3

66 16 15
                                    

"Ares?! Lo ngapain pagi-pagi udah disini?" Pekik Freya kaget melihat Ares yang sudah duduk manis di salah satu kursi di ruang makan keluarganya, sepagi ini. Jarang-jarang Freya melihat pemandangan yang seperti itu. Langka.

Ares hanya terkekeh,

"Numpang makan tuh, dia! Katanya tante Widi gak masak." Jawab Bagas menunjuk Ares yang sedang asik mengunyah nasi goreng buatannya.

"Emang enak?" Tanya Freya, ikut bergabung, duduk di depan Ares.

"Eee.. Mandi dulu sono lu! Jigong dimana-mana gitu, udah mau makan!" Ares memotong acara sarapan Freya, merebut paksa sendok yang hampir masuk ke dalam mulutnya.

Freya mendecak sebal, membulatkan matanya dengan galak menatap Ares.

"Bagas, Aresnya tuh nakal!" Freya menepuk-nepuk pundak Bagas, merajuk seperti anak kecil.

Ares tertawa melihat kelakuan sahabatnya itu, "Najis lu!"

"Pantes gak punya cowok,"

"Eh, apa lu bilang?" Freya kembali membesarkan pupil matanya.

"Itu loh, anu.. Lu kalo belum mandi tetep cantik, wangi lagi." Seru Ares memasang wajah terbaiknya, menarik nafasnya panjang tepat di depan wajah Freya.

"Hmmm, wangi."

"Huwek,"

***

Sepanjang perjalanan menuju kelas, Ares berteriak-teriak menyerukan sebuah kalimat yang membuat Freya harus menutup wajahnya sendiri, menahan malu.

"Freya belum mandi,"

"Freya belum mandi,"

Nadanya di buat persis seperti anak kecil yang sedang saling meledek,

"Freya belum mandi."

Karena ulah Ares itu, mereka berdua harus menjadi pusat perhatian di sepanjang koridor. Sesekali ada yang menertawakan, sisanya memasang wajah, apaan sih, nih orang sinting ya? Namun tidak sedikit juga kaum hawa yang memasang wajah iri pada Freya. Karena bisa sedekat itu pada Ares. Ares bisa di bilang cukup terkenal, alasannya sih klise. Ganteng.

Sementara Ares cuek-bebek menanggapinya, malah ia semakin gencar membuat Freya malu.

"Ares, sialan!" Freya kembali memasang wajah galaknya, melangkahkan kakinya masuk ke kelas lebih dulu.

***

"Freya, lu mau kemana?" Retoris. Tanpa di jawabpun, Ares sudah tahu Freya akan kemana di jam istirahat seperti ini. Kantin. Gadis itu tidak pernah absen untuk tidak kesana.

Freya hanya melirik Ares sekilas, "Au."

"Ya, ada yang mau gua omongin." Ares menarik pergelangan tangan Freya, memaksakan Freya untuk menatapnya.

Freya menatap Ares datar, apaan sih?

"Ares, mau ngomongin apa ya? Tumben nih anak," batin Freya, penasaran.

Sementara Ares memasang wajah seriusnya, "Bekel lu boleh buat gua gak?"

Freya memasang wajah bodohnya, mendengar kalimat yang baru saja Ares katakan. Sialan, kirain apaan.

"Nasi goreng yang tadi Bagas bungkusin buat lo, buat gua ya? Gua laper." Ares cengengesan, hendak tertawa melihat wajah bodoh Freya itu.

"Serah!"

"Asikkk, makasih, Freya sayang,"

Freya heran mendengar itu, tapi ia kembali menetralkan wajahnya. Gak usah baper, Ares cuma bercanda. Batinnya, kembali melangkahkan kakinya untuk keluar kelas.

***

Sebelum bel pulang sempat berbunyi, Freya sudah mengirimkan pesan singkat ke Ares terlebih dahulu.

Bawain tas gua ya, gua duluan, mendadak gak enak badan.

Ares mengerutkan keningnya, bingung menatap layar ponselnya, "Freya sakit? Mustahil."

"Apa gara-gara di hukum Pak Heri? Gak mungkin, dia kan udah kebal."

"Pasti mau kabur,"

Ares memutuskan untuk membalasnya, selagi guru killer yang baru saja menghukum Freya karena tidak membawa Tabel Periodik Unsur Kimia itu sedang sibuk menghadap papan tulis. Asik ngomong sendiri.

Emang toiletnya udah wangi?

Yakin?

Hampir saja Freya akan melempar ponselnya mendapati balasan Ares yang membuatnya kesal sendiri. Bagaimana tidak kesal? Bukan menanyakan keadaannya, justru Ares malah menanyakan keadaan toilet.

Kurang sabar apa Freya punya sahabat macam Ares?

Sialan. Kalo gak lagi sakit, udah gua hajar lu, Res.

Sekali lagi, Freya memeriksa arloji yang melingkar di pergelangan tangan kirinya, "Bagas mana sih? Lama banget jemputnya."

***

Segini dulu ya? Vomment di butuhkan. Makasih banyak yang udah mau baca, dan vomment (----":

FirelightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang