Clara datang ke sekolah sepuluh menit sebelum bel jam pelajaran pertama dimulai. Di bangkunya, sudah duduk cantik Cindy yang melihat kehadirannya seraya tersenyum lebar dan melambaikan tangan ceria ke arahnya.
Clara ikut melambaikan tangan ke arah gadis itu. Namun, bukannya berjalan lurus ke arah bangkunya sendiri, Clara lebih memilih untuk berbelok ke arah bangku Dito. Hal itu pun tak luput dari penglihatan Cindy dan anak-anak yang lain di kelas. Mereka tampak keheranan dan bertanya-tanya dalam hati apa yang hendak dilakukan Clara di bangku Dito.
Clara tak menghiraukan tatapan anak-anak yang lain. Dia hanya terus berjalan ke arah bangku Dito dengan langkah yang dibuat secantik dan seanggun mungkin, yang tentu saja membuat semua murid laki-laki yang ada di kelas memasang wajah kagum dan hampir meneteskan air liur melihat Clara yang berjalan anggun seraya melenggokkan pinggul bak model internasional itu.
Begitu pun juga Verly, yang mulai memasang tampang mesum saat Clara berjalan anggun ke arah bangkunya dan Dito seperti gerakan slow motion.
"Ngapain tuh cewek nyamperin kita?" tanya Verly berbisik.
"Mana gua tahu," jawab Dito dengan gaya cueknya tak menggubris Verly. Dia masih tetap asik dengan permainan Clash of Clans-nya.
"Eh ... dia beneran nyamperin ke sini?"
Dito mengangkat kepalanya dari layar ponselnya, lalu melihat Clara dengan satu alis terangkat tinggi. Melihat Dito yang mulai menaruh atensi padanya, gadis itu pun akhirnya memasang senyum lebar padanya dan berhenti tepat di depan Dito.
"Hai, Dit. Gue, boleh duduk sama lo nggak?" tanyanya sambil melirik Verly sinis.
Verly yang tidak tahu-menahu dengan rencana Clara, hanya memasang wajah bengong dan tak habis pikir. Apa salahnya hingga gadis itu memasang wajah sinis padanya.
"Bukannya elu udah duduk sama Cindy?" Dito balik bertanya dengan tatapan datar.
"Gue nggak terlalu suka duduk di depan. Bangku Cindy terlalu deket sama papan tulis," jawab Clara dengan nada yang sedikit merajuk.
Dito memutar bola matanya malas dengan drama gadis itu sepagi ini. Selain itu, dia merasa tak suka saja jika harus sebangku dengan perempuan yang nantinya akan membuatnya repot menurutnya. Alasan lainnya, dia jadi tidak bisa leluasa jika ingin bermain game atau menonton video dalam ponselnya saat bosan.
"Tanya Verly aja. Itukan bangkunya."
Dito mengabaikan permintaan Clara dan kembali berkutat dengan game di ponselnya. Dan mengumpat setelahnya saat tahu dia kalah dalam permainan di ponselnya karena konsentrasinya sempat terpecah dengan permintaan Clara barusan. Kesal dengan permainannya sendiri, dengan gemas Dito pun mematikan iPhone-nya dan sedikit membanting benda pipih itu ke atas meja hingga membuat Verly dan Clara berjengit kaget.
"Gue nggak mau jauh sama soulmate gue. Mendingan lu balik aja sana ke bangku lu sendiri," ujar Verly dengan gestur manja menggelayutkan lengannya di lengan Dito.
"You jerk!" maki Dito sambil menjitak kepala Verly.
Clara mendecakkan lidahnya kesal melihat tingkah Verly dan menatap sinis pada sahabat Dito itu.
"Idiot!" Clara mengumpat kesal kemudian berbalik kembali ke arah bangkunya semula dengan perasaan dongkol luar biasa.
Verly dan yang lain terkikik geli menyaksikan pertengkaran kecil mereka barusan. Clara yang mendengar kikikan itu langsung melotot tajam ke arah bangku Verly dan juga siswa lain yang menertawainya. Dia semakin kesal bukan main karena dipermalukan oleh sahabat Dito itu.
"Ngapain sih lo, pake acara mau pindah bangku segala, lo gak suka duduk di depan? Atau lo lagi naksir sama Dito?" tanya Cindy yang langsung menginterogasinya begitu gadis itu duduk di sebelahnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
BETWEEN YOU & US
General Fiction[COMPLETED] __________________________ Altavian Danish, tak pernah membayangkan jika ia akan dipertemukan lagi pada satu kesempatan dengan sosok laki-laki tampan yang dicintainya itu setelah sekian tahun. Anindito Mahawira, c...