EMPAT : ARSEN SAKIT

37.6K 3.1K 49
                                    

"Dini," bunda berteriak dari bawah tangga, "bunda mau pergi arisan dulu bareng bundanya Arsen"

Aku yang sedang menonton tv di kamar pun langsung bergerak panik lantaran dirumah tidak ada orang kecuali aku dan bunda, sementara ayah pulang sekitar tujuh jam lagi dan biasanya aku nggak pernah ditinggal sendiri seperti ini.

"Kok nggak bilang dari kemarin, bun ? Kalo gitu kan aku bisa janjian kerumah temen"

Bunda menatapku heran, "kenapa nggak kerumah Arsen aja ? Dia lagi sakit. Demam kata bundanya"

Aku tersenyum geli, mau dia sakit pun aku nggak bakal peduli karena aku memang tidak mau berurusan lebih banyak padanya. Bukannya aku bermaksud jahat tapi kan tetap saja aku masih belum terbiasa untuk berbaik-baik padanya.

"Oh" gumamku seadanya tapi yang kudapatkan adalah reaksi bunda yang terlalu berlebihan sampai menatapku gemas, memangnya ada apa sih ? Kenapa juga bunda harus sebal terhadapku, memangnya aku melakukan apa ?.

Aku masih diam menunggu kalimat apa yang bakal bunda katakan padaku tapi yang kurasakan sekarang ini adalah tanganku yang ditarik paksa bunda hingga aku terseok-seok saat berjalan. Demi apa bunda bakal menyuruhku menjenguk Arsen ?.

"Bunda" sergahku.

"Heran ya, kenapa kamu masih bisa bertingkah biasa aja sementara Arsen lagi sakit-sakit disana"

"Bukan urusan aku"

"Sekali lagi kamu ngomong begitu ?!" Tantang bunda sambil bersidekap didepanku dan otomatis aku terdiam saat kami samlai didepan rumah.

"Nggak"

Bunda menarikku masuk kedalam mobil. Yang kutakutkan adalah bunda membawaku kerumah Arsen karena cowok itu sakit dan bunda memintaku menjaganya. Hell, bagaimana mungkin aku harus menjaga orang yang sudah besar dan bukan lagi anak kecil.

"Kenapa aku harus ikut ?"

"Kenapa nggak harus ?" Bunda bertanya sarkas dan itu membuatku menggerutu sesaat. Kenapa sih aku selalu di paksakan untuk dekat dengannya sementara aku sendiri tidak setuju.

Selama di perjalanan aku sama sekali tidak membuka suara disaat bunda menceramahiku apa yang harus kulakukan sebagai tunangan yang baik, tidak ada yang ku ambil dari sisi positifnya menjadi seorang cewek yang sudah bertunangan karena aku masih mengingikan bebas.

Bunda tidak henti-hentinya memarahiku karena sikapku yang terlalu cuek pada Arsen, apa lagi insiden aku yang berselingkuh dibelakangnya pun sudah sampai di telinga bunda. Toh aku tidak salah juga kok karena sejujurnya aku tidak menyukai Arsen dan apa yang kulakukan memang adalah bentuk dari protesku pada mereka yang suka memaksakan apa yang tidak kumau.

Lama kelamaan mobil berhenti di depan rumah Arsen, aku menghela nafas pelan. Tidak lama setelah bunda dan aku keluar, kami melihat tante Citra menyambut kami dari pintu rumahnya. Mau tidak mau aku masuk karena tante Citra sudah melihatku juga.

"Loh ada Dini juga toh" seru tante Citra sambil menggapai tas kecilnya di sofa.

Aku tersenyum, "iya"

"Tapi Arsennya lagi sakit, mumpung ada Dini disini, tolong jagain Arsen ya ? Soalnya dirumah nggak ada orang"

Apa lagi ini.

"Bun" ringisku menatap bunda.

Bunda tidak menggubrisku dan malah mengatakan kalau aku memang harus belajar merawat Arsen, apa maksudnya coba ?

"Kamu jagain Arsen sebentar, bunda sama tante Citra mau arisan. Pulangnya jam 4 kok"

Aku diam tapi keterdiamanku malah mereka artikan kalau aku setuju, aishh.

Aku duduk di sofa, rumah sebesar ini tapi tidak ada asisten rumah, hebat sekali tante Citra dapat mengurus semuanya. Aku terdiam, sadar kalau lambat laun aku pasti bakal seperti tante Citra yang bakal sibuk mengurus rumah nantinya. Astaga, padahal aku masih ingin berkarir.

Bosan adalah kata yang tepat untuk menggambarkanku sekarang, tidak sempat membawa hp karena bunda sudah terlanjur marah saat itu lalu menarikku paksa. Tidak membawa uang karena kalau aku membawa dompet beserta isinya kemungkinan aku nggak bakal disini, diluar kan masih banyak tempat yang bagus buat menghilangkan mood burukku.

Arsen sakit, loh.

Aku mendengus, nggak peduli. Tapi masa cowok posesif dan jahat itu bisa sakit. Tapi kalau beneran sakit bagaimana ? Dia kan cuma demam saja. Tapi kalau demamnya makin tinggi bagaimana ?.

Beberapa kemungkinan-kemungkinan yang bakal terjadi sanggup membuatku panik sendiri. Aku mendadak bergerak gelisah. Aku berdiri dan memutuskan melangkah kearah kamar Arsen, sedikit lupa karena selama aku menjadi tuanangannya aku cuma diberi tau kalau kamar Arsen di lantai atas lalu belok kanan, warna pintunya beda sendiri, warna putih. Kata Arsen dia suka warna putih karena terlihat keren. Apaan sih, malah mikirin dia.

Aku mengetuk, tapi tidak ada tanda-tanda ada kehidupan didalam. Apa salah kamar ya ? Seingatku warna pintunya putih.

Kuputuskan membuka pintu dan tidak terkunci.

"Arsen" kataku pelan, dan yang berada di bawah selimut pun langsung terduduk kaget. Aku yang melihat langsung merasa kaget juga. Wajah orang sakit terlalu kentara. Matanya memerah dan rambutnya yang acak-acakan sementara dia memakai sweater berwarna abu-abu dan celana training hitam.

"Kamu kok bisa ada disini ?"

Aku terdiam sebentar, "bunda yang maksa"

Dia mendengus sebal, "kalau kamu nggak ikhlas datang juga nggak papa..nggak usah terlalu jujur juga" gerutunya pelan sambil membaringkan tubuhnya secara perlahan.

Memangnya apa yang salah dengan ucapanku ?

Aku masih berdiri di ambang pintu dan Arsen masih berbaring di bawah selimutnya. Perlahan aku duduk di sofa depan kasurnya yang menghadap kearah tv. Aku menyetel siaran kartun, karena aku tidak tau harus melakukan apa selain duduk dan menonton tv.

Aku merasakan seseorang yang berjalan disampingku, Arsen duduk sambil menyandarkan kepalanya pada bahuku. Jadi dia beneran sakit ?

"Aku kangen"

Aku diam karena tidak tau harus menjawab apa.

"Kalo kamu ?" Dia bertanya sekali lagi.

"Hmm"

"Yang, biasanya kalo orang lagi sakit itu dipeluk langsung sembuh loh"

"Oh begitu" aku mengangguk mengerti mendengar pemberitahuannya tapi tidak berniat melakukan apa yang dia katakan.

"Kamu nggak ada niatan buat meluk aku ?"

Ha ?

"Nggak"

"Aku makin sakit nih"

"Makanya minum obat"

"Udah dibilang kalo obatnya itu pelukan dari tunangan sendiri"

Apaan sih.

How To Feel RealTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang