Sayapku (1)

491 4 1
                                    


Ada keramaian ketika aku baru saja keluar dari WC.
Wah, ada apa ini? Kok hampir tiap hari ada saja kejadian di kantor ini.

"Tadi, waktu kamu ke WC lihat ada burung atau apa gitu terbang nggak?" tanya Billy, begitu melihat aku keluar dari WC barusan.

"Enggak," jawabku mantap. "Iseng amat aku merhatiin apa yang ada di depan padahal kebelet pipis banget."

"Ah, elu mah... Hidup kok lempeng amat siih, Non... Tuh lihat, apa yang dilihat banyak orang di depan pintu keluar bagian kantor kita." Billy menunjuk pintu menuju kantor kami. Gedung tempat kantor kami ini memang terdiri dari beberapa kantor. Ada yang perusahaan cukup besar seperti tempatku bekerja ini sehingga menempati dua setengah lantai. Ada yang cuma satu, separuh lantai atau bahkan satu bagian di lantai tertentu.

Di perusahaanku sendiri ada beberapa bagian dari dua lantai setengah yang dipakai. Kebetulan aku di bagian HRD yang menempati sisa lantai setengah dari dua ke bawah. Jadi posisinya memang paling tinggi.

Dari penjelasan Billy tadi, bisa jadi memang ada burung-burung beterbangan yang mungkin sekadar mampir di pinggiran selasar dari pintu samping keluar menuju WC.

Tapi...
"Waduh... Kok banyak gini Bil?" Aku kaget banget begitu melihat ada hamparan bulu-bulu burung atau binatang sejenisnya, menggeletak seperti sampah daun berterbangan di jalan. Billy yang memang mengikutiku dari belakang, angguk-angguk.

"Gua kate juga ape, Nona... Makanya tadi gua nanya, kamu liat burung atau apa gitu yang ninggalin bulu sayangpnya sembarang di depan pintu gini?"

Keningku berkerut.

Aneh.

Lalu kepalaku menggeleng.

Kejadian aneh begini entah sudah keberapa kali terjadi.

Berapa minggu lalu ada aroma melati di pantry.

Bukan pengharum ruangan apalagi parfum. Ini beneran seperti bunga melati ada di sekitar situ. Padahal boro-boro melati. Tanaman biasa juga nggak ada.
Kejadiannya pas siang hari pula. Jadi, dibilang syerem ya enggak juga. Coba kalau pas malam, beda cerita.

Lalu, ada lagi di kejadian di email Hanna. Kebetulan kami sedang akan ada event menyambut akhir tahun. Hanna diminta untuk menyusun draft promosi. Lalu ia meminta dikirim materi gambar untuk promosi yang dimaksud.

Nggak sampai lima menit, Hanna sudah mendapat email yang dimaksud.

Ini rekor banget dari anak design. Biasanya, meski mungkin materi sudah ada, ngirimnya suka lama banget. Nggak tahu kenapa.

Begitu dibuka, Hanna berteriak histeris.

Kirain kenapa. Nggak tahunya karena maateri yang dikirim itu menurut Hanna bagus banget dan beda dari biasanya. Tanpa pikir panjang dia mengerjakan materi tulisannya supaya bisa mendukung gambar tersebut.

Nggak tahu karena dapat semangat dari materi gambar itu atau memang lagi tokcer ide, Hanna cepet bener dapet ide. Sekitar satu jam kemudian, Hanna mengembalikan materi gambar kosong tadi ke anak bagian design.

Nah.... Baru kejadian rame dah...

Soalnya anak design nggak merasa ngirim email ke Hanna. Boro-boro ngirim, buat aja belom. Maklum dianggap masih rada lamaan acaranya dan kebetulan kan ini urusan intern. Bukan untuk kepentingan kerja prioritas mereka.

Geger lah se-kantor....

Tapi, berhubung gambar yang kemudian disesuaikan dengan tulisannya juga bagus dan cocok, mereka menggunakan itulah sebagai alat promosi buat acara yang dimaksud.

Padahal sampai design jadi di ACC, pada nggak ada yang tahu siapa sebenarnya yang membuat materi gambar berupa bulu burung yang seolah sedang terbang menuju bumi dilandasi mahkota melati di sekitarnya.

Kejadian berikutnya menimpaku.

Tepatnya di apartemen pribadiku suatu malam.

Sebelum tidur, aku mendadak mendengar sebuah alunan musik piano merdu.

Kukira aku lupa mematikan TV, player musikkudi laptop atau malah ada live music di sekitar kolam renang, tempat biasa hal itu dilakukan.

Tapi, kalau sampai jelas kedengaran begini sampai di kamarku di lantai 15 begini, luar biasa bener ya....

Sempet begidik juga bulu guduk. Kepala sudah mikir yang enggak-enggak aja.

Untung nggak lama. Mungkin sekitar 2 menitan saja.

Aku pun bisa tertidur.

Besok paginya, HPku berbunyi dengan ringtone yang beda.

Aku sempat tidak ingin mengangkat. Tapi, ternyata dari Pak Rudolf, bosku. Ya kudu diangkat deh.

Cuma memberitahu soal meeting dan follow up sebuah kegiatan.

Selesai ditelpon, aku kepikiran, kenapa ringtone-ku berubah ya?

Langsung kucoba menghubungi HPku sendiri dari HP jadulku yang nomornya cuma buat orang-orang terbatas.

Begitu tersambung, aku kaget bukan kepalang.

Ternyata nada sambung di IPhone-ku ini memang beda.

Dan, ternyata juga... Nada sambung itu adalah lagu yang kudengar indah semalam dan sempat kucari-cari berasal darimana.

Astaga!!!

Aku coba lagi telusuri itu lagu apa dan judulnya apa.

Tidak mudah.

Sampai kudapat sebuah icon dan judul "Sayap". Begitu kunyalakan, itulah lagu yang kumaksud.

Ya ampun!!!!

Ada apa ini???

Belum sempat aku mencari jawab, kejadian siang tadi sehabis aku dari WC, melihat bekas-bekas bulu sayap yang bertebaran di depan pintu masuk kantor samping.

Meski akhirnya dibersihkan oleh pekarya kantor, baik aku atau Billy masih menyimpan misteri ini dan berharap akan terpecahkan segera.

(bersambung)


Pangeran Dari Urutan WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang