Satu

9 0 2
                                    


Segala sesuatu yang terjadi didunia ini pasti diawali dengan pertemuan. Karna itu, akan kuceritakan bagaimana awal mula pertemuanku dengannya, iya... Dengannya yang juga kusebut sebagai kekasihku walau (yang kuyakini) hanya Aku yang merasakan cinta....

--

Ayah menggendongku di punggungnya ketika pertama kali kami berkeliling melihat halaman belakang rumah yang baru dibelinya.

"Bagaimana? Suka?"

Aku menggeleng, "tidak sebagus 'milik' kita yang dulu."

"Memang kelihatannya kecil, tapi disini nyaman."

"Aku tidak begitu suka, Ayah."

Ayah tersenyum kecil untukku yang sewaktu itu masih berumur lima tahun.

"Bagaimana kalau Ayah menemanimu mencari teman, Ayah perhatikan tetangga sebelah memiliki anak laki-laki."

Benar apa yang Ayah bilang, Aku pun bisa melihat anak yang dimaksudnya itu tengah berdiri malu-malu dibalik pohon ketapang tak jauh dari halaman kami yang hanya dibatasi pagar 1.5 meter.

"Hey, Nak!"

Aku mencengkram rambut Ayah, "Kenapa dipanggil?!" gerutuku.

"Kita harus berkenalan Mei."

Lama kami menunggunya hingga mendekat. Hanya terbatas oleh pagar rumah itulah Aku pertama kali melihatnya, dia tampak seperti anak biasanya hanya saja wajahnya sedikit memerah seperti tomat ketika melihat Ayah. Anak aneh adalah julukan pertama yang kuberikan untuknya didalam hati.

"Siapa namamu?"

Dia hanya diam menundukkan kepala dan menyembunyikan tangan didalam kantong baju kodoknya.

"Bagaimana kalau nanti malam datang kerumah kami? Aku mengundangmu untuk makan malam. Beritahu orangtua mu okay?"

Mau seramah apapun Ayah, tetap saja bibirnya tak mengucapkan sepatah kata pun hingga dia berlari masuk kedalam rumahnya.

"Dia pasti lebih tua darimu Mei."

"Apa dia bisu, Yah?"

"Entahlah, apa kau masih mau berkeliling?"

Aku menggeleng lalu mengeratkan pelukan tangan dilehernya, "Ayok masuk, disini dingin Ayah."

"Baiklah, putri kecil Ayah akan membeku kalau diluar terus. Waktunya bertemu Ratu didapur."

Ayah berlarian kecil mengitari halaman sekali lagi lalu masuk kedalam rumah kami yang dinilai 'nyaman' olehnya. Aku masih bisa melihat senyuman ramah Mama ketika memandang kami dari jauh, begitu hangat, begitu nyaman. Bagiku tidak ada 'rumah' yang lebih nyaman daripada Mama.

--

Aku memperbaiki ikatan rambut Nyonya Esteria yang sedikit berantakan. Hari itu tepat seminggu sejak kepindahan keluarga kami ke kompleks perumahan yang cukup jauh dari rumah lamaku. Rencananya Nyonya Esteria, Aku dan Papa Bear akan mengadakan acara minum teh di halaman.

"Nyonya, bersikap sopanlah. Disini Papa Bear sedang menatapmu." Bisikku pelan ketelinga boneka kain wanita berambut ungu.

Aku menatap Papa Bear sejenak, "Papa, apa tehnya tidak enak?"

"Harus kuberi gula lagi?"

Segera Aku berlari kedalam rumah dan mengambil beberapa sendok gula lalu kembali,

"Aku pikir Papa Bear tidak suka makanan manis, ternyata suka."

"Nyonya Esteria sangat suka membuat kue kering yang manis."

Before You Come BackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang