PROLOG

116 12 2
                                    


PROLOG

Insiden itu..

Insiden di atap sekolah, aku rasa itu terjadi pada tahun pertama aku bersekolah di SMP yeongdo, aku benar - benar tak biasa melupakan insiden itu, aku masih mengingat dengan jelas betapa memalukannya aku, betapa bodohnya aku yang menganggap bahwa mereka telah pergi.

Saat itu aku berada digudang paling atas sekolah, yaa itu adalah hukuman yang aku dapatkan dari kebiasaanku, apalagi kalau bukan terlambat sekolah? -_-, walaupun aku hanya menambah 5 menit, tetapi tetap saja itu bukan hal yang dapat dimaafkan, dan pada akhirnya aku hanya bisa pasrah atas perintah guru olahraga berdarah dingin.

"cepat katakan"

"apa itu?"

"....."

"ini ayahmu kan? Haha rupanya dia bersama.."

"hapus foto itu!"

Aku mengendap-endap di bawah jendela, tak berani melihat keluar. Bodohnya aku malah penasaran atas percakapan yang tak sengaja ku dengar itu. Aku tahu kedua suara itu berasal dari lawan jenis. Aku pikir mereka adalah sepasang kekasih, tetapi setelah aku mendengar cukup jauh salah satu suara itu malah menyinggung tentang sosok seorang ayah, dan meminta sesuatu yang tak kudengar jelas.

"apa ya? Aku benar-benar penasaran?" ucap ku sembari berjongkok

Percakapan itu terdengar kembali....

"aku akan menghapus foto ini, setelah kau...."

"baiklah"

"benarkah?"

"aku serius!"

Hahhh kenapa sih aku selalu melewatkan bagian terpentingnya! Aneh sekali bukankah itu malah terdengar seperti sebuah ancaman? Ahh lupankanlah lagian itu kan bukan urusanku!.

Aku berjalan mengendap-endap kembali menjauh dari jendela. Ku hembuskan napas lega, karena gudang ini sudah kubereskan, aku tidak melihat lagi debu yang berdiam di depanku, dan rumah laba-laba di atasku. Percuma saja ku bereskan toh gudang ini kan gak terpakai! Sejenak Aku menyadari hal itu setelah sekian lama terdiam tak bergerak.

"aku terlalu takut meninggalkan gudang ini, aku takut mereka masih disana, nanti aku malah disebut penguntit" khawatirku

Aku mengendap kembali kembali kebawah jendela

Aku menempelkan kuping pada tembok seperti orang bodoh, namun setelah berlama-lama bersentuhan dengan tembok, aku tidak mendengar kembali percakapan mereka, mungkin mereka sudah pergi! Yaa aku yakin ini adalah anggapan terakhirku. Aku segera bangun setinggi jendela, ku pukul-pukul seragam yang sedikit kotor, dan membenarkan ikatan rambutku yang melonggar. Aku bergegas keluar, lalu ku dorong pintu kencang-kencang karena perasaan senangku.

Angin langsung menyentuh wajahku yang berkeringat, rasanya seakan aku bisa terbang setelah aku mengeringkan air di sudut-sudut wajahku. Namun, yang kudapati malah nyawaku yang melayang pergi -_-

"aku akan mati!" teriak batinku

Ternyata mereka masih disana....

Aku menatapi mereka, mereka sedang berciuman, dengan posisi cowok itu yang searah denganku. Tiba-tiba saja dia membuka mata di tengah tengah ciuman mereka. Dia langsung melihatku yang terdiam binggung. Mataku membesar menerima tatapannya yang seakan-akan berkata 'penguntit' untukku.

-Toilet

"ahh sial, bajuku kotor" aku membasahi sedikit bajuku, dengan air, lalu ku gosok-gosok pada bagian kotornya.

passing byTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang