Chapter 4

64 18 3
                                    

"Hey, kau tidak sarapan?" Ujar Jack begitu ia melihatku keluar dari kamar dengan terburu-buru.

Aku menggeleng cepat.

"Kenapa? Kau tidak akan konsen jika perutmu kosong. Dan mengapa pagi-pagi sekali?"

Aku menghela napas panjang, sekarang aku tidak memiliki waktu untuk menjelaskan padanya secara rinci tentang hal mengapa aku siap lebih awal sehingga aku melewatkan sarapanku.

"Kau tahu? Di kelasku, ada seorang laki-laki yang sangat menyebalkan. Dia mengambil tempatku kemarin dan aku tidak akan membiarkannya lagi. Kalau tidak salah namanya..." Ah, siapa nama laki-laki yang menyebalkan itu? Aku lupa namanya.

"Namanya... umm, oh ya! Cameron Dallas. Well, Jack, nanti akan kuceritakan semuanya padamu, sekarang aku harus pergi." Ucapku terburu-buru tanpa menyinggahi dirinya terlebih dahulu yang sedang menikmati sarapannya.

Tidak membutuhkan waktu yang lama bagiku untuk cepat tiba di NYU sebab jarak apartemen dan kampus tidak terlalu jauh dan masih bisa ditempuh dengan berjalan kaki. Beruntung Jack menyewa apartemen didekat sini, jadi kami bisa berhemat.

Setibanya disana, pun aku langsung memasuki ruangan kelas yang baru terisi dengan tiga orang murid dan menduduki tempatku yang masih kosong. Sudah kubilang bukan, kalau kemarin adalah hari pertama sekaligus menjadi hari terakhir baginya untuk menempati mejaku? Well, kelihatannya memang terdengar sedikit kekanak-kanakan dan juga berlebihan. Tapi aku memang membenci seseorang yang mencoba untuk mengambil kepunyaanku, termasuk mejaku. Aku tahu meja itu bukan milikku seutuhnya karena aku hanya menempatinya untuk beberapa tahun saja tapi tetap saja, sedari awal aku sudah menempatinya.

Kelas sudah mulai penuh oleh para murid yang berdatangan tapi aku masih belum melihat batang hidung orang menyebalkan. Dalam hati aku merasa lega, mungkin saja kemarin ia salah masuk kelas dan terlalu malu untuk mengakuinya pada seisi kelas.

Gadis batinku membuka matanya lebar-lebar begitu ia melihat siapa yang datang sekarang. Pun aku membuang muka dan memainkan ponselku. Sial, kenapa dia harus hadir?! Aku tidak mau melihat ke arahnya sedikit pun dan sekarang aku bisa mendengar tawa singkatnya saat ia berjalan melewati mejaku.

Dari arah belakang terdengar bunyi berisik, seperti suara decitan namun tidak terlalu mendominasi. Oh, aku tidak peduli dengan apa yang sedang ia lakukan sekarang.

"Kau menempatinya lagi, hah?" Ucapnya sembari memindahkan meja dan kursi di belakangku ke depan-di samping mejaku tepatnya.

Apa sih maunya ini?!

"Pindah ke belakang." Ujarku tidak senang.

"Kau tahu, aku bisa melakukan apa yang aku mau."

Pun aku tergelak ironi mendengarnya, "Aku tidak peduli. Dan bisakah kau pindah? Kau sangat mengganggu."

"Apa peduliku jika aku mengganggumu? Jika kau tidak suka, kau bisa pindah ke belakang. Mudah saja."

Apa? Apa dia bilang? Aku pindah ke belakang dan mengalah lagi? Oh, tentu saja tidak, Dallas! Aku tidak akan membiarkanmu.

"Ini hanya sekedar masalah tempat, mengapa kau terlalu kekanak-kanakan?" Lanjutnya, aku yang masih tidak mau melihatnya pun tertawa sembari menggelengkan kepala.

"Jika memang ini hanya masalah tempat, mengapa tidak kau saja yang pindah? Dan oh, seharusnya kau yang harus sadar akan kata-katamu itu." Dan kali ini aku menatap wajahnya yang memuakkan itu.

"You're a good girl but I know you bad though."

Dan apa-apaan sekarang ini? Mengapa ia menjadi sangat menyebalkan-berkali-kali lipat!

It's YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang