeku. Benarkah ini? Namun aku segera membuang pikiran itu.

Aku berdoa semoga kau tak lekas dapat giliran dan lebih lama duduk disana. Lebih membuatku leluasa memandangimu. Namun sudah 30 menit kau duduk di sana. Akupun tahu ini akan segera berakhir. Maka aku mengajak salah satu temanku untuk bersiap di depan pintu masuk. Menanti kau keluar dari pintu. Namun aku segera merutuki kebodohanku. Aku takut kau akan menyukai temanku. Ia cantik dan konyol. Itu adalah suatu paket kepribadian yang sulit ditemukan.

Namun ketika kau berjalan tepat di depan mataku,aku melihat perbedaan yang jauh dari foto terbaru yang ku ketahui. Kau bertambah kurus. Pipimu semakin cekung kedalam, berbanding terbalik denganku yang bertambah cembung. Kau juga nampak lelah. Gurat-gurat keletihan membuatmu terlihat beberapa tahun lebih tua dari usiamu yang seharusnya. Namun yang paling kuherankan, kau nampak tak memiliki bekas masa remaja.

Wajah malaikatmu, bebas dari apa yang selalu menjadi momok remaja. Jerawat. Pada usiamu tentu saja taka sing dengan benda satu itu, namun wajahmu bak bayi yang baru saja lahir. Aku terperanggah kagum terhadap kemolekan rupamu. Bila saja, kulitku dapat sebagus kulitmu, barang pasti aku tak lagi sendiri. Aku berdiri mematung menatap kosong punggungmu.

Ku coba mengais-ngais parfummu diudara. Namun aku tak bias menemukan keharuman yang kau uarkan. Aku mengernyit bingung namun segera teralihkan. Ketika menatapmu yang pergi.

Kau melenggang pergi meninggalkan jejakmu di atas bumi. Bayanganmu yang senatiasa selalu mengikuti, mengiringi kepergianmu. Aku tak melepas pandangan mulai dari caramu membuka bagasi sepeda motormu untuk menaruh raport adikmu, mengeluarkan sepeda motormu dari kumpulan sepeda motor lain, hingga menarik gas sepeda motormu menaiki tanjakan menuju gerbang dan kau hilang tertelan pagar yang menutup jalan.

Hilang sudah. Selesai sudah. Tiga puluh menit berharga dihidupkutelah kau isi. Kau membuatku kembali menginginkan pertemuan denganmu. Secepatnya. Namun apalah daya. Inilah kali pertama dan kali terakhirnya aku bersua denganmu. Semoga dilain kesempatan dengan cara yang tak terduga, kita dapat bersua dan saling mengobrol bercanda layaknya sahabat.

"selamat jalan kak Ahsana. Hati-hati di jalan. Semoga kita dapat berjumpa kembali." Perkataan lirihku mengiringi kepergianmu. Akupun beranjak dari tempatku berdiri dan segera mengambil motor untuk segera tiba di rumah. Melihat bagaimana buruk rupaku jika ingin bersanding denganmu.

l�Vr���{

Imajinations Are Dream Of MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang