Sajak Sang Pemimpi

128 9 2
                                    

Aku tahu, pagi adalah sebuah omong kosong bagi sang pemimpi. Malam adalah surga yang terus dinanti oleh mereka yang enggan menelan sebuah harapan tanpa arti. Sinar terang pun berubah menjadi jingga temaram. Seraya dengan tidurnya mentari, para pemimpi mulai menari-nari. Menyambut sepucuk harapan yang datang bersama gemerlap bintang.

Seorang dari mereka berdiri diatas jembatan, namun ia tak seperti pemimpi lain yang menari sembari berlompatan. Dia diam, sambil menutup mata. Merasakan hembusan angin yang lembut dan pelukan sisa-sisa cahaya temaram yang menghangatkan. Aku melihatnya, menghirup dalam-dalam udara rindu yang menyesakkan peparunya. Menahannya begitu lama, agar udara itu meresap, lalu menrghujam setiap degub jantungnya.

Perlahan ia hembuskan udara itu, sembari membuka pejaman matanya. Kini ia mulai mencoba melihat mimpinya dengan kedua matanya, bukan dengan khayalan semata. Lalu dunianya mulai berubah. Ia tersenyum lalu, berbalik pulang. Tak pernah kembali berharap agar malam selalu datang. Karena baginya, pagi ataupun malam, tak jauh berbeda. Untuknya, mereka hanyalah omong kosong bagi orang yang sudah tak memiliki harapan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 30, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sajak Sang PemimpiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang