Moments
Shut the door, turns the light off.
I wanna be with you.
I wanna feel your love
Wanna lay beside you
I cannot hide this, even though I try.
Heart beats harder
Time escapes me.
Trembling hands touch skin
It makes this harder
And the tears stream down your face
If we could only have this life for one more day
If we could only turn back time
You know I’ll be your life, your voice.
Your reason to be
My love, my heart is breathing for
This moment in time.
I’ll find the words to say
Before you leave me to late
---
Kau mungkin tak pernah tahu, aku selalu menganggumi. Kau mungkin tak pernah tahu, berapa banyak pose dirimu yang telah kuambil secara diam-diam melalui kamera Polaroid yang selalu tergantung dileherku. Dan menjadi alasan kenapa aku selalu mengalungkan kamera itu dileherku. Kau mungkin tak pernah tahu, berapa kali kau menguap sepanjang pelajaran sejarah. Aku menghitung dan entah kenapa hal itu selalu membuatku tersenyum. dua puluh lima kali selama satu setengah jam sepanjang pelajaran sejarah. Bukankah itu hal yang unik. Aku bahkan belum pernah menguap sebanyak itu dalam waktu satu setengah jam. kau mungkin tak akan pernah tahu aku selalu memperhatikan ekspresimu ketika kau mendapatkan surat cinta dilokermu dari Chris Wolfer, jagoan tim baseball. Kerutan terlihat jelas dikeningmu, alismu bertautan, dan bibirmu yang merah pucat langsung mencibir. Lalu kau berjalan dan membuang surat cinta itu ditempat sampah. Mungkin kau tak akan pernah tahu, bahwa aku tahu berapa banyak jaket yang kau punya. Dua puluh dua jaket. Entah kau mengoleksinya atau mungkin hanya sekedar ingin menggantinya setiap hari hingga sebulan penuh. Rambutmu yang selalu kau gelung rapi, dengan pita manis. Aku juga sampai hapal warna pita yang kau pakai. Putih di hari senin, merah dihari selasa, cream di hari rabu, hijau di hari kamis, dan pink dihari jumat. Kau mungkin tak pernah tahu, kalau aku tahu semua tentang dirimu lebih dari yang kau tahu.
“Man, memotretnya diam-diam, lagi?” Louis menghampiri sahabatnya yang terpekur di tepi jendela dengan sebuah kamera yang mengarah ke bawah. Dia baru saja akan membidik objeknya, tepat pada saat wanita itu tersenyum dan seberkas sinar datang membuatnya terlihat bersinar. Jika saja pria pengganggu itu tak datang mengganggu kegiatannya, Harry bertaruh foto itu adalah posenya yang paling indah sepanjang masa dengan dukungan pancaran radiasi mentari.
Louis menyikut Harry lantas terkekeh begitu Harry mendengus keras. “Kau tak pernah tahu apa yang kurasakan. Berhentilah menghinaku dengan tawa jelekmu” Harry mendengus lebih keras lagi. Dia kembali membiarkan kameranya tergantung dileher. Lantas berbalik menatap Louis dengan tatapan pergi-kau-dari-sini.
“Keep calm, man. Aku hanya bingung. Dimana Harry yang bisa menaklukkan semua wanita semasa SMA. Dimana Harry yang selalu membuat para gadis menjerit dengan sekali tembakan bola dan blash masuk ke ranjang. Dimana Harry yang mampu membuat wanita meleleh hanya melalui tatapan matamu? Ya, aku kehilangan Harry yang itu.” Alis Louis menaut. Ada seberkas kekecewaan yang terpancar jelas dari raut wajahnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/9017721-288-k4d69e8.jpg)