Pengakuan Seorang Russel

15 4 1
                                    

Part Creepypasta

Ini part cuman selingan doang kok :v Biar lu pada gak kangen ama gua :V

Selamat memabaca :v
∞ ∞ ∞
Ketika Russel Donovan di bawa ke kantor polisi dini hari tadi, ia tidak berhenti menggumam. Gumamannya tidak jelas, bahkan ketika polisi-polisi muda yang menangkapnya membacakan hak-haknya sebagai tersangka, Russel terus saja mengumam.

Dengan tangan terbogol,ia di gelandang ke sebuah ruangan berdinding putih dengan lampu menyal terang. Penjaga laki-laki berseragam dan bertubuh tinggi kekar yang    mengantarnya memberi tahu bahwa Russel akan diinterogasi.

Di dalam ruangan interogasi sudah ada laki-laki yang tampaknya memang sudah menunggu kedatangan mereka. Laki-laki itu duduk dibalik meja besi yang memisahkan dua kursi yang saling berhadapan.

Di balik kemeja hitam kusutnya, laki-laki itu bagai sebatang pohon oak yang meranggas kering. Bola mata biru yang keruh itu tak berhenti menatap ke arah Russel. Ia seakan menakar ketidakmungkinan bahwa laki-laki dengan penampilan lembek seperti Russel perbuatan kejamnya telah mengisi halaman surat kabar dan membuat wali kota dan komisaris polisi sampai harus turut memberikan keterangan pers.

"Ia sudah menghubungi pengacara?" tanya laki-laki berkemeja hitam.

"Belum. Mungkin tidak akan ada pengacara yang akan mendampinginya" kata laki-laki penjaga seraya memastikan ikatan di kaki Russel tidak longgar.

"Terima kasih,Jenkins" kata laki-laki yang duduk di belakang meja besi.

Laki-laki penjaga yang di panggil Jenkins mengangguk kemudian berlalu. "Aku ada di luar. Kalau dia berulah, panggil saja aku, biar kupatahkan lehernya" kata laki-laki itu dengan tatapan dingin pada Russel.

Di ruangan berukuran 4 x 4 meter itu sekarang hanya tinggal Russel dan laki-laki setengah baya bertubuh ceking itu saja. Laki-laki setengah baya bertatapan langsung dengan Russel beberapa saat sebelum langakah kaki Jenkins hanya menyisakan gema dan derit pintu ruangan yang menutup rapat.

"Apakah Anda mabuk tadi malam?" tanya laki-laki setengah baya sembari menyipit.

Di tangannya melingkar Rolex warna emas. Russel yakin itu barang tiruan yang di beli di kawasan Bronx,West Side. Sebelum bekerja di The Greyhound, Russel pernah menjadi penjual barang-barang imitasi selundupan dari china, salah satunya Rolex seperti yang di pakai laki-laki yang sedang menginterogasinya itu. Russel tersenyum mendapati pikiran jenaka itu menyempal di kepalanya.

"Kau bisa menjawab pertanyaanku?" Tangan yang dilingkari Rolex itu menghantam meja. Suara gebrakan keras membuat tubuh Russel tersentak.

"Tadi malam aku minum bir di Club Wrangler" jawab Russel tergeragap. "Aku rasa satu gelas bir tidak membuat ku mabuk"

"Kau bersama orang saat itu ?"

Russel menggeleng "Aku sendirian" jawabnya mulai santai.

"Tapi jika kau bertanya siapa saja yang ada di tempat itu tadi malam, aku bisa menunjukkan. Mungkin kita bisa berbincang dalam suasana yang lebih bersahabat di sana?"

"Kau jangan coba-coba bermain denganku" Laki-laki setengah baya beringsut,meletakkan kedua siku di atas meja. "Menurutmu, apa untungnya mengbohongiku?"

"Oh, ayolah" kata Russel tertawa. "Aku tidak berbohong. Aku memang minum bir tadi malam. Tapi aku sama sekali tidak mabuk"

"Bukan itu"

"Lalu apa?" jawab Russel mulai kesal.

"Apa yang kau sembunyikan?"

"Tidak ada. Aku berbohong pun anjing itu tidak akan hidup lagi."

The Queen [Classy & Fabulous]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang