Chapter 4. Teddy Bear Girl

3.7K 325 26
                                    

No Silent Readers Please ^^
Mohon masukannya ^^

Happy Reading~

●●●●●●●●●

"Anak sekolah memakai lipstik agar terlihat cantik.."
"Heh~ apa aku terlihat seperti anak sekolah yang memakai lipstik?"
"Memasang pita berwarna merah di dada mereka..."
"Aku juga tak memakai pita, kau tahu?"
"Mereka selalu berdusta dengan cara menangis seperti bayi, kepada kekasih atau orang tua mereka.."
"A-a-apa?"
"Memakai sesuatu sebagai tanda kesombongan.."

●●●●●●●●●

○ Taehyung's POV ○

Selama di kelas aku tak bisa mencerna pelajaran dengan baik. Yang ada di otakku hanya bagaimana nasib kami berenam? Bagaimana, serta mengapa Jimin bisa meninggal secepat ini? Saat aku sedang berpikir tiba tiba aku menerima sms, dan ternyata itu adalah sms dari Jungkook
"Sepulang sekolah kita berkumpul di depan kelasku untuk berangkat ke rumah Jimin. Untuk mencari tahu tentang kematian Jimin" isi pesan dari Jungkook aku pun hanya membalas dengan singkat
"Oke" balasku singkat. Bel pulang sekolah pun terdengar. Aku pun segera mengambil tas dan menuju kelas Jungkook, sesampainya disana keadaan hening, kami semua masih shock atas kepergian Jimin, kami juga sedang memikirkan bagaimana nasib kami semua kedepannya, begitu banyak hal yang terlintas di pikiran kami saat itu, sampai akhirnya Jungkook memecah keheningan dengan ajakannya.
"Karena kita semua sudah berkumpul, kalau begitu ayo kita cepat-cepat ke rumah Jimin" ucap Jungkook
"Hm, baiklah" ucapku singkat dan tanpa semangat. Kamipun segera berjalan menuju ke rumah Jimin. Selama di perjalanan suasana antara kami kembali hening, tak ada seorang pun yang membuka obrolan, canggung sekali rasanya, namun aku pun tak bisa melakukan apapun terlebih lagi semua yang terjadi memang merupakan konsekuensi dari apa yang telah kami lakukan kemarin.

Sesampainya di rumah Jimin kami mengetuk pintu rumah Jimin. Tak lama nyonya Park pun mebukakan pintu untuk kami berenam
"Kalian rupanya, ayo mari masuk" ucap nyonya Park mempersilahkan kami untuk masuk, kami pun masuk ke rumah mendiang Jimin. Ku lihat nyonya Park mencoba tersenyum, namun kami tahu senyuman itu merupakan senyuman yang terpaksa untuk menyembunyikan kesedihannya, suasana pun kembali canggung dan hening.
"Ayo silahkan duduk" ucap nyonya Park sembari duduk di sofa. Kami berenam tahu bahwa Jimin hanya tinggal berdua dengan ibunya dan kini Jimin sudah tiada dan itu berarti bahwa nyonya Park hanya tinggal seorang diri sekarang diusianya yang sudah tidak muda lagi, entah kenapa hal itu meninggalkan rasa yang sangat tidak enak di hatiku, sedih, canggung, dan kesal pada diriku sendiri karena tidak bisa menghentikan semuanya sebelum permainan itu dimulai kemarin, hal itu meninggalkan rasa bersalah yang sangat dalam di hatiku.
"Apa yang membawa kalian kemari?" tanya nyonya Park pada kami berenam sambil terus berusaha tersenyum, melihat senyuman lirih di usianya yang sudah tidak muda lagi dan menjalani hidup sendirian membuat hatiku semakin sakit melihatnya, aku pun hanya mampu mengalihkan pandanganku kearah lain untuk menutupi rasa bersalah yang membludak di hatiku.
"Kami mohon maaf nyonya jika kedatangan kami mengganggu istirahat anda, kedatangan kami kesini untuk mengungkapkan bahwa kami turut berduka yang teramat dalam atas meninggalnya Park Jimin yang tidak lain adalah salah satu dari sahabat terbaik kami, selain itu kalau diizinkan kami berenam ingin melihat kamar Jimin. Apa anda tidak keberatan?" Ucap Yoongi menjelaskan maksud kedatangan kami berenam pada nyonya Park. Hoseok yang duduk disampingku pun merangkul bahuku dan mencoba untuk menguatkanku, begitu pula dengan Yoongi yang memegang tanganku dan menguatkanku.
"Ah terimakasih sebelumnya, tentu saja kalian boleh melihat kamarnya, kalau begitu mari saya antar" ucap nyonya Park bangkit dari duduknya dan mengantar kami berenam ke kamar Jimin. Begitu pintu kamar Jimin terbuka, aku tak kuasa menahan mual di perutku yang disebabkan oleh bau darah yang teramat sangat menyengat, ditambah dengan adanya bercak bercak darah di hampir seluruh dinding kamarnya, mataku terfokus pada foto yang terpajang di meja belajar Jimin, itu adalah foto kami bertujuh yang diambil pada saat kami menghadiri turnamen basket yang dimenangkan Yoongi, namun foto itu kini dipenuhi oleh bercak darah milik Jimin.
"Saya sengaja menyuruh pihak kepolisian untuk tidak mengubah ataupun membersihkan kamar ini" ucap nyonya Park menjelaskan. Menurut dokter, Jimin meninggal karena tulang belakangnya patah dan menusuk organ dalamnya. Yang membuat kami tak mengerti dan tak dapat dimasuki akal adalah makhluk macam apa yang mampu mematahkan tulang belakang seseorang dan membuatnya meninggal dengan mudah?
"Nyonya hal apa yang terakhir kali dilakukan oleh Jimin?" Tanya Jin
"Hmm, saya sendiri tak begitu yakin, karena saat kejadian saya kebetulan sedang tak ada di rumah, tapi saya rasa Jimin hanya bermain dengan laptopnya seperti biasa" jelas nyonya Park
"Nyonya apa boleh kami melihat laptopnya?" Tanya Namjoon
"Ah iya tentu saja, tunggu sebentar biar saya ambilkan" ucao nyonya Park keluar dari kamar Jimin
"Aku bingung, makhluk seperti apa yang mampu mematahkan tulang seseorang hingga membuatnya meninggal dunia? Bahkan aku yang merupakan atlet taekwondopun ku rasa tak akan sanggup melakukannya" ucap Jungkook
"Entahlah, itu sebabnya kita semua disini bukan begitu?" Jawab Hoseok, tak lama nyonya Park pun kembali dengan membawa laptop milik Jimin
"Ini laptopnya sudah saya bersihkan" ucap Nyonya Park menaruh laptopnya diatas kasur
"Ya sudah saya tinggalkan dulu ya, saya akan masak makan malam dulu. Kalian boleh mengambil satu barang untuk mengingatkan pada anak saya" ucap nyonya Park meninggalkan kami berenam di dalam kamar Jimin. Hoseok pun membuka laptop milik Jimin dan melihat history di browsernya, kami menemukan tab yang belum di tutup dengan judul 'video kutukan'
"Video Kutukan?? Jadi Jimin membuka pop up virus video yang mengandung kutukan itu?!" Ucap Yoongi
"Kau tahu tentang video ini hyung?" Tanyaku, Yoongi pun mengangguk, memang sejak dulu di balik sifatnya yang dingin Yoongi selalu saja tertarik dengan hal hal suprantural seperti ini
"Video ini mengandung kutukan, siapapun yang melihat pop up video ini akan mati terbunuh oleh makhluk yang ada di dalam video ini" jelas Yoongi, karena kami merasa bukti dan keterangan sudah cukup, kamipun keluar dari kamar Jimin dan menuruni tangga, kami melihat nyonya Park sedang menyiapkan diatas meja makan
"Oh? Kalian sudah mau pulang?" Tanya nyonya Park melihat kearah kami
"Iya nyonya kami baru akan pulang" jawab Namjoon hyung
"Kenapa buru buru sekali? Mari makan dulu disini, lagi pula hari ini masih sore" ucap nyonya Park, jujur saja perut kami lapar karena sedari tadi kami belum makan apapun, kami pun melihat keadaan nyonya Park, akhirnya kami menerima tawaran nyonya Park untuk makan malam bersama, kami berenam duduk bersama di meja makan sambil sedikit bercanda gurau, terlintas di pikiranku tentang semua kenangan kenangan yang telah kami lewati bertujuh bersama Jimin selama ini, hatiku menyalahkan diriku dan perbuatan nekat yang telah kami perbuat, seandainya saja saat itu kami tak bermain permainan terkutuk itu, mungkin saja kami bertujuh masih bisa untuk bercanda, tertawa, sedih, makan dan terus bersama seperti biasanya, dan tanpa kusadari aku pun menangis
"Taehyung! Taehyung! KIM TAEHYUNG!" Panggil Jungkook membuyarkan lamunanku
"Hm ya?" Jawabku sambil menghapus air mata di pipiku
"Kenapa kau menangis? Cepat dimakan makanannya" ucap Hoseok padaku, lalu aku pun mulai menyantap makanan yang tersaji di depanku
"Sudah lama aku mengharapkan suasana ramai seperti ini, terlebih lagi kini Jimin sudah tiada" ucap nyonya Park dengan air mata yang sudah berlinang di pelupuk matanya
"Tegarlah nyonya, kami tahu ini sangat berat tapi kita harus merelakannya pergi" ucap Jin
"Ahh terimakasih karena sudah menjadi sahabat anakku selama ini" ucap nyonya Park tersenyum
"Iya nyonya, kalau begitu kami pamit pulang" ucap Yoongi sambil membungkukkan badannya memberi salam pada nyonya Park
"Ah baiklah, maaf aku tak bisa mengantar kalian" ucap nyonya Park
"Tak apa nyonya, maaf sebelumnya kami merepotkan" ucap kami berenam membungkukkan badan kami sebagai tanda hormat. Kamipun berjalan meninggalkan rumah Jimin, terbesit di hatiku rasa takut. Karena aku tahu cepat atau lambat kami akan meninggal satu persatu. Kami pun berjalan bersama sampai tiba di persimpangan
"Kita berpisah disini saja ya?" Ucapku
"Tapi bukankah jalan menuju rumah masih didepan sana Tae?" Tanya Jin yang merupakan kakak kandungku
"Iya, ingatlah Kim Taehyung kematian sedang mengintai kita, jadi kita perlu waspada" ucap Hoseok padaku
"Ohh ayolahh, lagi pula meskipun kita semua tetap pulang bersama tapi itu belum tentu kita bisa sampai rumah dengan selamat bukan? Lagipula aku mengambil jalan ini karena mau mengambil buku tugas di rumah teman sekelasku" ucapku pada mereka, tentu saja aku berbohong. Sebenarnya aku hanya sedang ingin menyendiri, dan menenangkan diri dari masalah yang sangat membuatku shock ini
"Kalau begitu kita bersama saja" ucap Jin
"Ayolah Bang... Adikmu ini bukanlah lagi anak kecil, aku pasti baik baik saja hm?" Ucapku tersenyum meyakinkan Jin agar tidak cemas
"Baiklahh! Tapi ingat kau harus tetap berhati hati!!" Ucap Yoongi
"Oke oke aku mengerti" ucapku
"Baiklah kita berpisah disini" ucap Namjoon
"Sampai bertemu besok" ucap Jungkook padaku. Aku hanya mampu tersenyum karena jujur saja aku tak yakin bisa berjumpa lagi dengan mereka besok. Aku pun berjalan lurus ke arah terowongan jalan menuju danau tempatku biasa menenangkan diri, terowongan itu terlihat sangat panjang dan gelap. Akhirnya, aku memasuki terowongan gelap itu. Sepi, gelap, dan panjang. Seketika nyaliku menciut melihat gelapnya terowongan ini, ingin sekali aku berlari kembali menghampiri mereka sambil mengatakan 'ahahah tak jadi, ku pikir lebih baik aku bersama dengan kalian' sambil tertawa garing namun, aku tahu pasti mereka berlima akan menertawaiku akhirnya, aku membulatkan tekad untuk berjalan menyusuri terowongan ini. Tiba tiba aku melihat seorang wanita berdiri dihadapanku sambil memegang boneka beruang. Entah kenapa, saat melihat wanita itu seketika bulu kudukku merinding namun, aku tak mempedulikannya dan terus berjalan melewati wanita itu
"Anak sekolah memakai lipstik agar terlihat cantik.." ucap wanita itu dengan suara yang mengerikan, akupun berbalik memandangnya
"Heh~ apa aku terlihat seperti anak sekolah yang memakai lipstik?" Ucapku terkekeh
"Memasang pita berwarna merah di dada mereka..." ucap wanita itu sambil mulai mendekat kearahku
"Aku juga tak memakai pita, kau tahu?" Ucapku meledeknya
"Mereka selalu berdusta dengan cara menangis seperti bayi, kepada kekasih atau orang tua mereka.." ucap wanita itu dengan suara yang semakin mengerikan
"A-a-apa?" Tanyaku mulai ketakutan
"Memakai sesuatu sebagai tanda kesombongan.." ucap wanita itu semakin mendekat kearahku sambil mengeluarkan pisau
"M-m-maksudmu?" Tanyaku mulai berjalan mundur mencoba menjauh
"Hanya untuk kematian" ucap wanita itu menunjukkan pisaunya sambil memandang ke arahku dengan tatapan yang menakutkan, aku berlari sekencang kencangnya untuk menjauhi wanita itu namun, wanita itu lebih cepat dariku. Aku pun berlari semakin cepat namun, aku masih kalah cepat dibandingkan wanita itu. Wanita itu berdiri di hadapanku dan menaikkan ku ke atas terowongan dan menggantungku diantara pipa pipa penopang terowongan, wanita itu melayang dan mengeluarkan pisau yang digenggamnya. Aku memejamkan mata ketakutan, terasa ada benda dingin dan tajam menempel di telinga kiriku, aku merasa telingaku sangat sakit seperti sedang dipotong aku pun memberanikan diri untuk membuka mata dan memegang telingaku namun, aku tak bisa merasakan telingaku masih berada di tempatnya. Aku hanya mampu menangis dan berteriak sambil memegang tempat dimana seharusnya telingaku berada dengan darah yang bercucuran dari telingaku.
"A-Arrrrgghhhh... arghhhhhh" teriakku kesakitan. Kulihat wanita itu sedang menjilati telinga kiriku yang baru dipotong dengan darah segar yang masih keluar menetes dari telingaku yang digenggam oleh wanita itu. Perutku terasa mual melihatnya, wanita itu melihat mataku, ku rasa dia menyadari bahwa aku menggunakan lensa kontak
"Tidakk aku mohonn jangan sakiti aku lagi!" Ucapku memohon sambil menangis namun, ku rasa permohonanku itu sia sia. Makhluk itu mencongkel mataku keluar, ku rasakan sakit yang teramat sangat di kelopak mataku, mampu kurasakan darahku menetes menyusuri pipiku, akupun kembali berteriak,
"ARGHHHHHH... ARRGHHHHH!!!"tak lama kemudian ku rasakan ada sebuah benda tajam dan dingin yang ku yakini itu adalah pisau yang dibawa oleh wanita ini, pisah itu terasa menyusuri leherku, aku baru tersadar bahwa saat ini aku sedang memakai sebuah kalung, terasa sakit yang teramat sangat di daerah leherku, ya aku merasakan bahwa kulit leherku mulai tersayat sedikit demi sedikit, dalam hatiku hanya mampu berteriak
"Tuhan! Bunuh saja aku!!" Teriakku dalam hati, lalu tiba tiba saja aku merasakan sakit pada leherku bertambah sakit, perih dan panas, kurasakan kesadaranku mulai menipis sedikit demi sedikit...

○ Author's POV ○

Setelah makhluk itu memotong leher Taehyung akhirnya, Ia pun meninggal dengan darah yang membanjiri tubuhnya dan, kepalanya berada di jalan tanpa leher. Wanita itu tersenyum dan berkata
"Terimakasih atas 'hadiahnya'" ucap wanita itu tersenyum lalu menghilang

- To be continued -

Nightmare [BTS FANFICTION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang