Bab III - Arcdemon

20 1 0
                                    

Bagian 1

Rambutnya yang sudah tersusun rapih dengan gaya yang sopan perlahan berterbangan terkena angin. Dirinya yang tegap dan berisi serta tampan begitu mengagumkan dibawah ruangan bernuansa abad pertengah tersebut.

Rambutnya yang putih tidak menandakan ia tua, namun menandakan betapa kerasnya ia mencoba untuk melampaui kemampuannya hingga pada akhirnya rambutnya memutih secara utuh. Dengan paras tampannya itu, lelaki dengan gelar Kepala Guard tersebut Nampak begitu elegan.

Ia tengah duduk diruang kerja rumahnya yang sepi, fokus pada data yang terpampang di Laptopnya. Berdecit pelan, tatapannya begitu suram menatap data tersebut.

Disana terpampang sebuah foto seseorang yang sempat ia bicarakan beberapa hari lalu, ketika Arrante berkunjung. Meskipun hanya sepintas, tapi dirinya tak menyangka yang dibicarakan akan begitu menganggumkan setelah beberapa test.

Bahkan jika dibandingkan dengan data milik Arrante, Guard termuda itu mungkin sudah kalah telak. dan jika dibiarkan, kemungkinan besar Veronica akan mengambil gelar Guard Termuda milik Arrante.

Bukan karena ia kecewa pada Veronica hingga berdecit, setelah membaca data tersebut, dirinya segera suram mengetahui fakta bahwa ia akan membimbing dua remaja dengan kekuatan besar.

Jika orang-orang lebih memperhatikan, dua remaja yang akan ia bimbing telah memiliki kekuatan yang melebihinya. Dengan begitu dirinya takkan sanggup jika mereka lepas kendali dari kekuatannya, membuktikan bahwa Guard membutuhkan pemimpin baru.

Sekali lagi ia bertanya-tanya dalam pikirannya, siapa seseorang yang cocok menggantikannya? Apakah Guard dengan nilai akademis terbaik? Atau Guard yang aktif dengan berbagai misi? Atau hanya Guard biasa yang ingin menjalani hidup tenangnya?

Dalam waktu yang penuh oleh tanda Tanya, notifikasi muncul dipojok kanan laptopnya. Tertulis disana [Zect mengundang Anda dalam Video Call], Lelaki dengan surai putih tersebut mendesah, kemudian menekan pelan pada notifikasi dan masuk dalam video.

Malam itu, seseorang bernama Zect memberi tahunya suatu rahasia, yang akan membawa kedua belah pihak dalam bahaya. Segeralah dia mengambil handphonenya dan menghubungi seseorang.

***

Xavier dengan wajah kesal berjalan ke sebuah perantaran hutan, dirinya terlihat begitu kesal mengenai seseorang yang sedari tadi mengikutinya dibelakang. Dia beberapa kali bergumam pelan dengan penguntit yang mengikutinya.

Merasa sudah cukup dalam di hutan, Xavier memusatkan dirinya dalam focus. Kemudian melepaskan ledakkan Kekuatan, yang pada akhirnya membentuk ruang 10x10 meter untuk dirinya serta menghempaskan siapapun dalam jarak 20 meter.

Tapi nampaknya kekuatannya masih tak cukup untuk melempar sang penguntit. Dia mendesah oleh karena itu kemudian berkata, "Keluar lah, Kak Arrante. Aku sudah tahu kau mengikutiku sejak pulang sekolah."

Masih membelakangi Arrante, ia dengan tenang mendengar langkah kakinya.

"Yah... sejak lahir aku memang tidak jago bersembunyi, Jadi... Apa yang iblis lakukan disekolah baru ku?" ucap Arrante dengan senyum.

Xavier menggertakkan gigi, kesal oleh tanggapan kebanyakan orang pada dirinya yang memiliki kekuatan Iblis, dia kemudian membalikkan badannya pada Arrante. Sekalipun ia ingin menanyakan darimana seorang siswa pindahan punya kekuatan yang begitu menakjubkan, dirinya sudah terlanjur tenggelam dalam emosi.

Sekali lagi Xavier meledakkan kekuatannya, menyebabkan terbuka lahan hutan sebesar 50x50 meter. Kemudian tersenyum licik pada Arrante dan berkata, "mari kita lihat seberapa kuat dirimu hingga dengan tenang menunjukkan diri dihadapanku!" tantang Xavier dengan lantang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 16, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Arrante | New EraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang