Part 2.

5.2K 474 138
                                    

Tidak seperti biasanya, hari ini Narayana Salim pulang dari sekolah dengan wajah tidak sumringah. Bocah 10 tahun itu turun dari mobil dengan dahi berkerut dan bibir sedikit mencebik. Dengan langkah gontai Nara memasuki mendorong pintu kayu berat dan masuk ke dalam rumah.

"Aku pulang," ucapnya tanpa semangat.

Ibunya yang sedang berkutat dengan laptop di sofa ruang keluarga menoleh. Yayang melepas kaca matanya, dengan serius memperhatikan si bungsu. Tidak biasanya Nara pulang dengan tampang lesu. Berbeda dengan Yama yang memang jarang membuat keributan, Nara identik dengan kehebohan. Tidak jarang bocah itu masuk rumah sambil menendang-nendang bola atau main yoyo. Dan biasanya Nara akan menyapa siapa saja yang ada di rumah dengan riang.

"Nara sudah pulang," Jawab Yayang yang ditanggapi oleh si bungsu dengan anggukan sebelum bocah itu berjalan menuju kamarnya.

Kening Yayang berkerut. Pasti ada sesuatu, pikir Yayang. Segera wanita itu beranjak menuju kulkas, mengambil beberapa butir apel granny smith. Tidak butuh waktu lama bagi Yayang untuk membuat camilan kesukaan Nara, apel granny smith dipotong-potong dengan cocolan selai peanut butter.

"Nara? Mama boleh masuk?" Tanya Yayang setelah mengetuk pintu kamar si bungsu dengan membawa sepiring potongan apel dan peanut butter .

Beberapa saat tidak ada jawaban, lalu pintu terbuka. Nara muncul dengan muka masih muram.

"Mau temani Mama makan apel, sayang?" Tanya Yayang.

Nara terdiam, menimbang sejenak sebelum mengangguk. Namun alih-alih kembali masuk ke kamarnya, Nara ngeloyor keluar menuju ke ruang keluarga. Yayang mengikuti di belakangnya. Bocah itu lalu duduk di sofa, memeluk bantal besar. Yayang ikut duduk di sebelah Nara lalu meletakann piring di antara mereka. Tidak perlu disuruh Nara mulai makan apel dengan lahap. Yayang dengan sayang membelai rambut anak bungsunya itu.

"Nara kenapa pulang sekolah kok sedih?" Tanya Yayang setelah Nara menghabiskan beberapa potong apel.

Tidak langsung menjawab, Nara hanya mengedikkan bahu seraya lanjut makan.

"Nara tidak sakit kan?" Tanya Yayang yang dijawab bocah itu dengan gelengan kepala.

Baru setelah apel di piring hampir habis, Nara bercerita.

"Ada anak baru di kelas Nara, namanya Dicky."

Yayang mengangguk, serius mendengarkan.

"Dicky itu agak beda, Ma."

"Oh ya? Bedanya?"

"Dicky itu... Gimana ya...dia agak lambat, Ma. Maksud Nara, Dicky agak susah mengerti pelajaran. Dan susah mengerjakan soal-soal juga. Lalu Dicky ini suka bicara sendiri dan suka tiba-tiba tertawa lalu tepuk tangan."

Yayang terdiam, dalam hati mulai mengerti. Dicky, teman baru Nara ini kemungkinan autis.

"Teman-teman mulai suka mengejek Dicky. Nara ga suka. Kasian Dicky."

Yayang bisa menangkap nada gusar dalam suara Nara.

"Tapi Nara tidak ikut mengejek Dicky kan?" Tanya Yayang seraya mengelus penuh sayang kepala Nara.
Nara menggelengkan kepala seraya menjawab,

"Sekarang cuma Nara dan Jared yang mau main sama Dicky."

"Wah, bagus itu. Lalu kenapa hari ini Nara kesal?"

Nara terdiam cukup lama, bocah itu terlihat berpikir.

"Hari ini Dicky berbeda, dia....dia terus-terusan bikin ribut di kelas. Kakinya diketuk-ketukkan dengan keras sekali di lantai, dia tertawa-tawa..."

AdikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang