1. TENTANG MIMPI

36 2 0
                                    

"Saya terima nikah dan kawinnya Agni Jovita Dilarai binti Heri Susilo dengan mas kawin yang telah disebutkan dibayar tunai," Suasana khidmad berakhir setelah lelaki itu menyelesaikan kalimat ijab qobul tanpa kesalahan dan kerabat serta keluarga yang hadir serempak menyorakkan kata 'sah'.

Alfan Mahendra menjemput adik semata wayangnya di barisan wanita untuk diantarkan ke sisi lelaki yang kini sudah sah menjadi suami adiknya. Jovita melingkarkan tangan di sela-sela lengan Alfan dengan kepala tertunduk haru, sesekali tangannya mengelap sisa air mata yang mangalir di pipinya dengan tissue.

"Manjanya Abang sekarang udah jadi istri orang. Kurang-kurangi ya manja kamu ke suamimu nanti!" Alfan menjawil hidung Jovita yang masih tertunduk. Gadis itu menegakkan kepalanya dan menoleh kearah Alfan dengan senyum lembut terkembang di bibirnya, ia mengeratkan lingkar tangannya di lengan Pria itu.

Kini ia sudah berdiri tepat di sebelah lelaki yang baru saja menyandang gelar sebagai suaminya. Tiba saatnya untuk bertukar cincin, Lelaki itu dengan lembut menggamit tangan gadis di hadapannya dan memakaikan cincin pernikahan mereka di jari manis istrinya.

Jovita membuka mata lebar dan tiba-tiba senyum terkembang di bibirnya, kantuknya hilang sama sekali. Dia mengubah posisi tidurnya yang semula miring menjadi mengahadap ke langit-langit kamarnya dan meraih bantal yang sudah jatuh ke bawah tempat tidur. Lalu, menutup wajahnya dengan bantal dan berteriak sekeras yang ia bisa. Kakinya diangkat ke atas dan menendang-nendang udara tak beraturan. Hanya mimpi, tapi seperti nyata, gadis itu merasakan bahagia dihatinya. Bahkan rasa hangat mulai menjalar dipipinya yang merona.

Seseorang menarik paksa bantal yang menutupi wajah Jovita dan nampak lah wajah merona gadis itu dibalik bantal itu, "Jo! Lo kenapa subuh-subuh gini udah kaya orang kesurupan? Pake senyum-senyum segala," yang ditanya hanya cengengesan, "Eh? Kedengeran ya sampe kamar lo?"

Vanya duduk di tepi tempat tidur Jovita, "Ya ngga, Cuma tadi pas lewat depan kamar lo, gue kaya denger suara teriakan dibarengi cekikikan, kan gue sangsi jadinya. Sekalian aja gue longok," Ia mendelik kearah gadis yang masih cengar-cengir, "Eeeeehh, gak taunya lo lagi gegulingan sambil cekikikan dibalik bantal. Ada apaan sih?"

Bantal yang tadi diambil Vanya, direbut kembali oleh Jovita dan ia memeluknya, kemudian ia bangun dari tidur-tidurannya, meletakkan bantal di atas paha, "Gue mimpi married sama temen SMP gue, Van. Sumpah berasa kaya beneran bangeet. Tangan gue aja sampe gemeteran pas bangun tadi."

"Yaelaaaah... Segitunya lo kebelet kawin. Cuma mimpi, Jo. Masa sampe bikin lu kaya orang kesurupan subuh-subuh," Vanya bangkit dari duduknya dan akan bergegas keluar dari kamar Jovita, "Udah adzan tuh. Mending lo sholat, terus berdoa biar jadi kenyataan mimpi lo."

"Iiiiih, kok lo gak nanya sih nama orang yang married sama gue?"

"Ngga, disebutin juga pasti gue gak akan kenal!" Sahut Vanya sebelum dirinya menghilang dibalik pintu kamar mandi. Jovita hanya manggut-manggut membenarkan. Kemudian ia menyusul langkah Vanya keluar dari kamarnya dan membangunkan dua orang housematenya yang lain.

Vanya adalah teman satu kontrakan Jovita, mereka berasal dari kota yang sama, Ibu Kota Jakarta, dan kamar antar keduanya bersebrangan, gadis itu berusia dua tahun lebih tua dari Jovita. Selain Vanya dan Jovita yang ada di rumah kontrakan itu juga ada Revalina dan Naila.

Revalina seorang gadis yang paling tegas sekaligus anak paling muda diantara yang lain. Dia tidak suka melihat teman-temannya yang sembarangan meletakkan barang-barang di ruang tengah –ruang tempat mereka berkumpul–, apalagi sampai melihat tempat cuci piring penuh dengan tumpukan piring kotor.

Dan yang terakhir, Naila, ia adalah seorang gadis berjilbab dan teman satu jurusan Jovita. Berasal dari Surabaya.

***

That BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang