Who?

488 51 9
                                    

Mentari mulai terlihat di ufuk timur. Sinarnya mulai menelusup dari celah-celah tirai. Terlihat kesibukan mulai nampak di setiap penjuru rumah.
"Argh" gumam namja yang masih terbaring di atas tempat tidur, merasa terganggu dengan sinar matahari yang menyapa matanya.
Ia menggeram ketika merasakan badannya remuk ketika mencoba untuk duduk. Setelah merasa nyaman dengan posisinya, ia mulai mengedarkan pandangannya kesekitar. Masih jelas diingatannya kalau ini bukan kamarnya, ini pasti kamar seseorang yang telah menolongnya kemarin. Ah, dia ingat apa yang terjadi padanya semalam sehingga berakhir dikamar ini, rasanya ia ingin mengumpat dua orang namja yang mengeroyoknya kemarin. Jika bukan karena dia merasa begitu lelah setelah melakukan pekerjaan malamnya, dia akan menghajar habis-habisan dua orang keparat itu.
Sibuk dengan pikirannya sendiri, namja itu tak menyadari kehadiran namja lain diruangan itu.
"Hei, ini makan." Perkataan dingin namja yang sekarang berdiri disampingnya, menyadarkannya bahwa dia tidak sendiri. Ia mendongakkan kepalanya dan mendapati seorang namja berambut hitam dan nampan ditangannya.
Namja itu meletakkan nampan pada pangkuannya dan berjalan pergi.
"Tunggu." Ia baru tersadar ketika namja itu sudah mencapai pintu disamping almari.
Namja itu menghentikan langkahnya dan menatapnya datar.
"Hmmm, minta disuapi?" Seringaian nampak tercetak apik disudut bibir namja itu.
Hampir saja dia mengumpat gara-gara ucapan menyebalkan dari namja yang telah menolongnya itu. Ia menarik nafas untuk meredakan rasa kesalnya, mengingat namja itu yang telah menolongnya.
"Aniya, namaku Jeon Jungkook. Gomawo sudah menyelamatkanku dan merawatku. Siapa namamu?"
"Sama-sama. Dan soal nama, itu tidak penting. Habiskan makananmu." Setelah mengatakannya, namja itu menutup pintunya.
"Aish, dasar namja menyebalkan. Aku sudah berusaha bersikap sopan juga. Apa susahnya menyebutkan nama, dia tak akan rugi." Gerutu Jungkook sambil menyuapkan bubur di pangkuannya dengan rakus.
Gerutuan terus meluncur dari bibirnya namun mulutnya tak berhenti mengunyah. Jungkook benar-benar lapar ternyata.

Sambil memakan makananya Jungkook mengedarkan pandangannya sekali lagi, ternyata ini hanya sebuah flat sempit dengan dua ruangan. Ruangan pertama yaitu yang ditempatinya sekarang, ada satu sofa panjang dan meja diujung ruangan, dapur yang berada disisi lain ruangan dan satu almari geser besar. Dan ruangan yang kedua yaitu kamar mandi di samping almari. Di samping pintu dekat kamar mandi ada meja kaki kecil dan rak buku besar. Pantas saja namja itu menyebalkan pasti dia tipe kutu buku yang suka menyendiri, liat saja buku-buku tebal yang memenuhi rak bukunya. Jungkook bahkan sanksi hanya untuk menyentuh buku-buku itu.
Pada saat Jungkook sudah menyelesaikan makannya, pintu kamar mandi terbuka menampilkan namja tadi yang hanya menggunakan jeans tanpa atasan dan handuk yang melingkari lehernya.
Jungkook tak mengira namja menyebalkan kutu buku tadi mempunyai tubuh yang begitu sexy dengan six pack dan kulit yang putih mulus. Bagaimana jika tangannya menyentuh dan memberikan ciuman serta jilatan erotis dan memberikan kiss mark untuk menghiasi kulit putih namja itu. Ughh, Jungkook mulai membayangkan yang tidak-tidak sekarang.
Namja itu berjalan acuh menuju almari dan mengambil kemeja hitam tanpa menghiraukan tatapan mesum Jungkook padanya.
"Sampai kapan kau diam di sana dan memikirkan hal mesum, heh?" Jungkook tersadar dari lamunannya dan memandang namja yang menjadi sumber pikiran mesumnya sudah rapi dengan tas ransel dipundaknya sedang berdiri di samping pintu yang terbuka.
"Aku mau pergi. Kunci pintunya dan letakan di pot sebelah pintu jika kau pergi." Setelah mengatakannya namja itu menutup pintu dan pergi keluar.
Mendengar debaman pintu Jungkook baru benar-benar tersadar dari pikirannya. "Shit, dasar namja gila. Bagaimana bisa dia meninggalkan rumahnya pada orang asing. Sebaiknya aku segera menyusulnya." Jungkook segera beranjak dari futon yang ditempatinya dan melipatnya asal, meletakkannya disudut ruangan. Melangkah cepat menuju pintu dan Jungkook hanya mendapati angin kosong di koridor flat itu.
"Cepat sekali namja itu pergi." Jungkook tak habis pikir kenapa namja yang telah menolongnya itu aneh sekali. Setelah mengunci pintu dan meletakkan kuncinya dipot sesuai dengan pesan namja itu, Jungkook segera beranjak pergi setelah dia menyadari jarum jam sudah menjukkan angka delapan kurang lima belas menit, yang artinya jika Jungkook tak cepat-cepat dia bisa terlambat ke kampus.

"Sebenarnya namja itu siapa?" Jungkook benar-benar penasaran.

TBC

Maaf karena updete lelet banget dan berakhir updete tapi pendek seperti ini, hehehe.
Terimakasih sudah mau membaca ff tak bermutu ini. Dan yang sudah mau voment terimakasih banyak. Aku menghargai semua reader yang sudah membaca ff payah ini.
Sekali lagi maaf apabila alurnya nanti terlalu panjang dan beribet, masih belajar soalnya. XD
Selamat hari raya idul Fitri, mohon maaf lahir dan batin.

Choose And DecisionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang