Cinta?
Apa itu cinta?
Kata asing yang merasuki pikiranku, dan meracuni serta membunuh perasaanku secara perlahan.
Aku pikir cinta itu indah, sangat indah bak bunga yang bermekaran.
Nyatanya? Aku tidak menemukan kata indah itu. Yang ada hanya kata tersakiti yang aku temukan setelah aku mengenal cinta.
Dan...
Setelah aku mengenal cinta, awalnya hidupku bahagia layaknya pelangi yang selalu datang menghampiriku.
Rasanya aku tidak ingin kehilangan cinta ini.
Semakin aku yakin, semakin aku terikat padanya. Terikat juga pada cintanya.
Semakin dalam aku terikat padanya, semakin dalam juga aku tersakiti olehnya.
Aku telah belajar banyak arti darinya, belajar berjuang untuk mempertahankannya.
Ternyata, berjuang sendirian itu tidak mudah. Berjuang untuk hubungan ini yang nyatanya dia saja sudah bosan untuk mencintaiku.
Sikapmu sekarang telah berubah tak sama lagi seperti dulu. Entah apa yang membuatmu berubah seperti ini, atau karena kau bosan dengan obrolan kita yang hanya itu-itu saja.
Ya mungkin, aku bukan orang yang selalu banyak topik untuk obrolan kita.
Kuakui, bahwa sikapku yang dulu secuek dan sejutek ini kepadamu. Aku hanya ingin mengetahui seberapa besar rasa perjuanganmu untukku.
Ternyata, aku tidak mendapat hasil dengan sikapku yang cuek kepadamu.
Yang aku dapat hanya kata bosan yang keluar dari mulutmu. Saat aku mendengarnya, rasanya amat sakit. Sakit sekali seperti ditusuk pisau yang menghujam dadaku begitu saja.
Kini, hanya akulah yang berjuang sendiri untuk mempertahankan hubungan ini.
Ingin ku akhiri semua, tapi hanya satu alasan yang membuatku bertahan sejauh ini yaitu karena aku masih sayang kepadamu.
Kini, sikapmu jutek dan cuek kepadaku. Tak hanya cuek dan jutek kini sikapmu dingin bak es di kutub utara. Membuatku ingin berhenti saja disini dan mengakhiri ini semua.
Tetapi, aku tidak akan menyerah. Aku akan mempertahankan ini semua, sampai tiba waktunya aku lelah dengan semua ini.
Mengapa aku tidak ingin melepaskanmu begitu saja? Karena aku teringat oleh janjimu dan perkataanmu yang tidak ingin meninggalkanku, dan berjanji ingin terus bersamaku selamanya serta tidak bosan untuk mencintaiku.
Nyatanya? Semua janji itu bohong. Bodohnya, selama ini aku selalu percaya saja padamu dengan semua janji manismu itu.
Aku tak tahu harus bagaimana. Aku ingin marah, marah dihadapanmu.
Tetapi, aku tidak bisa marah dihadapanmu. Aku terlalu sayang padamu. Dan juga telah dibutakan oleh semua cintamu yang telah menjerat hatiku.
Kau yang membuatku nyaman, kau juga yang mengenggam erat tanganku dan berkata tidak akan meninggalkanku kelak. Tapi, semua itu telah hilang dan sirna.
Kini, kau campakkan aku dan tidak peduli lagi denganku. Setelah kau bilang bosan untuk mencintaiku dengan mudahnya.
Sekarang, bukan lagi ketulusan dan cara berjuang yang kau ajarkan kepadaku. Melainkan cara melepasmu.
Tetapi, aku tidak bisa mempelajari cara melepasmu. Melakukan saja aku tidak mampu, apalagi ku harus melepaskanmu.
Melupakanmu saja ku tidak bisa, dan tidak akan pernah bisa.
Orang-orang dengan mudahnya berkata kepadaku "Lupakanlah dia yang sudah tidak peduli terhadapmu. Lupakanlah dia yang sudah menyakitimu. Lupakanlahh"
Melupakanmu? Mungkin pelangi yang kita buat bersama tidak lagi seindah dulu jika kita berakhir begitu saja.
Apa sejuta ketulusan itu tidak cukup untukmu? Untuk mencintaimu?
Ternyata, tulus saja tidak cukup bagimu.
Apakah kau lupa bagaimana caramu mati-matian untuk mendapatkanku?
Apakah kau juga lupa membelikan kado di hari ulang tahunku sampai rela menabung?
Kau lupa karena kau telah dibutakkan oleh alasan bosan untuk mencintaiku.
Aku mencintaimu dengan caraku sendiri. Aku mencintaimu dalam doaku, senyumku, serta hembusan nafasku.
Mencintaimu dengan segenap ketulusan yang ada, dan setiap rindu yang tercipta hanya untukmu seorang.
Kutahu, terlalu sayang itu menyakitkan. Menyakitkan akan tidak bisa kehilanganmu.
Kehilangan semua cinta yang pernah kau berikan kepadaku, kehilangan semua senyummu serta wajahmu.
Aku bisa menghapus semua fotomu di layar telepon genggamku.
Tapi, aku tidak bisa menghapus semua kenangan yang pernah kita buat, suaramu yang samar samar terdengar di telingaku. Serta, senyum di wajahmu.
Maafkan aku yang membuatmu begini. Aku takut, takut sekali akan kehilangan dirimu.
Kehilangan semua yang aku punya, bahkan aku tidak bisa membayangkan jika aku kehilanganmu.
Mungkin, aku juga akan kehilangan semua senyumku. Serta wajahku yang riang setiap hari.
Jika aku akan kehilanganmu nanti. Duniaku pasti suram dan gelap. Pasti banyak airmata yang teruntai hanya karena dirimu. Aku pasti tidak bisa tersenyum kembali seperti dulu.
Maaf, aku mencintaimu terlalu dalam dan aku tidak tahu bagaimana caranya keluar dari jeratan cinta ini. Maaf, aku tidak bisa melepasmu begitu saja.
Esthi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Regret
Teen Fiction"Berjuanglah sampai kamu merasa lelah." kata-kata itu terus mengiang di kepalaku. Entah aku harus berhenti disini, atau aku harus bertahan. Meskipun sikapmu berubah kepadaku. Sikapmu yang tak sama seperti dulu. Mungkin salahku, yang pernah membuatmu...