(1/1)

53 6 0
                                    


Aku pergi ke sebuah kafe dekat sekolahku. Begitu sampai, lagi-lagi, aku memesan secangkir cokelat panas yang pahit. Ini sudah menjadi kebiasaanku sejak aku duduk di kelas sepuluh, karena menurutku, rasa terbaik cokelat adalah rasa khas pahitnya. Dan, alasan lainnya, karena kebanyakan kisah cinta dan kisah hidupku pahit. Mau mendengarnya? Kuharap kalian mau.

-----

Semuanya, bermula ketika aku kelas sepuluh. Aku hanyalah seorang gadis remaja, yang baru masuk SMA. Waktu itu, ketika pertama kali masuk, seperti murid baru umumnya, aku menjalani Masa Orientasi Siswa disekolah. Aku diantar ibuku dengan mobil sampai sekolah, karena itu hari pertamaku, aku diantar ibuku, dan hampir telat. Kalau seterusnya, aku mengendarai motor sampai ke sekolah, dan tak mungkin telat, karena selalu ngebut.

Aku mencari kelasku dengan buru-buru namun teliti di papan pengumuman. Setelah menemukannya, aku berjalan kearah kelasku. Jurusan IPA, 10-1. Sampai disana, hampir semua bangku sudah isi. Hanya ada satu yang kosong, disebelah cewek yang lumayan manis, dan lumayan modis. Melihat gayanya, entah kenapa aku menilainya sebagai seorang yang sombong, tipikal gadis cantik, modis, yang popular.

Aku menaruh tas di bangku kosong itu, lalu duduk disitu. Tak kusangka-sangka, cewek disebelahku ini malah menyapaku. "Hai, namaku Caca. Namamu siapa?" Dia menyapaku riang, dengan senyum yang menawan. Wow, ternyata dia sangat friendly dan terbuka. Aku langsung membalas obrolannya sambil tersenyum manis. "Halo, aku Keira." Dan, setelah itu, kami mulai mengobrol tentang hal-hal random disekitar kami, tak kusangka kami berdua cocok. Kami bisa akrab di hari pertama sekolah.

Keakraban kami terus berlanjut hingga kami memasuki semester dua di kelas sepuluh. Kami masih cocok, tanpa ada gesekan yang berarti. Dan, di hari pertama semester dua, ada anak baru. Laki-laki. Dia berbeda kelas dengan kami, dia jurusan IPA juga, 10-2. Nama anak barunya, Nael. Memang, dia tak seperti yang dibayangkan. Tapi menurutku, dia cukup keren.

Nael, setelah aku kenal lumayan dekat dengannya berkat ekstrakurikuler basket, dia adalah orang yang humoris dan baik, membuatku nyaman bersamanya. Dia dulunya adalah kapten basket di SMP asalnya, dan juga kiper andalan di tim futsal lamanya. Penampilannya biasa saja, namun kepribadiannya menarik perhatianku. Nael, dengan sifatnya itu, dengan cepat mendapatkan banyak teman.

Caca, sejak beberapa bulan lalu, sejak sebelum Nael datang, menyukai salah satu sahabat dekat Nael, namanya Rafa. Rafa beda kelas denganku dan Caca, dia sekelas dengan Nael. Rafa lebih ganteng, memang, dari Nael. Sifatnya pendiam, namun kadang menyenangkan. Rafa pintar bermain alat musik, dan juga salah satu pemain terbaik di tim futsal lamanya.

Sebenarnya, jauh sebelum Caca menyukai Rafa, aku sudah menyukai Rafa lebih dulu. Aku selalu memperhatikannya, dan beruntungnya aku, karena di suatu kesempatan, aku diminta masuk ke sebuah grup musik, didalamnya ada Rafa. Jadilah, aku dan Rafa bertambah dekat. Dan, setelah itu, Caca malah bilang padaku, kalau dia menyukai Rafa. Lalu, Caca menyuruhku untuk menjauh dari Rafa, namun tak kuturuti. Akhirnya, Caca menantangku untuk berlomba menarik hati Rafa. Aku, dengan bodohnya setuju, karena aku tak mau menyia-nyiakan perjuangan yang telah kulakukan selama ini.

Saat persaingan itu baru dimulai, aku merasa cukup percaya diri, karena aku lebih akrab dengan Rafa dibanding Caca. Aku juga lebih mengenal Rafa dibanding Caca. Namun, bodohnya aku, aku lupa kalau kebanyakan cowok selalu menilai dari penampilan. Semakin jauh, Caca semakin dekat dengan Rafa, hingga akhirnya, Rafa menyatakan cintanya pada Caca, dia meminta Caca untuk jadi pacarnya, yang tentu saja langsung disetujui. Miris, bukan? Ditikung sahabat sendiri. Hatiku, saat itu, langsung menjadi susunan puzzle yang hancur, karena terbanting terlalu keras.

Hingga akhirnya datang Nael, penyelamat hatiku. Temanku Meli yang sekelas dengan Nael bilang, kalau tadi dia, Nael, dan anak-anak kelas 10-2 yang lain sedang bermain Truth or Dare. Akhirnya, datanglah giliran Nael, dia memilih Truth. Lalu, seperti biasa, tipikal anak iseng dan kepo, Meli menanyakan siapa cewek yang sedang ditaksir Nael. Tak disangka, dia menyebut namaku, "Keira."

Secangkir Cokelat Pahit. [#Wattys2016]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang