2. REUNI

13 1 1
                                    


Vanya membawa beberapa lembar dress tanggung di kedua tangannya dengan warna dan model yang berbeda sedang mengelilingi salah satu butik di pusat perbelanjaan. Matanya masih sibuk mencari-cari dress mana lagi yang menurutnya cantik untuk dikenakan oleh teman sekontrakannya yang sudah ia anggap seperti adiknya sendiri di acara reuninya. Yup, Jovita.

Tiga hari lalu gadis itu mendapati Jovita sedang menghela napas berat di depan lemari bajunya saat ia membuka pintu kamar Jovita tanpa mengetuk terlebih dahulu, seperti biasa.

"Kenapa lo?" Vanya duduk menyamping di kursi belajar, menatap Jovita yang terlihat kebingungan.

"Sabtu depan gue ada reuni satu kelas SMP, Van. Tapi begitu gue liat isi lemari buat cari kostum yang sesuai untuk reuni ternyata nihil. Lu tau sendiri, sehari-hari gue cuma pakai jins yang warnanya udah mulai pudar dan blouse seadanya."

"Acaranya malam?" Tanya Vanya penasaran, kepalanya melongok-longok ke dalam lemari dan mendesah.

Jovita hanya menjawab dengan anggukan dan menutup pintu lemarinya kemudian ia berjalan kearah tempat tidurnya lalu duduk di sisi ranjang, membuat Vanya memutar tubuhnya ke belakang.

"Besok lusa sepulang gue kerja, mau gue temenin belanja?" Tawarnya saat dirinya sudah berhadapan dengan Jovita, "Kalo besok gue gak ada jatah lembur siih bisa kita belanja."

"Lo gak apa-apa pulang kerja langsung nemenin gue belanja?" Jovita memandang wajah gadis dihadapannya dengan rasa tak enak hati.

"Yaelaaah, kaya sama siapa aja sih lo," Vanya menyelipkan helai rambutnya yang keluar dari kuncir asalnya ke balik telinga karena tertiup kipas angin yang menempel di langit-langit kamar Jovita, "Lo tunggu gue di depan perumahan seperti biasa, nanti biar langsung naik mobil gue aja."

Seorang gadis keluar dari balik tirai kamar salin dengan mengenakan dress tanpa lengan yang panjangnya sebatas betis berwarna kuning, dibagian perutnya melingkar bordiran bunga yang agak besar dan bagian bawahnya mengembang. Gadis itu menggumam membuyarkan lamunan Vanya.

Lagi-lagi Vanya menggeleng-gelengkan kepalanya tak setuju, "Terlalu mencolok!" Ini sudah yang ketiga kalinya Jovita mengganti dress-nya dan Vanya masih belum terlihat puas dengan penampilannya yang membuat Jovita memutar bola mata jengah.

"Yaampun, Van! Semua dress ini lo sendiri yang pilihin, tapi lo juga yang gak setuju."

Vanya hanya mengedikkan bahunya dan meminta Jovita kembali ke balik tirai kamar salin untuk mengganti dress pilihannya yang lain.

Tidak beberapa lama Jovita kembali keluar dari balik tirai. Kini mata Vanya hampir tak berkedip melihat penampilan gadis di hadapannya memancarkan binar puas dengan dress pilihannya.

"Gila cantik banget lo. Gue suka, Ambil yang ini aja!" Gadis itu berjalan memutari tubuh Jovita. sambil menyilangkan tangan didepan dada. Menilai lekat-lekat penampilan sahabatnya dalam balutan dress open shoulder yang panjangnya diatas lutut berbahan chiffon dengan kerah melingkar dan satu kancing di lehernya, lengannya longgar membuat bagian bahunya terekspos. Kulit putihnya berpadu dengan warna peach dressnya dan terdepat kerutan disekeliling pinggangnya. Vanya mengangguk-anggukkan kepala, tersenyum puas.

Masih ada waktu dua hari lagi sebelum hari 'H', sebenarnya Jovita pun tidak tahu apa lelaki yang sangat ingin ia temui akan hadir dalam acara reuni tersebut. Tapi, tidak ada salahnya 'kan berharap?

Gadis itu menunggu Vanya yang sedang membayar biaya dress-nya di depan butik tempatnya berbelanja setelah perdebatan singkat mereka yang berebut menawarkan diri untuk membayar tagihannya. Ujung sepatu kets-nya ia ketuk-ketukan ke lantai.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 20, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

That BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang