Itu dia, si kepala batu hati kering.
Cakap tak bertapis, asyik melenting.
Tingkahnya dingin, mata menjeling.Adilkah dia dilabel begitu?
Dia punya hak untuk tidak mempedulikan,
Dia punya hak untuk melukakan.Kerana apa?
Fitrah manusia; memberi apa yang diterima.
Jika dia diberi racun,
Mampu kah dia membalas dengan madu?Ada suara berkata; orang lain pun bisa membalas baik walaupun diluka.
Iya, pasti bisa.
Tapi bukan dengan makhluk yang melukakan hatinya.
Atau lebih tepat,
Bukan dengan dirinya sendiri.Dari basah dengan senyuman,
Kini dia kering kebengisan, seolah dia lah makhluk yang patut dipersalahkan.