Hal terberat yang paling sakit adalah, ketika aku meninggalkan semua kebahagiaanku,pelukanku,cintaku dan hidupku. Yah... aku berkata seperti ini karna aku merasa hampa sekarang. Hampa karna di tinggal kekasih kekasihku yang takkan pernah ku lepas semua memori kenangaku bersamanya! Heii!! Kawan kawanku!!! Dimana rimba kalian?! Apakah kalian masih mengenang semuanya?? Jika kau mencariku, kemarilah... aku disini sedang menunggumu... sahabat!

Flashback

Senin, 18 july 2011
Selsai test peminatan, aku langsung saja menghampiri teman perempuanku, Harvey. Wanita ini cantik, alis matanya yang tebal ini terlalu sering memikat hati para pria. Yah bisa di bilang badannya pas sekali untuk dilihat, dia sangatlah montok! Yang sejak tadi hanya merenung saja, aku yang melihatnya risih. Ada apa gerangan sahabatku??

"Vey... what's going on??" Tanyaku padanya, duduk disebalah bangku yang kosong

"Hey... emm I'm okay, cuma lagi mikirin sesuatu aja..." jawabnya lesu

"What is that?"

"Aku takut, aku takut ayah marah sama aku... karena aku gak bisa ngambil IPA!" Jawabnya sambil memelukku, lalu ku balas dengan hangat!

"Heyy! Kan kamu pernah bilang sama aku... 'liat aja lerrie, pasti kita bakalan sekelas lagi!' Inget gak??" Ku ingatkan dia dengan perkataannya itu... dia yang melihatnya langsung tertawa "kan kamu sendirikan yang bilang, kalo kamu itu udah mutusin kamu masuk IPS, aku juga tadinya bener bener kekehkan kalau aku harus masuk IPA. Tapi Tuhan berkata lain!" Lanjutku lagi memuaskan hatinya agar ia tenang

"Harvey loe masuk jurusan apa?" Tanya seseorang yang duduk di sebelah Harvey yang kebetulan kosong

"IPS" jawanya singkat padat jelas

"Kalo elu Valerrie??" Tanyanya pada ku

"Sama IPS juga, kalau kamu?" Sahutku dan dengan pertanyaan yang sama. Ternyata oh ternyata, dia juga IPS... hahaha sempat tertawa. Pada saat ia menceritakan jika mommanya memarahinya, bahwa tau dia tidak masuk IPA melainkan IPS, astaga lucu sekali pria ini. Setelah seminggu telah berlalu aku, Harvey, dan Alban. Berjuang bersama sama, Alban nama pria yang ku bilang lucu itu adalah Alban, ia telah sepakat menjadi sobat kami, karna ia selalu bersama kami! Kemanapun kami pergi ia selalu saja mengekori kami. Tapi itu tidak membuat Alban menjadi risih, dia selalu saja menjadi bahan omongan. Hingga pada saat itu Alban sudah tidak bisa menahan amarahnya lagi

"Heh! Alban... kok elu kaya banci sihh, maennya sama cewe cewe mulu, emang iya sih cantik, manis, dan montok! Heh elu berdua gak diapa apain kan sama dia?" Tanya seorang pria yang bertubuh tegap dan sedikit berotot

"Apa jangan jangan salah satu dari kalian, udah ada yang di pake lagi sama Alban?" Lanjut pria sebelahnya mengompori Alban yang sedari tadi hanya diam mengutak atik handphonenya

"Woyy!!" Teriak pria tegap itu, seakan akan Alban harus membalasnya. Lalu dengan mukanya yang sengga itu, ia menghadap depan muka pria tegap itu dan...

Bhughhk... Bhughhk...

"Alban!!!" Teriak kami berdua bersamaan, dan meleraikan dua remaja ini.

"Alban! Stop!" Kali ini Harvey yang teriak

"Control your emotion, Al" lanjutku menghadang dada bidangnya itu membuat ku kewalahan memopongnya.

"Hey! Ada apa ini!!" Teriak guru itu menghampiri keributan ini

"Kenapa kalian bertengkar seperti ini. Kamu" tunjuk guru itu kearah Alban, pria tersebut dan kearah kami berdua

"Ikut ke kantor!" Lanjutnya lagi

Sepanjang perjalanan kami hanya mempedulikan satu pria, yaitu Alban Harvey yang sangatlah cerewet ini bergumam marah padanya.

Principal Room

Germany Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang