;2

20 3 2
                                    

MATAHARI malu-malu menampakkan dirinya pagi ini. Walaupun begitu, suasana santap pagi di kediaman rumah bercat broken white ini tak mendingin seiringan dengan buruknya cuaca.

     "Jus gue lo abisin, Bang?" Deandra berucap setengah berteriak dari dalam dapur, tepatnya setelah ia membuka kulkas dan tidak mendapati kotak-kotak jus yang biasanya tertata rapih di rak nomor 2 dalam kulkas, minuman kesukaannya. Takkan pernah alpa untuk ia bawa saat pergi ke sekolah.

"Kagak, semalem ditilep tuyul!" Prabu berkata santai diiringi kekehan sambil memakai sepatunya.

"Iye, tuyul doyan bubur." Adrew yang menjawab dan langsung disambar dengan Prabu yang tertawa terbahak-bahak mendengarnya. Deandra bedecak kesal.

"Halah, semalem masakan gue lo telen semua juga tapinya! Muji-muji enak, lagi!" Deandra membalas tak mau kalah. Prabu semakin terkikik di samping Andrew yang wajahnya langsung memerah padam sambil menata dasinya.

Anita yang sedang membereskan piring dibantu Deandra—yang juga tak henti-hentinya mendesah kesal—, hanya menggeleng-gelengkan kepala mendengar kedua anaknya dan seorang temannya mengadu mulut. Beruntung mereka ada di sini, Anita jadi tak merasa terlalu kesepian karena Rafa, suaminya, sedang dinas ke luar kota Jakarta dan tidak bersamanya.

Saat Anita dan Deandra menghampiri Andrew dan Prabu yang sudah selesai bersiap, Prabu tiba-tiba saja menyeletuk sambil tertawa, "pantesan semalem ada yang tidur nyenyak banget. Tau-taunya kekenyangan abis makan enak,"

Andrew semakin salah tingkah dibuatnya. Anita yang melihatnya langsung mengusap bahu Andrew lembut, "sudah-sudah. Kasian tamunya malah diledekin gitu! Sana berangkat,"

Deandra, Prabu, dan Andrew menyalami tangan Anita bergantian dan mengucap salam. Saat melihat Prabu tidak ikut masuk ke dalam mobil Andrew, Deandra membuka mulutnya, "loh? Mau kemana, Bang?"

Prabu membalikkan badannya saat mendengar Deandra memanggilnya. Karena jarak mereka tak begitu dekat, Prabu sedikit berteriak mengucapkannya, "ngambil motor di bengkel! Lo bareng Andrew aja!"

Secara tidak sengaja, Deandra menahan nafas mendengarnya.

Sampai saat Andrew memanggilnya, Deandra langsung tergagap, lamunannya terpecah seketika. "Ayo masuk,"

Laki-laki itu membukakan pintu penumpang di sebelah pengemudi untuk Deandra. Dalam hati, Deandra terus menyugestikan kepada dirinya kalau ini wajar. Andrew pasti melakukan ini kepada semua orang yang duduk di sebelahnya. Ini wajar, De. Lo jangan alay.

Ini sudah kedua kalinya Deandra satu mobil dengan Andrew dan mereka hanya berdua. Hati dan perutnya bergemuruh, sahut menyahut. Diiringi dengan otaknya yang terus-terusan membisikkan sugesti-sugesti yang ia buat sendiri. Deandra takut. Ia takut kalau-kalau saja ia lengah karena perlakuan manisnya Andrew. Ia takut kalau selama ini, semuanya hanya pikirannya saja dan bukan seperti yang ia rasakan. Eh, emang gue ngerasain apa, sih? Aduh, De. Kalo gini, lo terkesan semakin mikirin dia. Dia tuh, cum--

"Sariawan lagi lo?" Suara Andrew menginterupsi hatinya yang sedang membatin. Ia sampai terlonjak akibat terlalu fokus membatin.

Deandra berdecak malas sebagai jawaban, ia justru memalingkan wajahnya ke luar jendela. Takut-takut jika Andrew membaca kegelisahan yang tercetak di wajah putih bersihnya. Akhirnya, Deandra memutuskan untuk mengambil novel sastra dari dalam tasnya.

Hujan Bulan Juni. Andrew sempat melirik judulnya. Ia tahu buku ini.

"Tak ada yang lebih tabah dari hujan bulan juni, dirahasiakannya rintik rindunya kepada pohon berbunga itu.." Andrew berujar lembut memecah keheningan yang sempat menyelimuti mereka beberapa saat. Matanya menatap lurus-lurus ke depan, memperhatikan rintikkan gerimis yang mendadak turun. Ternyata langit sudah tak bisa lebih lama lagi memendam rindunya pada bumi.

DeandrewDove le storie prendono vita. Scoprilo ora