Dua murid SMA itu, Raff dan Faren, berlarian di koridor sekolah mereka. Faren yang berada di belakang tak henti-hentinya meneriakkan sumpah serapah kepada Raff yang sedang tertawa terbahak-bahak di depannya.
"RAF MATI LU ASU."
"WOI ANJING HP GUA!"
"AWA---"
BrukkkBelum sempat Ia menyelesaikan peringatan tersebut, Raff terjatuh dengan keras setelah menabrak Reta, salah satu teman sekelas mereka.
"Tai," gumam Raff seraya berdiri.
Raff menoleh ke arah arah tangannya yang sedang menggenggam HP ber-merk ternama milik Faren, kemudian ke arah Faren. Yang ditoleh menunjukan ekspresi sedikit panik.
"Sialan..."
"Maaf."
Omong keduanya bersamaan.
Faren mengambil hp-nya, dan yah, layar hp tersebut pecah setengah dan retak seutuhnya.
"RAFF SETAN!"
"Hehe, sorry bos."
________________________
"Far," panggil Raff. Ia mencolek colek bahu teman sebangkunya sedari tadi, namun sampai sekarang masih tidak ada respon yang diberikan oleh Faren.Faren masih berdiam diri kepada Raff. Ia sebenarnya tidak marah, Ia hanya iseng membuat Raff panik dan memohon- mohon permaafan darinya. Ekspresi Raff saat memohon dapat menciptakan 2 perasaan bagi yang melihatnya. Perasaan pertama, adalah perasaan dimana kau akan meleleh. Perasaan kedua, adalah dimana fesesmu yang akan meleleh. Setidaknya begitu menurut teman- teman Raff.
Mereka sekarang sudah berada di dalam kelas. Setelah kejadian di koridor sekolah yang menewaskan HP Faren tadi, mereka kembali ke kelas karena bel usai istirahat berbunyi. Ini adalah tahun ke 10 mereka menerima ilmu dengan berada di kelas yang sama. Saat pertama bertemu, Raff masih berumur 6 tahun lewat 8 bulan tahun dan Faren 6 tahun lewat 5 bulan. Benar, keduanya masih mengingat umur mereka pertama bertemu karena hal tersebut di tulis Faren di belakang pintu kamarnya menggunakan spidol permanent. Menggelikan memang jika diingat sekarang, namun, hey, dia dulu adalah bocah berumur 6,5 tahun, bukan?
Tulisan di belakang pintu itu mengandung 3 nama, nama Faren, nama Raff, dan nama Gion. Gion adalah teman satu geng Raff dan Farren. Ia adalah tipe cowo-idaman-dengan-tampang-tampan-dan-manis-juga-pintar-dan-misterius pujaan wanita di sekolah mereka.
Gion sekelas dengan Raff dan Farren selama 6 tahun di Sekolah Dasar, tetapi ia terpisah dengan mereka berdua pada kelas 7 dan kelas 9. Karena memiliki tingkat kecerdasan otak yang tidak jauh berbeda, mereka bertiga bertemu lagi di satu SMA, dan di kelas yang sama.
Rumah Gion bersebelahan dengan rumah Faren, sedangkan rumah Raff, walaupun masih satu komplek, berbeda blok, karena type rumahnya yang lebih besar dan elite. Terang saja, ayah dan ibunya pemilik restoran dengan belasan cabang di Kota- kota besar Indonesia.
Oke, kembali ke keadaan di sekolah. Bel telah berbunyi beberap menit yang lalu. Ketiga sejoli itu belum pulang ke rumah. Tidak, bukan karena mereka bertiga anak rajin yang menyelesaikan catatan setelah jam pelajaran berakhir. Malah, ketiganya sedang dihukum oleh Pak Darwin, Guru matematika di kelas mereka. Dia menghukum mereka karena alasan yang sepele, sebenarnya. Hanya karena Raff yang bernyanyi lagu permintaan maaf kepada Faren, Faren yang meneriakkan kata kata yang sangat-tidak-mengenakan di telinga guru, dan Gion yang ikut dihukum karena melempari mereka berdua dengan buku pelajaran pinjaman sekolah.
"Elu sih ah, udah tau Faren lagi ngambek ngambek asu, pake di ganggu." Marah Gion kepada Raff, matanya kemudian menatap tajam kepada Faren yang tertawa melihat wajah Raff yang seperti ingin menunjukan 'innocent puppy eyes' namun malah berakhir tragis. Walaupun Faren diam diam mengaguminya, yah, Faren semacam 'mengagumi' sahabatnya.
Sebenarnya bukan hanya mengagumi, Faren cinta kepada Raff. Hal ini hanya diketahui oleh 2 orang, yaitu Gion dan Kakaknya, Kak Farel. Ia tidak tahu bagaimana perasaan Raff kepadanya. Faren terlalu takut mengungkapkan hal ini kepada Raff.
"Gua gamau kehilangan 10 tahun silaturahim yang gua ama dia jalin." Ungkapnya suatu malam saat Ia datang ke rumah Gion karena cemburu melihat Raff dekat dengan salah satu perempuan dari sekolah mereka.
Gion sedang memutar bola matanya melihat Raff yang memandang Faren sambil tersenyum kecil, saat Pak Darwin masuk ke ruang kelas dan membebaskan mereka dari hukuman.
"Tolong, lain kali bernyanyilah di panggung saat ada acara pentas seni. Jangan bernyanyi di kelas saya." Pesan Pak Darwin kepada Raff. Yang di sebut bukannya malu, malah langsung tersenyum mendengar bahwa guru yang mendengar dia bernyanyi mengatakan kalau ia harusnya bernyanyi di pentas seni.
"Memangnya dia pantes, Pak?" tanya Gion yang memang berjalan terakhir.
"Tidak." Jawab Pak Darwin.
Faren dan Gion tertawa terbahak- bahak, sedangkan Raff sibuk mengacungkan jari tengahnya ke arah punggung Pak Darwin yang berjalan di arah yang berlawanan.
Setelah mereka bertiga sampai di parkiran sekolah, Gion segera menaiki motornya. Sebelum Faren bahkan sempat bertanya, ia langsung berkata "Gua mau ketemu seseorang dulu, jangan nebeng gua."
Faren langsung cemberut dan pandangannya beralih ke Raff.
"Raff, nebeng ya" ucap Faren dengan nada sedikit di-manja-kan. Nada tersebut tidak ber-efek apa apa ke Gion, namun selalu berhasil membuat Raff luluh dan gemas."Oke," Raff memberikan helm-nya ke Faren, yang kemudian di kenakan oleh pemuda tersebut. Sudah menjadi kebiasaan, apabila membonceng Faren, baik Raff maupun Gion memberikan Helm mereka ke Rafen, mereka tidak ingin di ceramahi 1x12 jam oleh Mamanya yang terlalu protektif.
Gion mendekatkan motornya ke arah Faren, "Sialan, jadi mau pacaran berdua nih," kemudian dihadiahi tatapan sangat mematikan dari Faren.
"Berisik, let it be our little secret"
__________________________________P.s tulisan di belakang pintunya Rafen:
three superheroes
rafen 6,5 thn
gion 6,7 thn
raff 6,8 thn=============================
Lmao so this story happened because of some stupid fake text that me and rere made. Enjoy it.SEMOGA LANCAR NGEHEHEHE,
-Sableng.OIYA PIC DIATAS ITU RAFF :33
KAMU SEDANG MEMBACA
Home (bxb)
Teen FictionRaff melihat ke arah Faren sambil tersenyum. Faren menoleh ke arah Raff kemudian ikut tersenyum. Ada rasa sayang yang diluar kendali di antara pandangan kedua pemuda tersebut. Namun, suasana itu dihancurkan oleh perkataan Raff, "Ren, kayaknya gua m...