"Apa kamu pernah sadar kalau aku cinta sama kamu ?"
Hal terakhir kudengar semalam adalah dimana aku menatapnya penuh tanda tanya, apa benar Arsen berkata sungguh dengan ucapannya semalam ? Bahkan aku sama sekali belum merasakan tanda-tanda kalau aku menyukainya, maksudku toh Arsen bakal melakukan segala cara agar miliknya tidak diganggu orang lain.
Setelah dia mengatakan itu, dia langsung pulang tanpa pamit atau bahkan mengatakan sesuatu padaku. Dia diam dan tidak menatapku saat aku memandanginya masuk kedalam mobil.
Aku menghela nafas lagi, kukerjapkan mataku berulang kali. Aku memandangi langit-langit kamarku sesaat. Tidak terasa pintu kamarku terbuka dan terlihat bunda berjalan pelan dari balik pintu.
"Din, ada Arsen diluar tuh, sepertinya ada yang mau dia omongin sama kamu" Bunda menatapku dengan prihatin, apa bunda tau kalau aku dan Arsen sedang perang dingin ?
Aku mengangguk sambil berusaha berdiri, kugapai sendalku lalu berdiri dibelakang bunda yang berjalan keluar kamar.
Jantungku berdetak tidak jelas, rasa khawatirku semakin dominan saat aku semakin dekat dengan lantai bawah. Aku tidak yakin kalau ini adalah pertanda baik, Arsen bisa melakukan apa pun meski aku tidak melakukan kesalahan. Untuk apa aku takut dengan cowok itu ? Dia hanya tunanganku yang tidak mau membatalkan pertunangan kami padahal sudah jelas aku menolaknya.
Aku melihat Arsen duduk dengan manisnya di ruang tamu, dia masih diam menatapku meski aku belum sampai pada sofa. Sorot matanya membuatku yakin kalau ini bukanlah pertanda baik, dilihat dari tatapan tajamnya seolah mengisyaratkan kalau aku bukanlah masalah baginya.
"Tumben pagi-pagi kamu kesini ?" Sapaku berbasa-basi.
Arsen masih menatapku, "aku udah memutuskan kalau kamu lebih baik pindah ke tempat kuliahku"
Apa ? Yang benar aja ? Kenapa dia suka sekali mengaturku sih. Dasar jahat. Aku menghela nafasku kesal, aku menyerah saja kalau begini.
"Kenapa harus pindah sih, Ar ? Aku nyaman sama kuliahku sekarang" aku berkata pelan.
Arsen mendengus, "kenapa aku jadi curiga ya, kamu mau selingkuh lagi ?"
Aku menggeram kesal, ada apa sih dengannya ?, "sifat kamu kayak anak kecil, lebay tau"
Arsen menatapku marah tidak terima kubilang begitu. Akan jauh lebih mudah lagi kalau dia memutuskan pertunangan kami, aku pikir itu nggak membawa manfaat buatku dan malah membuatku menjadi boneka bagi Arsen. Disetiap perkataannya aku harus menurut, tidak boleh melanggar sedikit pun.
"besok aku mau surat-surat kepindahan sudah kamu siapkan, akan ada orang yang bantu kamu untuk mempermudah kamu pindah" dia berkata sebelum berdiri, wajahnya yang datar membuayku yakin kalau Arsen sedang tidak dalam masa baik. Dia pasti sudah marah padaku.
serius aja, pindah kampus itu nggak seperti membeli tempe di pasar loh. Belum lagi aku harus menyiapkan surat-surat permohonan kepindahan kampus, aku juga harus menyiapkan beberapa surat seperti ijazah, transkrip nilai dan masih banyak lagi. Biasanya untuk kepindahan mahasiswa ke tempat kuliah lain itu sekitar kurang lebih dua minggu, dan Arsen hanya tau aku harus pindah saja tanpa melihat bagaimana ribetnya urusan begitu.
Dia berdiri mendekat kearahku yang masih diam, aku merasakan Arsen yang membungkukkan tubuhnya sambil mencium puncak kepalaku lalu membisikkan sesuatu, "aku lebih suka cewek penurut. aku sayang kamu" begitulah kalimatnya sebelum dia benar-benar pergi dari hadapanku.
Dia sayang aku ? Holly shit! Bohong! Nggak mungkin kalau dia sayang padaku tapi dia berlaku sesukanya tanpa mau tau apa yang kuinginkan. Dia itu makhluk jahat yang pernah kutemui.
🌹🌹🌹
"Maafkan Arsen ya ?" Mohon tante Citra, bundanya Arsen. Aku nggak habis pikir. Kenapa tante Citra bisa memiliki anak seperti Arsen yang bahkan sifatnya berbeda jauh dari sang bunda. Arsen itu terlalu posesif dan egois. Aku tidak mengerti di bagian mana aku harus bersabar dari sifatnya yang sanggup membuatku pusing. Siang hari dirumah Arsen. Rumah yang besar dan sangat-sangat sepi. Tidak heran kalau Arsen selalu melibatkan aku didalam setiap urusannya. Aku berasumsi kalau Arsen itu kesepian. Aku menghela nafas pelan, tidak tau harus berbuat apa, kesabaranku juga bakalan habis kalau Arsen terus menerus seperti itu.
"Aku..bingung tante" ucapku terus terang.
"Maksud kamu ?"
"Maaf kalau aku lancang tapi aku capek sama sikap Arsen, tante"
Tante Citra meringis. Raut sedih terlihat di wajahnya yang masih terlihat awet muda itu, tidak heran kalau Arsen bisa seganteng itu berkat ayah dan bundanya.
"Sejujurnya tante banyak berharap sama kamu, Arsen cuma bisa nurut kalau tante bawa-bawa nama kamu. Bagi dia kamu itu sangat penting"
Yang benar aja ?
"Eh ?"
"Ya, tante juga yakin dia cinta sama kamu, well meski kalian baru beberapa bulan ini di tunangkan"
Ha ? Aku nggak tau kalau Arsen mencintaiku sampai-sampai tante Citra lebih tau dibanding aku duluan. Aku heran kenapa bisa Arsen mencintaiku padahal aku tidak terlalu peduli padanya dan bahkan aku juga tidak menunjukkan sisi ketertarikanku padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
How To Feel Real
Novela JuvenilSUDAH TERSEDIA DALAM BENTUK E-BOOK DAN BISA DI DOWNLOAD MELALUI GOOGLE PLAY BOOK DAN APPSTORE ^.^ "Apa kamu pernah sadar kalau aku cinta sama kamu ?" Hal terakhir kudengar semalam adalah dimana aku menatapnya penuh tanda tanya, apa benar Arsen berka...