"Eh, Nak Dito? Ayo masuk! Altanya lagi di halaman belakang dekat kolam. Sana gih, temuin!" sapa Emily ramah melihat kedatangan Dito di rumahnya.
"Iya, Tante," jawab Dito, lalu melangkah memasuki halaman belakang rumah Alta, melewati pintu kaca yang terbuka di samping dapur.
Dua hari yang lalu, begitu mengetahui Dito membonceng Alta pulang dalam keadaan tangan yang disangga di depan dada serta wajah yang terlihat pucat, Emily panik bukan main. Segera dia memberondong Alta dan Dito dengan banyak pertanyaan khas seorang Ibu.
Namun, begitu Dito menjelaskan semuanya, wajah Emily berangsur-angsur melunak dan tak jadi marah padanya. Sebelumnya, Emily berpikir bahwa Dito yang menyebabkan putranya cedera. Tetapi, setelah mendengar penjelasan Dito, Emily akhirnya mengerti dan memaklumi bahwa yang terjadi pada anaknya hanyalah kecelakaan kecil biasa dan menerima permintaan maaf Dito serta mengijinkan anak itu datang menjenguk kapan saja. Seperti hari ini contohnya, Emily menyambut kedatangan Dito dengan tangan terbuka layaknya teman Alta yang lainnya.
Selama berkunjung ke rumah Alta, adalah kesempatan bagi Dito untuk berkenalan dengan kedua orangtuanya. Orangtua Alta sangat ramah padanya. Bahkan, kemarin malam Dito dipersilakan makan satu meja bersama mama dan papa Alta. Dito bahkan sempat menyuapi Alta saat anak itu terlihat kesulitan karena tidak biasa makan dengan tangan kirinya. Beruntungnya saat itu, kedua orangtua Alta tak memiliki pikiran negatif atas tindakannya dan berpikir hal itu wajar karena Alta membutuhkan bantuan.
"Al ...?" panggil Dito.
Alta terkejut dan mengerjap kaget begitu melihat Dito yang sudah berdiri di dekatnya. Dia sama sekali tak menyadari kedatangan Dito karena dia pun tak mendengar langkah kaki kakak kelasnya itu.
"Loh, Kak Dito? Kapan dateng? Kok, aku nggak denger suara langkah kaki?" tanya Alta seraya menutup buku yang sedang dibacanya.
"Barusan," jawabnya seraya tersenyum simpul pada Alta. "Jelas lu nggak denger, orang lagi serius baca buku," katanya lagi.
Alta tersenyum malu lalu menepuk sisi kosong di sebelah kursi yang didudukinya. "Duduk sini, Kak!" katanya. Dito mengangguk kecil lalu duduk di sebelah Alta.
"Lu, udah makan?" tanya Dito kemudian.
"Belum. Aku nunggu Kakak dateng. Tadi kan udah janji mau makan bareng," katanya lagi dengan cengiran lebar yang dia tunjukkan pada Dito.
Dito terkekeh kecil melihat ekspresi Alta yang seperti anak kucing. "Lu ternyata imut juga, ya. Bisa-bisanya gua dulu marahin cowok imut begini," katanya seraya mencubit pipi Alta dengan gemas.
Alta mengerutkan hidungnya seraya menatap Dito, lalu segera melepas cubitan Dito di pipinya karena mendengar langkah kaki berjalan mendekat. Emily muncul dari arah dapur membawakan dua gelas air minum untuk Dito dan juga Alta.
"Diminum dulu, Nak Dito. Sambil nunggu masakan Tante selesai. Habis ini, kalian bisa makan bareng," kata Emily disertai senyuman manis yang selalu tersungging di bibir cantiknya.
"Iya, Tante, terima kasih. Dito masih belum laper, kok," jawab Dito lalu mengambil alih baki yang dibawa oleh Emily berisi dua gelas es melon dan satu toples kue kering, lalu meletakkannya di atas meja kecil di depan kursi santai yang mereka duduki.
"Iya, Ma. Aku juga belum laper, kok," sahut Alta.
"Ya udah. Kalau gitu, kalian berdua ngobrol aja dulu. Mama mau lanjut masak," jawab Emily seraya mengusap rambut putranya dengan sayang. Dito dan Alta mengangguk bersamaan sebagai jawaban. Emily tersenyum sekali lagi lalu kembali berjalan ke arah dapur untuk lanjut memasak.
"Mama lu baik banget, ya? Beda banget sama Mami gua yang pernah jahatin lu waktu itu," komentar Dito tiba-tiba.
"Mama emang begitu, Kak. Soal Mami Kak Dito, udah aku lupain kok. Lagian, tiap orang kan beda-beda sifatnya," komentarnya dengan senyum menenangkan, lalu segera mengalihkan pembicaraan. "Oh ya, jadwal latihan basketnya kapan dimulai lagi, Kak?" tanyanya mengalihkan topik obrolan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Between You and Us
General Fiction[SELESAI] __________________________ Altavian Danish, tak pernah membayangkan jika ia akan dipertemukan lagi pada satu kesempatan dengan sosok laki-laki tampan yang dicintainya itu setelah sekian tahun. Anindito Mahawira, cin...