•Satu•

165 23 6
                                    

Lagi-lagi, aku membayangkan bagaimana kalau aku yang mengalami kisah cinta yang menarik dan sangat diidamkan hampir semua kalangan remaja wanita dari sebuah cerita fiksi bergenre romance, novel karangan penulis ternama yang sudah aku baca semenjak 2 hari yang lalu.

Seorang laki-laki yang sangat memperjuangkan segala sesuatu untuk mendapatkan perempuan yang diinginkannya.

Atau perempuan yang mendapatkan perhatian dan perlakuan yang sangat istimewa serta dijadikan satu-satunya perempuan yang begitu menakjubkan di mata pasangannya.

Ya begitulah rata-rata perlakuan dalam cerita dari penulis yang memilih alur ceritanya berbau asmara.

Tidak bisa dipungkiri, hampir semua cerita bergenre romance selalu memiliki jalan cerita yang menarik hati para remaja untuk menjadi tokoh utama perempuan pada novel yang mereka baca.

Bukan hanya mereka, tapi aku juga.

Ya, ini bukan pertama kalinya aku mengandai-andai menjadi tokoh dalam novel yang sudah aku selesaikan tadi.

Aku mempunyai banyak sekali novel romance, dan setiap selesai membacanya, novel-novel tersebut selalu berhasil membuatku tenggelam dalam khayalan indah sesuai alur dalam cerita fiksi masing-masing dari novel tersebut.

Setiap novel membawaku kepada lamunan yang berbeda-beda karena memiliki cerita cinta yang berbeda-beda pula.

"Andai aku itu dia"
"Andai pria semacam itu benar-benar ada"
"Andai pasanganku seperti dirinya"

Andai, andai, andai...

Aku hanya seorang remaja labil yang berumur belasan tahun. Tepatnya hampir 18 tahun. Tapi, umurku sudah bisa dibilang cukup untuk mengatur segala urusan pribadiku sendiri.

Aku pernah menjalin hubungan dengan seorang laki-laki. Dan aku sudah mengakhiri hubunganku dengannya karena alasan tertentu. Dia melakukan sesuatu yang tidak pernah diinginkan oleh siapapun terjadi pada dirinya.

Maka dari itu, walaupun aku memang suka membaca cerita-cerita fiksi berbau asmara atau berbau unsur-unsur pasangan kasmaran, aku tidak pernah percaya bahwa cinta yang sebenarnya ada di dunia nyata ini akan seindah dan semulus cerita fiksi yang ditulis hanya dengan dua sampai tiga ratus halaman itu.

Cinta tidak dapat dijalankan semudah karya penulis novel romantis.

Tetapi, aku bukan hanya menyukai buku bacaan semacam itu. Masih banyak juga buku-buku mengenai seni lukis dan musik yang terpampang jelas di rak buku kayu milikku yang besar dan kokoh hasil tangan Ayah di sudut kamarku dengan tembok berwarna putih bersih tidak ternoda dengan coretan apapun sebagai backgroundnya.

Aku anak pasangan seniman.

Ayahku seorang pelukis. Jatuh cintaku pada seni lukis ini pun muncul dari aku masih kecil karena aku suka memperhatikan semua yang dilakukan oleh Ayahku di ruang seninya. Ruangan yang penuh dengan kanvas baru di sudut ruangan dan hasil-hasil lukisannya yang diletakkan berjejer dan bersebelahan dengan kanvas baru.

Setiap Ayahku melukis, beliau selalu mengayunkan kuasnya diatas kanvas tanpa ragu. Aku dapat merasakan bahwa Ayahku menumpahkan semua perasaannya diatas kanvas tersebut. Aku sangat menyukai semua hasil karya tangan Ayahku yang sangat luar biasa bagiku itu.

Aku juga suka menggambar di secarik kertas ataupun melukis di atas kanvas seperti yang selalu Ayah lakukan. Tapi, adikku lah yang lebih mewarisi seni melukis Ayah daripada aku. Jatuh cintaku terhadap seni lukis tidak sebanding dengan jatuh cintaku terhadap musik yang aku wariskan dari Ibuku.

Waktu kecil, aku lebih dekat dengan Ayahku. Jadi tidak salah kalau aku lebih dulu jatuh cinta dengan cat warna warni ataupun kanvas di sekelilingku sebelum aku jatuh cinta dengan musik.

Ibuku adalah seorang ibu rumah tangga yang terlahir dari keluarga yang sangat menyukai musik. Ibuku terlahir dari keluarga sederhana. Ayah Ibuku atau biasa aku panggil dengan Kakek, memang menyukai musik. Tapi dulu, keadaan ekonomi Ibuku tidak memadai untuk membeli alat musik.

Ketika sekolah, Ibuku mendapat nilai paling tinggi di bidang musik daripada teman-temannya. Dan dari situlah Ibuku berpengalaman dengan musik. Lomba demi lomba dengan membawa nama baik sekolahnya ia menangkan

Sekarang, piano, gitar, biola dan saxophone sudah menjadi bagian dalam hidupnya.

Ya. Sudah aku katakan, aku anak dari pasangan seniman. Aku dilahirkan dalam ruang lingkup keluarga seniman, dilahirkan sebagai seseorang yang berjiwa seni.

Aku hidup dan tinggal dengan keluarga yang selalu meluapkan emosinya terhadap keahliannya dalam melukis dan bermusik.

Aku menjalankan kehidupanku di ruang lingkup penuh 'perasaan emosional tinggi'

SaxophoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang