Chapter 1

300 12 1
                                    

Sandara POV

Namaku Park Sandara. Aku adalah siswa kelas dua SMA YG Seoul. Aku hanya gadis biasa dalam segala hal, penampilan maupun pelajaran. Aku tidak pintar juga tidak terlalu bodoh. Tubuhku sangat kecil, dan aku sangat mudah kehilangan arah. Aku ceroboh, sehingga tidak jarang orang-orang disekitarku akan berteriak memperingatkanku. Aku benar-benar gadis yang sangat biasa. Sebutan biasa itulah yang sering membebaniku, karena disisiku ada orang yang sempurna dalam segala hal. Dia adalah kakakku sekaligus saudara kembarku. Dibandingkan dengannya, kami seperti langit dan bumi. Kakakku adalah ketua Osis di SMA YG Seoul. Dia pintar dalam segala hal. Pelajaran, penampilan, olahraga, bermain musik, menyanyi, menari, semuanya dapat dia lakukan dengan baik. Dia sangat populer disekolahan. Ramah, mudah tersenyum, ceria dan senang membantu. Semua orang mengidolakannya, dan tidak ada seorangpun yang tidak mengenalnya. Di balik semua kesempurnaan yang dia punya, dia adalah sosok saudara yang menyebalkan bagiku. Kau tau, di adalah seorang sister complex. Aigoo~ semua yang aku lakukan selalu dalam pengawasannya. Kemana pun aku pergi selalu dia yang mengantar. Apapun yang aku inginkan selalu dia yang berikan. Aku tidak bebas bermain dengan teman-temanku, terutama dengan namja, karena dia akan melarang keras setiap kali aku berdekatan dengan seorang namja. Hobinya adalah menggangguku, juga menggodaku. Aku sering tersipu malu saat dia menggodaku. Aku tidak mengerti dengan perasaan yang aku rasakan. Yang aku tahu, aku sangat menyayanginya, meskipun dia sangatlah menyebalkan bagiku. Itulah dia, sosok kakak yang sempurna bagi semua orang dan juga seorang sister complex, Park Jiyong.

Pagi yang cerah dan damai, karena hari ini Jiyong tidak berangkat sekolah bersamaku. Dia harus berangkat pagi-pagi sekali untuk menghadari rapat Osis. Aku harus memanfaatkan hari ini karena jaraaaaaaaang sekali aku berangkat sendiri. Aku akan pergi menjemput Minji dan Chaerin, lalu kami jalan bersama menuju sekolah. Kalau saja Jiyong ada disini, dia tidak akan mengijinkanku untuk berjalan menuju sekolah. Dia akan memboncengku dengan sepeda, alasannya dia tidak ingin aku kecapean saat sampai di sekolahan. Hah? Yang benar saja. Dia memang benar-benar gila.

"Ya~ Unnie. Kau kesini sendiri?" Terikan Chaerin menyambutku begitu aku tiba di depan rumahnya. Aku hanya mengangguk bersemangat dan tersenyum lebar sebagai balasannya.

"Dimana Jiyong oppa?" Tanya Minji polos.

"Omo~ kau lupa ya kalau dia itu ketua Osis kita tercinta. Tentu saja dia sedang mengadakan rapat sehingga Dara unnie berangkat sendiri." Penjelasan Chaerin membuat Minji mengangguk-ngangguk mengerti.

"Bisa ku bayangkan betapa tersiksanya Jiyong oppa karena tidak bisa berangkat bersamamu." Minji berkata dramatis.

"Ne. dia pasti mengacak-ngacak rambutnya seperti orang gila." Tambah Chaerin.

"Ani. Dia hanya berteriak-teriak memanggil namaku sambil menangis saat umma menyeretnya keluar rumah dan menyuruhnya untuk cepat berangkat." Jawabku tidak kalah dramatis.

"Jinjayo?"

"Omo. Kalian tidak percaya. Aish, aku harus merekamnya lain kali. Palli, kita harus berangkat sebelum kita terlambat."

Aku berjalan diantara mereka yang sedang asyik membicarakan Jiyong. Meskipun aku satu sekolah dengannya aku sangat beruntung karena hanya sedikit orang yang tahu bahwa aku adalah saudara kembarnya. Kebanyakan mereka tidak akan percaya saat Jiyong mengatakannya. Aku juga beruntung karena aku tidak sekelas dengannya juga karena aku tidak sepintar dia. Aku tidak bisa membayangkan kalau saja aku sepintar dia dan para guru memilihku untuk menjadi anggota Osis. OMO, pasti hari-hariku benar-benar menyebalkan.

Disisi lain, aku sangat iri dengan kesempurnaannya. Aku ingin bisa merasakan menjadi dia. Berada di dunianya, memandang dengan caranya dan semua yang dia lakukan. Aku ingin sekali bersikap polos seperti dia saat dia menginginkan selalu besamaku, hidup denganku, mengenggam tanganku, memeluk tubuhku dan selalu menjagaku. Tapi aku tidak bisa. Aku tidak bisa bersikap seperti dia. Entah apa yang membuatku tidak bisa melakukannya, yang jelas aku sangat tidak bisa mengungkapkannya seperti dia.

***

"Dara-ah!" Seseorang memanggilku. Atau hanya perasaanku saja.

"Dara-ah!!!!" kali ini lebih keras. Abaikan saja Dara. Anggap kau tidak mendengarnya.

"YA~ PARK SANDARA."

"YA~ PARK JIYONG. Berhenti menggangguku dan apa yang kau lakukan disini? Bukankah kelasmu ada dilantai 2 di gedung utara?" Aku balas berteriak dan menatapnya dengan pandangan mengutuk sambil mengucapkan 'neo jugeosseo'.

"Omo. Kenapa kau seperti itu pada oppa mu? Kau bahkan selalu memandangku mengutuk sambil mengucapkan bahwa aku akan mati."

Jiyong mulai menunjukkan sisi imutnya yang memelas didepan semua orang. Aish, makhluk ini benar-benar ingin mati di tanganku. Dia memang selalu tahu kalau aku akan mengutuk mati dirinya. Bahkan tanpa ku ucapkan sekalipun dia akan tahu. Mungkin karena ikatan batin kami yang terlalu kuat.

Sabar Dara, ucapku dalam hati. 17 tahun sudah kau menghadapinya, bahkan ketika kau masih didalam kandunganpun kau juga sudah belajar menghadapinya. Harusnya kau bisa menahan keinginanmu untuk tidak menggantung terbalik tubuhnya di pohon besar di belakang sekolah. Atau setidaknya kau bisa menahan tanganmu untuk tidak membekap mulutnya sampai dia kehilangan nafas.

"Jiyong, kau harus segera kembali ke kelasmu sendiri. Kau tidak sadar semua orang menatapmu dengan pandangan menjijikkan?"

Akupun mencoba menahan emosiku saat mengatakannya. Aku benar-benar ingin berlari ke atap dan meloncat dari sana saat mengetahui semua orang memandang Jiyong dengan tatapan memuja. Bahkan segerombolan namja menatapnya dengan mata berbinar-binar layaknya dia pahlawan yang baru saja menyelamatkan hidupnya. Aku mengenali salah satu namja itu sebagai sepupuku. Padahal hampir dia habiskan sisa hidupnya bersama kami, tapi tidak pernah sedikit niatpun dia memalingkan pandangannya dari Jiyong.

"Ya~ Seungri. Berhenti memandang my baby dengan tatapan seperti itu. Kau membuatnya ketakutan."

"Kau yang membuatku ketakutan Jiyong. Berhentilah mengganggu Seungri. Dan dia bukan menatapku, tapi MENATAPMU."

"Tapi Dara-ah.." Jiyong mulai merengek dan menunjukkan puppy eyes nya.

"Seungri, cepat bawa dia pergi kembali ke kelasnya. Aish~"

"Ah, ne nuna."

Seungri langsung bergerak mendekat dan mengapit tangan Jiyong dan menggandengnya pergi dari kelasku. Setiap hari, dia selalu saja membuat hariku tidak tenang. Aku ingin bisa hidup jauh dari dia. Tuhan, kabulkanlah permintaanku ini.



WITHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang