Prolog.

17 1 1
                                    

Bintang berdiam sebentar di ujung jalan sambil melihat ke kiri dan ke kanan sebelum ia berjalan cepat menyebrangi trotoar jalan ke arah ruko yang cukup besar bertuliskan Clean Laundry di papan namanya. Tangan kanannya memegang tas kain berisi pakaian-pakaian kotor yang menumpuk hampir dua minggu.

Perlu diketahui bahwa Bintang bukanlah gadis jorok karena membiarkan pakaian-pakaian kotor menumpuk di keranjang pakaian layaknya sampah. Sekitar satu minggu lalu, tepatnya delapan hari sebelum Bintang berdiri dengan membawa pakaian kotor ini memasuki laundry, ia terkena gejala demam berdarah. Membuat ia harus absen ke kantor dan absen pula membawa cucian kotornya ke laundry kiloan.

"Selamat pagi. Selamat datang di Clean Laundry, ada yang bisa kami bantu?" sapa seorang pegawai dengan rambut hitam yang ia kuncir kuda. Tak lupa senyum yang selalu terlukis di bibir selama menyapa. Bintang menanggapinya dengan anggukan singkat.

Bintang menyerahkan tas berisi cucian kotor itu ke sang pegawai. Diambilnya cucian itu oleh pegawai wanita yang dilihat dari name tag di dadanya bernama Windy. "Mbak Bintang udah lama gak ke sini, sibuk ya Mbak? Sampai numpuk begini," selidiknya.

Bintang meringis. Sedetik kemudian ia menggeleng. "Habis sakit, Win. Ini kapan ya bisa diambil cuciannya?"

"Lima hari kayaknya Mbak." Windy memasukkan pakaian-pakaian kotor milik Bintang itu ke dalam keranjang pakaian untuk ditimbang. "Ini mau diurus sama siapa, Mbak? Sama saya atau sama Tiar?"

Ah, Tiar. Omong-omong soal Tiar, Tiar adalah pegawai Clean Laundry yang biasa mengurus pakaian Bintang. Gadis itu bergumam sejenak seolah berpikir kepada siapa tumpukan cucian itu akan diserahkan.

"Kamu atau Tiar sama aja lah, Win. Asal jangan yang lain, ya," ujar Bintang yang ditanggapi Windy dengan kekehan.

"Yaudah Mbak ini langsung bayar sekarang atau nanti pas selesai?"

"Nanti pas selesai aja, Win. Saya udah seminggu gak ngantor belom dapet duit jajan nih." Windy mengangguk. Diberikannya bon kepada Bintang. "Yaudah saya pergi ya, Win. Pengen ngantor."

/////

Alih-alih berangkat ke kantor, Bintang kini duduk di sebuah kedai kopi dengan secangkir kopi susu di meja. Ia merasa malas juga setelah kurang lebih satu minggu tidak bekerja dan mungkin dengan duduk, meminta cuti lagi satu hari, dan menikmati kopi segala kepenatannya hilang juga.

Gadis itu memilih duduk di sudut ruangan lantai dua. Dekat dengan jendela kecil berbentuk lingkaran. Kedai ini adalah kedai favorit Bintang dikarenakan ornamen-ornamen vintage dan tentu saja, jauh dari hingar bingar.

Jakarta dan tetek bengeknya.
Bintang mendesah perlahan. Melihat dari atas bagaimana kondisi jalanan Ibu Kota yang jauh dari kata lancar. Asap kendaraan, bunyi klakson seolah jalanan milik nenek moyang, menyerebot ke jalur busway, sampai ada pula yang menerobos tanpa perduli keselamatan.

Dikeluarkannya oleh Bintang ponsel yang berada di dalam saku outer kecokelatan, memeriksa notifikasi apa saja yang muncul setelah seminggu belakangan tidak membuka ponsel.

999+ line messages. 10 missed call. 21 whatsapp messages. 11 messages.

Dan rata-rata semua dari kantor. Bintang memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku. Malas sekali rasanya harus membaca pesan dari teman satu kantor yang pastinya akan mengingatkan dirinya pada tugas-tugas yang menumpuk.

Ia mengesap kopi susunya. Diedarkan pandangan ke seluruh sudut kedai.

Ada yang hilang.
Entah apa itu, yang jelas Bintang merasa ada sesuatu yang hilang.

"Bintang?" Mendengar namanya disebut, Bintang mengadahkan kepalanya. "Kamu Bintang 'kan?"

Dan tiba-tiba tenggorokannya macam kering kerontang tidak bisa bicara, jantungnya bagai tidak memompa aliran darah ke seluruh tubuh. Sesak sekali mendapati pria dengan sweater abu-abu berdiri di hadapannya dengan memegang secangkir kopi hitam.

"Ya." Hanya itu yang keluar dari bibir Bintang saat ini. Rasanya keputusan untuk tidak bekerja salah jika ia tau ia akan berhadapan dengan pria ini.

Dan persetan. Dia menyunggingkan senyum seolah tidak pernah terjadi apa-apa dan senyumnya membuat Bintang seperti berada di dalam mesin waktu.

/////

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 30, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang