#2

130 8 1
                                    

Pagi yang cerah Seulra awali dengan senyuman manis. Meski ini bukan hari pertama masuk sekolah Senior High School lagi Seulra tetap menjalaninya dengan hati penuh ceria. Kata orang, jika pagi sudah di awali penuh senyuman maka kesialan tidak akan datang. Seulra percaya itu.

Ini dalam waktu tiga bulan ia menjadi murid tingkat pertama di sekolah, sudah banyak yang ia lewati. Di mulai darimana ia bisa menyesuaiian dirinya dengan teman sekelas juga kepada kakak kelas, kebanyakan kakak kelaslah yang mendekatinya.

Pertama untuk kakak kelas berjenis kelamin perempuan, mereka ingin menarik Seulra masuk dalam club guna untuk memperbanyak yang lainnya mengikuti jejak Seulra yang memiliki wajah cantik. Sedangkan yang laki-laki tentu saja ingin menjadikan Seulra kekasih hati mereka.

Kadang Seulra merasa risih atas wajah cantiknya yang di manfaatkan mereka, namun sempat Seulra fikirkan untuk dirinya ikut memanfaatkan mereka juga, hanya saja itu adalah fikiran paling buruk yabg ada dalam dirinya.

Untung saja teman satu kelas tidak melakukan hal yang sama-memanfaatkan kecantikan Seulra untuk kepentingan kelas mereka agar terkenal dari kalangan apapun, Seulra merasa beruntung untuk itu.

Sampai sore harinya ia di tugaskan membersihkan kelas bersama tiga teman kelas lainnya. Ia di suruh menghapus papan tulis dan membuang sisa kpur yang ada di penghapus papan.

Seulra berjalan ke samping jendela untuk membuang debu kapur sisa dalam penghapus ke sana tanpa memperhatikan sekeliling. Seulra pun dengan tenang menepuk kedua penghapus itu hingga menimpulkan kumpulan asap yang cukup banyak akibat tepukan itu dan berhenti saat ia mendengar suara batukan seseorang di bawah jendela kelasnya.

Seulra menunduk ke bawah dan ia lihat seorang laki-laki yang merupakan murid sekolah yang sama dengan Seulra tengah mengipas-ngipas tangannya untuk menghilangkan kumpulan asap yang merupakan debu di depan hidungnya guna memperlancarkan asupan oksigennya.

"Eoh?" Seulra tentu saja terkejut adanya seseorang yang sedang duduk di sana, menyandar santai di dinding kelasnya tepat di bawah jendela.

Seseorang itu langsung berdiri mendengar suara Seulra dan langsung menghadap kearahnya. Mata Seulra membulat mendapati siapa yang baru saja kena kumpulan debu kapur dari tangannya.

"Kau tidak melihat seseorang yang duduk di sana, hobae?" Katanya mengusik keterkejutan Seulra.

"Jwaesonghamnida sunbe-nim. Saya tidak melihat anda ada di sana. Saya benar-benar tidak tahu" Seulra membungkuk reflek dengan keras ke bawah tanpa tahu jika ia akan membenturkan kepalanya pada sisi bawah jendela hingga terdengar suara benturan keras

"Aw" pekik Seulra menyentuh keningnya yang berdenyut sakit dan otomatis membuat tubuhnya terdorong ke belakang serta matanya yang tertutup rapat menahan sakit.

"Kau baik?" Tanya seseorang di luar sana yang mengeluarkan suara khawatir dan wajah yang terlihat cemas.

Seulra tidak menjawab. Ia sibuk menyentuh keningnya menahan rasa sakit yang amat mendenyut gila-gilaan.

Melihat Seulra tidak merespon pertanyaannya, tanpa fikir panjang laki-laki itu segera memanjat jendela tanpa susah payah hingga ia bisa masuk ke kelas Seulra dan ikut menyentuh kening Seulra di atas tangan Seulra tentunya.

"Hei, kau baik?" Masih dengan suara yang sama laki-laki itu lontarkan kepada Seulra

"Sakit" adunya tanpa Seulra tahu jika ia baru saja mengadu dengan suara mendayu

"Biar coba ku lihat" laki-laki itu menawarkan dengan lembut hingga Seulra luluh untuk melihatkan keningnya yang memerah dan Seulra kembali memyentuh keningnya berharap rasa sakitnya berkurang

My Boyfriend Is LU HANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang