Sinar matahari masuk melalui celah jendela dengan malu-malu menyinari dua insan manusia yang masih terlelap di atas kasur berukuran king size tersebut.
'Huft. Sesak sekali.' Dilihatnya tangan kekar yang melingkar di pinggangya. Entah sudah berapa kali pria disamping Khiera melingkarkan tangannya di pinggang Khiera setiap malam hingga membuatnya sesak.
Nyaman. Itu yang dirasakan Khiera. Namun terkadang nenyesakkan juga. Setelah menyingkirkan tangan pria tersebut, Khiera menatap langit-langit dikamarnya.
Tak terasa sudah tiga minggu ia menikah. Masih tak disangka bahwa ia kini adalah seorang istri dari pria anak satu yang ada disampingnya.
Flashback^
"Kau harus menikah. Semua sudah diurus. Selesai. Silahkan keluar." Ucap pria paruh baya di depannya dengan datar dan dingin. Khiera yang mendengarnya terkejut."Maksud papi? Kenapa harus aku?"
"Karena saya mau kamu menikah." Bahkan pria tersebut tidak menatap lawan bicaranya sama sekali."Aku? Papi ingat bahwa aku masih sekolah? Demi tuhan, bahkan aku belum lulus. Ada apa ini sebenarnya? Kenapa tidak kakak saja yang cukup umur?" Tubuh pria itu menegang dan menatap Khiera tajam.
"Berani sekali kamu! Vanya memiliki cita-cita yang tinggi yang belum tercapai. Setidaknya buatlah dirimu berguna untukku. Cih begitu saja tidak bisa."
'Jadi aku tak punya cita-cita yang tinggi? Jadi aku tak punya harapan lagi.' Lirihnya dengan mata menerawang.
Flashback OFF^
Bahkan mengingat awal dia dijodohkan tak jarang membuatnya ingin menangis. Namun dia sadar bahwa dia sudah berjanji untuk tidak menangis lagi.
*****
"Selamat pagi semua!" Teriak Khiera saat kakinya menyentuh lantai dapur. Dengan segera ia memakai apron dan mengambil pisau untuk memo tongkat bawang.
"aduhh si non! Udah tunggu aja di meja makan. Sebentar lagi siap ini."
omel mbok Nah."yahh si mbok, aku kan mau ikutan masak. Kan kemarin aku udah nunjukin kemampuan masak aku."
"udah non. Duduk aja. Toh tinggal makan nanti hehe." ucap Tina, anak mbok Nah. Dengan kesal Khiera pun meninggalkan dapur.
"Ada apa ini? Pagi-pagi sudah berisik!" Ucap Shinta menatap Khiera kesal.
"Bu bukan apa apa ma. selamat pagi ma."
"Kalau ngga mau bantu, setidaknya jangan membuat keributan. Mengganggu saja."
Sinis. Itulah nada suara yang sering kali didengar Khiera dari mulut sang mama, tanpa tahu kesalahan apa yang telah diperbuatnya. Khiera hanya tersenyum menanggapi kemudian pergi.
Itulah cara terampuh agar Sang mama berhenti mengomel.
"Biannn. Bangun. Udah Pagi." Bisik Khiera di telinga Bian yang masih terlelap di kasurnya sambil mengusap kepalanya lembut.
"Hemm." Bian hanya mengganti posisi dengan malas.
"Buruan siap-siap. Nanti dimarahin bos kamu aja." Bian pun membuka matanya dan menatap polos Khiera yang sedang jongkok disamping tempat tidur.
"Good.. Ayo bangun terus siap-siap, aku udah siapin bajunya." Bian terduduk di pinggir tempat tidur dan merentangkan tangannya mengahadap Khiera.
Inilah yang selalu dilakukan oleh sepasang suami istri baru tersebut. Berpelukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Little Happiness [Repost The Reason]
RomanceREPOST "The Reason" ^Khiera^ Menikah di usia muda membuatku belajar banyak. Memiliki anak membuatku mengerti bagaimana menjadi seorang ibu. memilikinya membuatku menemukan 'sedikit' kebahagiaan yang sesungguhnya. Yaa hanya sedikit... ^Bian^ Dulu hin...