bonus chapter: Songs

2.4K 291 10
                                    

Lahir di keluarga kaya raya, pemilik sebuah perusahaan besar, tentu terdengar begitu menyenangkan. Malah, mungkin saja kau menginkannya. Posisi dan harta itu benar-benar susah dicari, sedangkan aku? Lahir pun aku sudah memiliki jabatan, "Penerus Kerajaan".

Sesungguhnya aku tidak begitu mendambakan ini. Aku mendapatkan banyak hal, namun sungguh, aku hanya ingin perhatian keluargaku -maksudku- ayahku.

Ayahku! Ya, benar. Pria yang memegang kekuasaan tertinggi layaknya raja itu benar-benar semena-mena. Ia ambisius, tak ingin kerajaannya berhenti walaupun lima puluh tahun terlewati. Itu membuatnya terlihat tamak bagiku. Ia rakus akan kekuasaan sampai-sampai menyiapkan satu anak yang hendak dijadikan raja di kemudian hari. Anak itu adalah Song Minho, aku.

Aku ingin memberontak. Aku bosan dengan perusahaan serta tetek bengeknya. Aku di suruh bekerja keras demi perusahaannya, tanpa berpikir kalau sebenarnya aku lebih menyukai hal lain.

Aku pikir, aku akan terus seperti ini. Menuruti ayah layaknya budak. Namun, ternyata tidak juga.

Saat usiaku sepuluh tahun. Ayah pulang membawa anak yang lebih muda dariku. Mungkin dua tahun. Aku bingung dibuatnya. Pasalnya ia memiliki wajah mirip Ayah, sedangkan aku tidak diwariskan apapun kecuali rambut hitam legam ayah. Yang lebih memusingkan, ayah bilang padaku bahwa bocah ini adalah adikku.

Adik? Kami bahkan tidak mirip!

"Adik dari mana, yah?"

"Dari seorang wanita yang layak kau panggil Ibu."

Ibu? Apalagi itu?

Aku anak yang hidup tanpa kasih sayang seorang wanita yang katanya "Ibu". Mana mengerti hal seperti ini. Namun, ya sudahlah. Apa kata ayahku jika aku membantah dan menolak keberadaan "adikku". Aku pun menerimanya. Toh, sebenarnya ia terlihat menyenangkan.

Omong-omong, namanya Yunhyeong. Song Yunhyeong.

Walau wajahnya agak mirip dengan ayah. Ia tidak mewarisi sifat ayah yang kaku dan tegas. Ia menyenangkan, cerewet dan (kuakui) agak cengeng. Awalnya aku bingung dan berpikir aku harus apa dengan anak seperti ini? Namun perlahan, aku mulai dekat dengannya. Kami benar-benar saudara, namun entah satu darah atau tidak.

Yunhyeong pun sama. Ayah berharap banyak dengannya. Rencananya ia akan memegang cabang perusahaan di Jepang dan China. Karena itu lah ia dipaksa belajar dengan keras, kami sama.

Namun, Yunhyeong sedikit berbeda.

Aku memang tipikal anak yang sangatlah penurut. Sampai-sampai melepas semua yang aku suka demi ayah, namun tidak dengan Yunhyeong. Jika ia sudah suka A, ia akan terus mengejarnya. Dan aku sangat risih kala tahu kalau ia sangat mencintai dunia peran.

Kenapa aku merasa risih? Tentu karena ayah marah besar kala tahu Yunhyeong lebih suka menghafal naskah drama dibandingkan dengan buku pelajaran.

Awalnya aku tidak menyadari renggangnya hubungan ayah dan Yunhyeong. Aku baru menyadari saat melihat bekas luka pukul di tangan dan kaki Yunhyeong. Ditambah pula Yunhyeong yang suka menyendiri di kamarnya membuatku risih. Apalagi kala mendengar isakkan-isakkan kecil dari sana.

"Aku baik-baik saja, kok, Hyung! Hanya sedang pilek saja. Soal luka, aku sempat jatuh dari tangga, tapi Kim Ajussi sudah mengobatinya. Hyung tenang saja, deh. Aku baik-baik saja. Hehehe."

Sungguh, actingnya perlu dihadiahi Grammy Awards.

Tiba-tiba semuanya berubah. Rumah menegang. Ayah tidak pernah berbicara lagi dengan Yunhyeong. Ketika berpapasan pun, ayah hanya lewat dengan dingin kala Yunhyeong menyapanya. Melihat tampang sedih itu membuat aku tidak tahan. Terlebih kala nama Yunhyeong di hapus dari kartu keluarga.

Yunhyeong, walau asal-usulnya tak helas, aku benar-benar menyayanginya layaknya kakak kandungnya.

"Yunhyeong-ah, aku tahu kau sangat menyukai dunia peran. Aku akan mengeluarkanmu dari rumah ini dan menyekolahkanmu di Dankook University jurusan perfilman. Tapi, kau harus berjanji belajar dengan tekun. Aku tidak seperti ayah yang menuntut banyak, aku hanya ingin kau belajar dengan baik. Mengerti?"

"Ya, Hyung. Aku berjanji."

Aku membiarkan Yunhyeong tinggal di apartemen yang letaknya agak jauh dari rumah, juga menyekolahkannya di tempat yang ia suka. Dan... ya. Itu juga membuat hubunganku dengan ayah cukup merenggang. Ia berpikir kalau aku akan berakhir sama dengan Yunhyeong. Tapi, aku menjelaskan.

"Ayah. Aku tetap akan menjadi orang yang kau mau. Tapi, jangan sentuh Yunhyeong. Dan, jangan pernah kau menyesal kala ia sukses dengan caranya sendiri."

Sampai kapan pun, aku akan menjadi budak ayah. Namun, selama adikku tak tersentuh, aku rela.

-End of Bonus Chap.-

Kira kira begitu cerita Minho dan keluarganya. Bonus chap. cuma buat ngejelasin suatu tokoh atau kejadian aja. Tapi, kalau ga di baca pun ga akan ngaruh.

See u on the next chapter!

Shared BodyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang