Part 4.

5.5K 556 331
                                    

"Sudah jadi?" tanya Nara pada Jared seraya melongok selembar kertas yang dicorat-coret oleh Jared. Kedua sepupu ini sedang berada di rumah pohon, base camp kebanggaan mereka.

Nara mendengus pasrah ketika melihat apa isi kertas Jared. Alih-alih mengerjakan tugas berat yang harus mereka selesaikan, sepupunya yang hanya beberapa bulan lebih tua itu malah memenuhi kertasnya dengan gambar monster laut yang sedang bertarung dengan pasukan duyung. Kalau Nara dianugerahi Tuhan dengan suara yang ajaib, maka Jared memiliki bakat menggambar yang luar biasa untuk anak seusianya.

"Habislah kita. Besok kan jatah kita maju ke depan kelas," keluh Nara yang melirik ke kertasnya sendiri yang juga penuh gambar-gambar.

Jared hanya mengangguk pasrah.

"Oh, bagaimana keadaan mister Jek?" Jared bertanya seraya menoleh ke arah Nara yang mukanya langsung keruh mendengar nama Mister Jek disebut. Anjing kesayangannya itu sudah seminggu ini mendadak tidak mau makan dan hanya mau berbaring. Ibunya sedang membawa Mister Jek ke dokter hewan.

"Dia belum juga mau bangun. Hanya berbaring terus. Mama sedang membawanya ke dokter."

"Jangan sedih, Nara. Pasti mister Jek hanya kelelahan," timpal Jared seraya mengerutkan kening melihat gambar di kertas Nara.

"Itu gambar apa?" tanya Jared bingung.

"Ghost Squads, yang ini Mr. Pocong, yang ini Miss kunti, ooh yang ini Yuki Onna..."

"Ck!" Jared berdecak memotong penjelasan Nara. Bagaimana bisa coretan tidak beraturan seperti ini disebut gambar.

"Minta kertas," ucap Jared seraya menyodorkan tangannya.

Tidak berapa lama kemudian Jared sudah sibuk menggambar seraya mengoceh,

"Gambar pocong itu seperti ini Nara, bukan seperti gambar bungkus permen di kasih mata dan mulut....."

Lalu keduanya tenggelam dalam kesibukan membuat gambar-gambar hantu, lupa sama sekali mengenai tugas yang harus dikerjakan untuk maju di depan kelas keesokan harinya.

~*~

Keesokan paginya.

Begitu turun dari mobil, Nara langsung menghampiri mobil Jared yang juga baru sampai.

"Sudah?" tanya Nara yang dijawab Jared dengan anggukan jemawa yang membuat Nara ternganga.

"Serius?" tanya bocah itu lagi yang dijawab lagi dengan anggukan dan seringai pongah Jared.

"Coba lihat," pinta Nara seraya mengulurkan tangannya. Dan bocah itu langsung mengerutkan kening bingung ketika melihat lembar kertas yang disodorkan Jared.

"Lha? Apa-apan ini?" tanya Nara bingung.

"Ck, tenang saja. Semua aman terkendali. Kamu sendiri sudah bikin belum?" tanya Jared yang dijawab Nara dengan gelengan kepala tak berdaya.

"Aku sudah berusaha bikin semalam, ujungnya aku malah ngantuk dan tertidur."

"Mau aku kasih ide?" Jared menawari dengan masih menyeringai.

"Apa?" tanya Nara curiga.

"Ayo, kita ke kelas. Aku kasih tahu ideku."

~*~

Akhirnya jam pelajaran yang membuat kedua anak itu blingsatan sejak kemarin, datang juga. Pelajaran Bahasa Indonesia.

"Baik, jadi hari ini kita akan mendengarkan puisi dari 2 anak yang belum maju, Narayana dan Jared. Siapa yang akan maju lebih dulu?"

Ibu Cecil, guru mereka menatap Jared dan Nara yang duduk bersebelahan. Jared dengan semangat menunjuk ke Nara yang sebaliknya, tampak cemas. Dia tidak yakin ide Jared itu baik, tapi di satu sisi, dia juga tidak memiliki ide lain.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 11, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AdikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang