Coimetromania. Syndrom yang sudah aku idap selama 4 bulan belakangan ini. Selalu berkeinginan mengunjungi pemakaman di daerah pinggiran Seoul. Semenjak insiden kecelakaan itu, sesuatu selalu menarikku untuk mengajak ke pemakaman ini. Disini tertulis di nisan berbentuk salib itu. Terbaring dengan tenang Choi Hyein. Jangan tanyakan siapa dia. Aku sendiri tidak tau.
Seseorang menepuk pundakku pelan.
"Jammy-ah"
Aku membalikkan badan dan mendapati pria jakung bernama June menatapku dengan penasaran.
"Oh. Kau. Mau apa?"
Sial. Percakapan dingin macam apa yang barusan aku ucapkan.
"Membawamu pulang. Bobby hyung menyuruhku"
Aku memutarkan kedua bola mataku. Bobby. Ya Bobby. Seorang yang menurutku bukan siapa-siapaku lagi. Menurutku hanya June yang mengerti keadaanku sekarang. Aku mengikuti langkahnya menuju mobilnya. Melihatku hanya diam saja dia memasangkan sabuk pengaman untukku. Tidak sengaja, sungguh. Begitu aku asik melihat pemakaman sebelum pergi kami bertatapan mata. Dekat sekali. Hampir aku menyentuh bibirnya. Rasa canggung langsung menyelimuti kami selama dia mengantarku.
--
"Mau masuk? Akan ku buatkan coklat panas untukmu"
Tawarku padanya begitu dia sudah mengantarku sampai depan pintu apartment. Ya sekedar menghilangkan rasa canggung yang tadi. Dia rupanya ingin menjawab antara ya dan tidak. Ya sebelum dia pergi begitu saja. Aku menarik tangannya masuk.
Aku berdehem begitu dia selesai dengan coklat panasnya.
"Oh ya. Masalah Bobby hyung.."
"Berhenti. Jangan bicarakan dia saat aku denganmu June"
Seolah mengerti. Dia segera meminta maaf. Aku membuang nafas agak kasar, kemudian membuka pintu menuju balkon. Salju mulai turun perlahan. Udara dingin bahkan tidak bisa mengalahkanku. June memakaikanku jaket mantelnya dan menuntunku masuk. Dia bilang aku bisa sakit jika terus-terusan diluar bersama salju tanpa jaket mantel. Sungguh aku tidak tau dengan perasaanku sekarang. Dia bilang juga Bobby akan kesini beberapa menit lagi. Aku mendiamkannya dan merapatkan jaket mantelnya. Bobby datang dengan membawa vanilla latte hangat ditangannya.
"Hai sayang, aku bawakanmu ini"
Ucapnya sambil mengacak rambutku dan meletakkan kopinya dia meja. June bergegas berpamit pulang. Dan aku mengiyakannya.
"Kepemakamannya lagi?"
Bobby membuka percakapan. Aku menganggukkan kepala sambil asik meminum kopi yang dibawanya.
"Besok kau tidak usah kesana"
Aku tersedak begitu mendengar ucapannya. Bagaimana bisa? Aku sudah terlanjur kesana hampir setiap hari. Ada apa dengan dia?
"Ya? Apa? Kenapa?"
Bobby menghela nafas pelan. Kemudian menatapku dengan pandangan serius.
"Besok aku akan membawamu ke suatu tempat. Aku harap syndrommu cepat sembuh. Sungguh dia bukan apa-apa dari kehidupan masa laluku"
Aku menyeritkan dahi. Binggung dengan pembicaraannya. Aku tidak begitu yakin dengan yang barusan ia katakan. Memori otakku hilang tidak hampir setengah jadi sebagian kecil aku lupa dengan kehidupan Bobby sebelumnya.
"Besok? Kenapa harus besok? Kau yang mengantarku? Kenapa tidak June saja? Kau kan.."
Belum sempat aku ber-kepo-ria dia memotongnya.
"June bukan siapa-siapamu. Dia tidak ada. Dia hanya.."
"Dia hanya apa? Kenapa? Ayo lanjutkan perkataanmu"
Aku menggerak-gerakkan tangannya. Memaksa memintanya melanjutkan kalimatnya tadi. Dia bilang "lupakan saja tadi. Aku hanya berhalusinasi"
---
Seharian kemarin Bobby menemaniku. Dia mencoba menceritakan kembali kisahnya. Sesaat dia asik bercerita tentang seseorang, kepalaku tiba-tiba pusing dan Bobby menyuruhku istirahat saja.
Hari ini dia mengajakku ke suatu tempat yang dia bilang kemarin. Apa ya yang kira-kira akan dilakukan disana? Entahlah.
"Yaa Bobby kau membawaku kemana?"
Ucapku sambil bergidik ngeri begitu dia membawaku kemana. Dia tidak menjawab, hanya mengelus rambutku pelan. Aku terus saja mengikutinya.
Kenapa tempat ini tak asing bagiku? Aku sedang berdeja vu? Mimpi? Atau aku benar-benar disini? Aku lihat kaki Bobby masih menyentuh tanah.
"Bagaimana? Kau sudah ingat dengan tempat ini?"
Bobby menatapku. Lagi, kepalaku sakit sekali. Dan semuanya menjadi gelap.
123 hari dia datang. 123 hari dia denganku. 123 hari hanya aku yang melihatnya, dan 123 hari aku mengidap coimetromania. Kisahnya kehidupannya cukup mengerikan. Dia bersamaku selama 123 hari dan selalu aku tertarik menunjungi pemakaman.
June. Ya pria itu ternyata yang membawa arwahku hampir separuhnya. Dia yang mengiraku bahwa aku ini tunangannya, Choi Hyein. Wajah kami memang sama hanya saja rambutku hitam panjang dan dia coklat panjang. Itu terjadi sejak Bobby mengajakku ke tempat itu. Graha tempat resepsi pernikahan June dengan tunangannya terbakar. Dan sialnya, saat itu June belum datang dan malah mematikan semua orang didalam termasuk Hyein. June yang mengetahui berita itu tidak tau harus bagaimana dan dengan bodohnya dia memasukkan dirinya di graha itu, saat api berkobar dengan amarahnya.
123 hari kemudian Bobby mengajakku karena kemauanku. Orang bilang gedung itu berpenghuni lain. Aku tidak percaya awalnya sampai aku bertemu sosok pria jakung itu. Awalnya Bobby aneh melihatku dan membiarkanku. Aku tertawa sendiri. Berbicara sendiri dan tiba-tiba sudah sampai di apartmentku tanpa menaiki apa-apa. Mungkin karena bisa membuatku hilang pikiran kedepannya, Bobby mengajakku kembali. Berharap arwahku juga kembali sepenuhnya.
---
Tepat 30 hari semenjak kejadian asing itu. Aku dan Bobby pergi ke gereja. Disana kami meminta bantuan pendeta untuk mengirimkan doa kepada June juga Tuhan. Kami berharap tidak ada gangguan lagi dan hubungan kami semakin langgeng saja. Aku yakin Tuhan mendengarnya.
Kami kemudian datang lagi ke pemakaman pinggiran itu. Mendoakannya agar tenang. Angin mengantar kami meninggalkan pemakaman itu. Mulai detik ini hari ini, tidak akan lagi aku temui pria bernama June itu. Dan sydromku tidak akan pernah datang lagi pada diriku.
End.
