Seorang gadis kecil berjalan ditengah hutan yang gelap. Wajah gadis kecil itu tampak kebingungan dan ketakutan. Seharusnya ia tadi menuruti perkataan kakak-kakaknya untuk berjalan beriringan dengan mereka. Sekarang semuanya sudah terlambat. Ia tertinggal dan tersesat di tengah hutan. Ia terus berjalan sambil memanggil kakaknya dan berdoa di dalam hati. Ia berharap ayah dan ibunya menemukannya. Ia sangat takut berada di hutan ini sendirian.
"Kraak"
Gadis kecil itu menengok ke arah bunyi ranting yang terinjak itu sambil berharap bahwa orang tua atau teman mereka menemukan dia
"Siapa itu di sana?" Gadis kecil itu bertanya
Hening. Tidak ada yang bersuara menyahuti dia. Lalu terdengar lagi bunyi yang sama dan suara langkah kaki mulai terdengar
"Siapa itu disana? Jawab!" Ia mulai berteriak
Gadis kecil itu mulai ketakutan. Lalu tampaklah dari balik pohon sesosok wajah yang menerikan yang menyeringai menatapnya dengan kejam
"Siapa anda?" Suara gadis itu gemetar karena takut
Di wajah orang itu terdapat bekas cakaran yang sangat mengerikan. Namun satu yang terbesit di otak gadis kecil itu. Pria yang berdiri di depannya adalah Rogue atau werewolf liar. Ayah dan ibunya selalu memperingatkan dia dan kakak-kakaknya agar berhati-hati karena mereka sangatlah kejam dan sebisa mungkin menghidari bertemu dengan mereka
Pria itu berjalan mendekatinya. Gadis kecil itu terus berjalan mundur seiring dengan mendekatnya sang rogue
Tiba-tiba gadis kecil itu tersandung dan terjatuh kaki kecilnya terkilir dan ada luka yang mengalir karena terantuk batu. Ia mulai terisak karena menahan sakit dan ketakutan akan apa yang akan dilakukan werewolf liar itu kepadanya
"Jangan menangis gadis kecil. Karena rasa sakit karena terjatuhmu itu tidak sesakit perasaanku yang melihat pasanganku dibunuh oleh ayahmu didepan mataku hanya karena status dan wibawa. Aku akan membuat ayahmu menyesal karena telah membunuh pasanganku."
Gadis kecil itu melihat sebilah kapak sudah berada di tangan pria itu
"Tolong. Tolong jangan membunuhku. Aku mohon jangan." ujar gadis kecil itu dengan berurai air mata
"Diam!! Aku tidak akan membunuhmu dengan semudah itu. Kamu harus merasakan penderitaan yang ayahmu berikan kepadaku." Sang rogue berkata dengan kejam. Matanya berkilat marah lalu ia dengan segenap kekuatannya mengayunkan kapaknya kearah gadis kecil itu.
"TIDAKKKK.. TIDAKKKK......................."
"Tidakkkkkkk....."
"Xena!Xena! Bangun sayang! Xena!" Terdengar suara perempuan dan laki-laki di hadapanku. Lalu laki-laki itu langsung memelukku. Aku membalas pelukannya sambil mencoba bernafas normal dan tidak panik
"Xena, kamu pasti bermimpi buruk itu lagi ya? Maafin kakak ya dek. Kalau saja hari itu kakak lebih mengawasi kamu dari pada bertengkar dengan Revan kejadian ini tidak akan terjadi." Wanita itu memelukku dan menangis tersedu-sedu.
Aku melepaskan pelukan pria dihadapanku dan menatap Fella, kakak perempuanku menangis di hadapanku.
"Ini semua bukan salah siapa-siapa kak. Aku mohon kakak jangan nangis lagi ya.Gak ada yang bisa disalahin dalam hal ini kak. Semuanya udah terlanjur terjadi. Aku gak mau kakak nyalahin diri sendiri kak. Anggep aja ini musibah. Aku juga udah berusaha ngelupain kejadian itu kak. Tapi mimpi itu masih sering muncul mengantui aku." Aku tersenyum dan berkata kepada Kak Fella.
"Tapi Xen.. Kalau saja hari itu kakak gak berantem sama Revan pasti hal itu gak bakalan terjadi." Kak Fella menatapku sedih
"Cepat atau lambat itu juga pasti kejadian kak. Orang yang menyerangku pasti akan melukai salah satu dari kita juga kalau ia tidak cepat tertangkap. Kebetulan saja hari itu aku gak dengerin nasehat kakak dan malah tersesat di hutan." Aku tersenyum menatap kakak ku itu
"Kalo aja waktu itu aku sadar kamu hilang dan datang lebih cepat, kejadian ini gak bakal terjadi dek." Aku mendengar laki-laki yang tak lain adalah kak Revan berkata dengan marah
"Makhluk sialan itu pasti gak bakal ngelukain kamu dan kamu gak bakal kayak gini dek." Dia menatapku sedih
"Udah lah kak. Aku gak papa kok. Dari pada ribut dan nyalahin diri sendiri, mendingan kakak bantuin aku turun dari kasur dan deketin kursi rodanya. Aku mau ke toilet." Aku tersenyum menatap kedua kakakku.
Lalu dengan sigap kak Fella mendorong kursi rodaku mendekat kearah kasur dan kak Revan menggendongku lalu mendudukkan ku di kursi rodaku.
"Udah ah sana pada balik ke kamar masing-masing. Inget loh kak Revan, minggu depan Kakak bakalan ditunjuk menggantikan ayah untuk menjadi Alpha." Aku berkata sambil mendorong kursi rodaku ke arah toilet.
"Iya deh iya. Kamu bisa sendiri?" Kak Revan menatapku dan aku hanya memutar mataku dan tersenyum padanya.
Aku melihat ia berbalik dan keluar dari kamarku. Lalu aku melihat kak Fella yang masih terduduk sedih di atas kasurku. Aku lalu menatapnya dan tertawa melihat ekspresi sedihnya tidak mempengaruhi kecantikannya.
"Kak Fella balik juga sana ke kasur kakak sendiri. Aku udah gak apa-apa kok. Tadi juga cuma mimpi." Aku berkata terus terang
"Iya Xena. Udah sana kamu buruan ke toilet. Kakak tungguin sampe kamu selesai." Dia tersenyum menatapku.
Aku masuk ke dalam kamar mandi lalu membasuh wajahku dan menatap wajahku.
"Xena kamu kuat. Kamu harus bisa jalanin hari-hari kamu dengan baik." Aku berkata kepada diriku sendiri dan tersenyum.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Cerita werewolf gue yang pertama pakai Bahasa Indonesia. Kaku banget ya? Tadinya gue selalu beranggapan kalo bikin cerita werewolf pake Bahasa Indonesia bakalan aneh. Kagok sih iya. Aneh.. ya sedikit lah. Maaf ya kalo ceritanya abal dan pendek banget.
Jangan lupa untuk Follow gue dan Vote cerita ini ya. Makasih :)
-G-
KAMU SEDANG MEMBACA
The Special Luna
WerewolfShe's kind She's sweet She's helpful She's unique She's disable Semua orang menyayangi dia. Dia adalah putri dari seorang Alpha. He's ruthless He's mysterious He's cruel He's vicious He's the king of all the beast Semua orang takut padanya...