Part 1 : ISOLASI

1.7K 62 8
                                    

"Dunia membutuhkan Anda."

"Kenapa?"

"Tuhan sakit."

***

Sudah lama sekali pintu baja itu tidak terbuka. Jangankan terbuka, menggeser 1 milimeter pun tidak. Mungkin terakhir kali ada debu masuk melalui pintu itu sekitar 4 tahun lalu, saat terakhir kalinya seseorang menjengukku. Ya, menjengukku hanya untuk melihat jari-jariku, katanya. Menjengukku hanya untuk menghitung seberapa cepat jariku bergerak, katanya. Dan sampai sekarang, dia tidak pernah datang lagi. Dan aku tidak pernah peduli.

Petugas disini sepertinya disumpah untuk sebisa mungkin tidak membiarkan aku menghirup udara yang sebenarnya, oksigen yang dihasilkan dari proses fotosisntesis, bukan oksigen yang dialirkan dari tabung. Entah sudah berapa tabung mereka habiskan selama 7 tahun ini, hanya demi menjaga aku tetap hidup. Ya, semua yang berada dan mengalir di ruangan ini diciptakan khusus untukku. Sempat kudengar mereka sampai harus mendatangkan teknisi dari Islandia hanya untuk membuat toilet tanpa air. Fasilitas? Kurasa bukan.

Ini adalah ruanganku, yang dibuat khusus untukku. Mereka bilang pintu yang hanya 1 itu terbuat dari baja padat, dengan tebal 2.000 sentimeter, itulah kenapa pintu ruangan ini menggunakan sistem geser, hanya satu-satunya ruangan yang menggunakan sistem itu. Tanpa jendela. Makan dan minumku diantar melalui lubang khusus yang entah dimana letaknya, mereka selalu mengantarkannya disaat aku sedang tidur. Tidak peduli seberapa laparnya aku, mereka tidak akan pernah mengirimkannya disaat aku masih terbangun.

Dinding-dindingnya dilapisi suatu bahan berwarna putih yang cukup lunak, licin, dan menyerap likuid dengan sangat cepat. Tidak bisa aku cakar, tidak bisa aku sobek, tidak bisa aku ludahi dan tidak bisa aku gunakan untuk memecahkan kepalaku sendiri. Tentu saja bahan ini sengaja dibuat hanya untukku. Sebuah tempat tidur terbungkus kain putih yang entah bagaimana caranya bisa selalu bersih, teronggok tepat di tengah ruangan, membuatku sering terjatuh di masa-masa awal aku berada disini karena mimpi buruk. Toilet dengan teknologi membersihkan tanpa air terpasang dengan tegap di ujung ruangan. Dari Islandia.

Beberapa saat yang lalu, sesuatu telah sengaja mereka campurkan ke dalam tabung oksigenku, yang membuat tubuhku tidak bisa bergerak seketika, tanpa rasa sakit, hanya kaku. Aku hanya bisa berteriak, bukan karena sakit, tapi karena bingung. Ya, aku ketakutan. Ini pertama kalinya mereka melakukannya. Aku tidak bisa bergerak. Hanya berteriak. Dan Berbicara.

Pintu baja ruanganku bergeser semakin lebar, semakin terbuka. Ayo masuklah semua debu dan apapun kalian yang seharusnya berada disini. Dan kamu juga, laki-laki tegap yang berada tepat di depan pintu, masuklah. Rasakanlah nikmatnya kehidupan bahagiaku disini, di ruangan ini. Di ruangan isolasi.

***

Tubuhku lumpuh dalam keadaan meringkuk. Rasa takutku sudah hilang. Entah karena aku tahu bahwa aku masih bernafas dengan normal dan kenyataan aku masih bisa berbicara, tidak ada rasa sakit, lega karena posisiku tidak terlalu aneh atau mungkin karena untuk pertama kalinya lagi aku bertemu manusia lain dalam hidupku. Manusia nyata.

Pintu baja segera menutup kembali setelah laki-laki itu melangkah masuk. Tubuhnya tegap, garis mukanya tegas, rambutnya tertata sangat rapi. Dalam sekejap saja sosok laki-laki ini bisa mengingatkanku pada sebuah film dimana manusia dan alien hidup berdampingan. Ya, setelan celana panjang dan jas hitam, hanya saja kemeja di dalam jasnya bukan berwarna putih, tapi hitam juga. Mungkin dia sedang berkabung.

Seolah sudah tahu keadaanku yang kaku, dia berjalan dengan santai dari pintu mendekatiku. Matanya sangat tajam menatapku, aku bisa melihat kehidupan yang rumit dari matanya. Akhirnya dia sampai ke tepi tempat tidurku. Masih sambil menatapku dia diam sejenak. Kemudian memberikan sedikit senyum. Lalu duduk di sebelahku. Perlahan dia memalingkan wajahnya dan memandang ke arah pintu baja dan mulai bicara.

"Saya tidak menyangka, pintu itu ternyata memang setebal yang diceritakan orang-orang."

"Aku cuma suka berbasa-basi di pinggir pantai dengan segelas kopi, tidak di tempat ini dengan keadaan kaku dan hanya bisa bicara. Jadi lebih baik kau bilang apa maumu."

"Tujuh tahun lalu, Anda meretas sistem keamanan Aliansi Negara Asia Raya dan meluncurkan misil ke beberapa negara. Perang Asia Raya hampir saja terjadi."

"Ah. Aku bukan peretas, kalian selalu saja salah! Aku hanya bermain-main dengan angka dan jari-jariku. Yah, kesalahanku adalah aku bermain-main dengan hal yang terlalu besar. Jadi tujuanmu membuka pintu baja itu hanya untuk mengingatkanku alasan aku disini? Niat yang baik."

"Saya ada disini untuk meminjam kemampuan Anda meretas, atau apapun itu Anda menamainya. Ada sesuatu yang harus Anda lakukan dan itu akan menghapus semua catatan kriminal anda. Anda hanya harus melakukan hal itu sekali lagi, dan hiduplah dengan bebas."

"Kau tau? Kau seperti sampah. Bahkan sampah lebih masuk akal darimu. Aku tidak ingin kau berbicara lebih banyak lagi. Aku mungkin sudah gila terisolasi 7 tahun dengan toilet tanpa air. Tapi menanggapi orang yang datang tiba-tiba dan menawarkan kebebasan? Sampah."

"Lihatlah sekeliling. Apakah Anda pikir mudah bagi saya untuk masuk ke tempat ini? Apa Anda tahu ada berapa juta orang yang mencoba untuk menemui Anda selama 7 tahun ini? Dari berbagai negara. Apakah anda ingin tahu kenapa saya dengan mudah bisa duduk di sebelah Anda sekarang? Dengarkan baik-baik. Saya bekerja untuk orang yang menjalankan negara ini. Bahkan benua ini."

"Kau semakin gila. Pergilah."

Laki-laki tegap itu kembali menghela nafas, kemudian mengeluarkan sesuatu dari balik jasnya. Selembar surat. Surat yang dari warna kertasnya saja aku tau dengan jelas betapa sakti dan hebat andai isinya seperti yang kubayangkan. Dia membacanya sejenak kemudian menunjukkannya padaku.

Kebebasan.

"Anda hanya perlu setuju dengan permintaan kami, dan surat ini berhak untuk Anda tandatangani. Setelah itu, silakan hirup oksigen yang sebenarnya."

Jujur saja, selama 7 tahun aku di ruangan terkutuk ini, hanya surat itu yang ada dalam kepalaku. Kepala Keamanan Lintas Negara berkata surat itu hanyalah satu-satunya hal yang bisa membuat aku bebas dan aku hanya bisa mendapatkannya setelah menjalani masa hukuman selama 75 tahun. Saat itu aku mungkin sudah mati. Dan sekarang tiket kebebasan itu ada di depanku. Terbayang rasanya melihat langit dan wangi tanah bumi. Sial, aku tidak pernah menduga melihat surat itu bisa membuat harapanku kembali tumbuh!

"Selanjutnya apa? Apa yang harus aku lakukan untuk bisa menandatangani surat itu?"

"Saya akan mengajak Anda pergi."

"Kemana?"

"Bertemu tuhan. Anda akan......well, bermain angka dengannya."

"Pergilah dan benamkan dirimu dalam kotoran."

"Ayolah. Dengan surat kebebasan ini ditangan saya, Anda tahu pasti saya tidak sedang main-main."

"Arggh. Demi oksigen dan kebisingan diluar sana, aku akan layani semua pembicaraan gilamu."

"Bukan hanya demi oksigen dan kebisingan yang Anda rindukan, tapi demi seluruh umat manusia. Ketahuilah satu rahasia."

"Apa?"

"Dunia membutuhkan anda."

"Kenapa?"

"Tuhan sakit."

***

Bersambung...

Tuhan SakitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang