aku terus mengejar pemuda itu dengan sekuat tenaga aku berusaha mengejarnya, namun dia berhasil keluar dari lingkungan rumahku dan pergi menuju pemberhentian taksi, sayangnya aku tak dapat menangkapnya karena dia sudah pergi dengan taksi yang berada dipangkalan itu. Aku berniat untuk mengejarnya lebih jauh tetapi langkahku terhenti oleh sebuah cincin yang tergeletak ditanah, aku melihat benda itu jatuh dari kantong pemuda itu dan aku memungutnya. Cincin itu memiliki ukiran yang berbentuk seperti seekor naga yang mengelilingi cincin itu, aku tak pernah melihatnya namun cincin itu nampak familiar bagiku. Aku lalu menaruh cincin itu kedalam saku ku untuk nanti ku teliti lebih lanjut, aku berjalan pulang dan mulai merasa aku telah berlari cukup jauh dikarenakan halaman rumahku yang sangat besar.
Aku sedang beradan diruang utama saat Becca perlahan membuka pintu dan berjalan menuju kamar tidurnya dilantai 2
"Kemana saja kau becca?"
"Aku ada urusan"
"Aku tahu, tapi seberapakah pentingnya urusanmu hingga kau hanya meninggalksn sepucuk surat dan pulang semalam ini?"
Becca mulai gugup, menyadari sekarang sudah pukul sebelas lewat tiga puluh menit. Lalu mulai mrngalihkan pandangannya
"Aku. . . aku. . . bertemu seseorang" sahutnya sambil menatap kuku kuku jarinya
"Siapa becca?"
"Seorang wanita tua. . ."
"Siapa dia? Jangan memotong kalimatmu, kau tahu aku tidak menyukainya"
"Dia adalah kerabatku...."
Aku sontak terkejut, tetapi aku ingat hari itu saat aku sedang berkeliling kota untuk mencari makanan lokal dan manisan kesukaan Becca, aku ingat seorang wanita paruh baya menghampiriku dan menunjukan foto Becca. Aku tak menyangka hal ini akan kubicarakan dengan becca secepat ini. Foto itu, foto saat becca masih berumur 11 tahun, aku mengetahuinya karena aku menemukannya becca pada saat itu.
"Mengapa kau tidak pernah bilang bahwa kau masih memiliki kerabat yang mencarimu?"
"Maaf kan aku vi, aku takut kau akan mengembalikanku kepada keluargaku. Aku takut kau akan menghubungi salah satu dari keluargaku. Sebenarnya wanita tua itu bukanlah kerabatku, dia adalah orang kepercayaan ayahku yang menjagaku sejak aku kecil. Tetapi dia berubah.... Menjadi seorang tak berhati sejak kedatangan seorang wanita dalam hidupku dan hidup ayahku... Aku tak tahu mengapa dia bisa menyakitiku saat dia adalah orang yang merawatku sejak aku masih bayi... Dan...da-"
Suara becca mulai terputus-putus seraya air mata mulai bergulir diatas pipi nya merona merah, wajahnya menunjukan betapa takutnya dia. Bahkan untuk sebuah kejadian yang telah berlalu bertahun-tahun. Aku tak tega melihatnya, kuhampiri dirinya dan memeluknya..
"Tak apa becca, aku tak akan memaksamu untuk bercerita sekarang. Maafkan aku karena tidak memperhatikanmu selama ini. Aku kira dengan kau tinggal bersamaku sudah cukup untuk menyelamatkanmu dari dunia yang kejam, ternyata semua itu tak mambuatmu dapat melupakan semua rasa sakitmu. Maafkan aku karena tak mengenalmu dengan baik becca"
"A-.. Aku tak apa vi, maafkan aku juga yang tak pernah bercerita padamu. Aku tak mengira orang itu akan mencariku dikota"
"Jika kau takut padanya, mengapa kau menemuinya? Mengapa tidak kau beritahu aku terlebih dahulu?"
" aku tak mau kau terlibat masalah vi, aku bahkan berusaha sekuat tenaga untuk tidak memberikan informasi apapun tentang dengan siapa aku tinggal selama ini"
"Mengapa? Kau adalah keluargaku sekarang dan aku akan selalu melindungi kelurgaku becca, lalu bagaimana kau bisa pergi darinya?"
"Aku.... Aku mengelabuinya dengan pamit ke kamar kecil.."
"Dan dia tidak menangkapmu atau mengejarmu?"
"Umm... Aku rasa tidak"
"Bagaimana mungkin dia tidak mengejarmu.. Pasti ada yang wanita ini rencanakan.. Entah apa ya-"
*darr*
Suara tembakan terdengar dari arah luar, aku segera berlari dan menemukan salah satu daribpenjaga rumahku tergeletak bersimbah darah di halaman depan. Aku segera mencari kemana arah perginya si penembak tadi, aku menyusuri seluruh halaman rumah hingga akhirnya aku menemukan wanita itu sedang berdiri didepan becca, memegang tembakannya dengan erat. Bajunya terlihat sangat kumuh dan dia terlihat sangat lelah
"Becca!! Kau harus kembali kerumah, kau harus pulang atau aku akan memaksamu dengan cara yang tidak menyenangkan!! Cepaat!!"
"Tidak. Aku tidak akan kembali bersamamu , aku tidak akan kembali kerumah neraka itu lagi" sahut becca dengan gemetar
"Baiklah aku akan mem-"
*bruk*
Spontan aku melemparkan belati yang tersembunyi dibawah jubahku dengan cepat ke arah wanita tua itu, gerakan ku begitu refleks saat melihat becca dalam bahaya. Dia lalu terjatuh ke tanah menghadap tepat ke arah becca, gadis kecil itu membeku ditempatnya. Tak dapat bergerak akibat apa yang baru saja dilihatnya, bahkan satu kata pun tak keluar dari mulutnya
Butiran air mata mulai menuruni pipinya, wajahnya memerah masih dengan ekspresi terkejut yang sama saat wanita itu tiba-tiba muncul.
Wanita itu pingsan, akibat tusukan dari belati yang mengenai punggungnya. Aneh, bagi orang normal akan merenggang nyawa dengan luka tusukan sedalam itu, tetapi dia hanya pingsan karena aku masih menemukan denyut nadi ditangannya. Aku lalu memanggil salah satu penjaga rumah untuk mengurus wanita itu dan kemudian menghampiri Becca.
"Ayo kita masuk Becca, kau perlu beristirahat dan aku akan membahas ini denganmu besok pagi"
"Hmm" sahutnya
*************************************
Aku sudah menunggu dimeja makan saat Becca mulai menyiapkan sarapan, wajahnya masih menampilkan ekspresi yang sama saat terakhir kali aku melihatnya. Ketakutan, dia menyembunyikan rasa takutnya kepadaku, dia takut kepadaku kepada kakaknya sendiri yang sudah lima tahun ini bersamanya. Aku merasa sedih karena bukan ini yang aku harapkan saat dia tau siapa aku sebenarnya
"Becca, apakah sarapannya sudah siap?"
Dia masih terdiam
"Becca, apa kau mendengarku?" Aku mulai meninggikan suaraku
"Ah, i-ya ini sudah hampir siap" Becca tak menatapku
Tak lama Becca menghampiri meja makan untuk menaruh roti sandwich dan susu yang dia buat tadi. Namun, hanya untuk satu orang
"Ini sarapanmu" Becca tetap tak menatapku bahkan saat dia menruh makanan itu dan dengan segera beranjak pergi
"Sejak kapan aku memperbolehkanmu berbicara pada orang lain tanpa menatapnya Becca? Dan sejak kapan kau tidak sarapan bersamaku saat aku berada dirumah? Bukankah kau selalu senang saat kifa bisa makan di meja makan bersama?" Serentetan pertanyaan itu langsung saja keluar dari mulutku tanpa ada jeda
"Tidak pernah, dan ya aku selalu senang makan bersamamu" sahutnya masih dengan menundukan kepalanya
"Tataplah mataku saat berbicara Rebecca!"
"Sekarang duduk dan aku akan membahas masalah semalam denganmu" kataku sambil mulai memakan sarapan ku
"Baik Vi"
"Aku sangat kecewa padamu semalam Becca, jika saja aku tidak pulang lebih cepat mungkin aku akan kehilanganmu tanpa mengetahui apapun. Tapi itu tidak membuatku ingin menghukummu akibat semalam, nah sekarang coba jelaskan tentang dirimu kepadaku dan mengapa wanita itu sangat terobsesi denganmu setelah lima tahun ini?"
Becca terdiam