Part 1 : Pilot

8 0 1
                                    

Aulia Arian P.O.V

Shinju Palace, Kapuk District, Bedeng Empire

Pagi itu Aulia Arian dan William dipanggil oleh Yang dipertuan Agong Hendriks, ya Hendriks yang juga merupakan ayah dari sang Jenderal William pemimpin Angkatan Perang Imperium Bedeng, William merupakan orang yang cukup "menarik" meskipun ia anak seorang Raja ia tetap low-profile, karirnya cukup melejit 

"General-sir, Yang dipertuan Agong sudah menunggu" kata Amo sang Pengawal Istana 

"Terima kasih, apa Aulia juga dipanggil?" William bertanya ke orang kepercayaan dari sang Yang dipertuan Agong tersebut

"Untuk sementara tidak General-sir" kata Amo 

Aulia pun bingung kenapa dirinya tidak dipanggil, hanya si William saja namun ia tetap memberanikan bertanya kepada sang pengawal

"Emm kenapa begitu?" Aulia bertanya demikian

"Yang dipertuan Agong ingin berbicara secara private" kata Amo

William pun terus melangkah menuju Square office tempat dimana Yang dipertuan Agong telah menunggu di Singgasananya

"Father, ada apa ini?" William bertanya 

"Begini, Mr Agus Tito ini, ingin menjadi Perdana Menteri di Imperium Bedeng, sebagai negeri Monarki-Konstitusional saya ingin bertanya kepada kamu apa ia cocok untuk menjadi sang Perdana Menteri?" YP Agong Hendriks bertanya

"What, kenapa saya yang ditanya?" kata William

"You are the Rebel Prince, mungkin kamu punya perasaan tidak setuju?" Hendriks kembali bertanya

"Untuk sementara saya berada diposisi setuju, tapi Father mungkin kita bisa bicara nanti" kata William

"Baiklah, memangnya kenapa?" Hendriks kembali bertanya

"Aulia menunggu didepan saya berpikir mungkin nanti saja kita bicara masalah ini" William menjelaskan

William pun akhirnya memilih pulang untuk sementara, ia berpamitan dengan Sang Ayah dan kembali ke pelataran Istana Shinju, ia masuk ke dalam Mobil Toyota Altisnya dan keluar dari Istana

"Kita balik kah?" kata Iwang yang merupakan supir dari William

"Pak, kita ke Cipete IV saja" kata Aulia 

"Baik memang ada apa?" Iwang bertanya

"Saya menyusun strategi di Rumah Satia, beberapa Perwira juga sudah menunggu" kata William


Bedeng EmpireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang