Amsterdam, 5 Juni 1988
"Aku ingin menulis. Menulis untuk melupakan. Melupakan yang tidak bisa terlupakan.Mengingat kembali lubang hitam merenggut mentari fajar yang datang di setiap waktuku. Mengingat kejam nya takdir melukiskan cinta.
Tetapi jika dua orang memang benar-benar ditakdirkan untuk bersama, maka Tuhan tetap akan mempersatukannya dimana pun mereka berada. Termasuk di alam sesudah dunia.Teruntukmu, kasihku"
***
Batavia, 12 Oktober 1930
"Fajar bunga ini harum sekali.. aku menyukainya.. Tapi apakah kamu lebih menyukainya? Huft! Padahal kan aku lebih cantik dari bunga ini!" Ucap seorang anak kecil berusia 5 tahun
"Tidak Rose, bunga ini aku petik karena bunga ini cantik, seperti kamu. Kamu janji yah akan menyukaiku selamanya? Janji kita akan bertemu lagi? Janji? Janji??"
Gadis bernama Rose itu tersipu malu. Pipinya merona. Layaknya seorang anak kecil yang polos, ia pun menjawab
"Iya!"
***
Rotterdam, 8 September 1955
"Bangun kau keparat!"
Buggghh!! Pemuda berkulit sawo matang itu terhempas ke lantai setelah kepalan tinju mendarat di rahang nya.
Darah di rahangnya mengalir deras. Keadaannya mengenaskan.Tamparan, tinju yang entah sudah berapa kali melayang mendarat di tubuh pemuda itu yang kondisinya sudah setengah sadar tak membuat lelaki tua berambut putih itu puas memukulinya.
"AYAH!! Ampuni dia! Dia tak bersalah! Ayah benar-benar keterlaluan! Jangan sakiti dia Ayah! Dengarkan dulu putrimu ini Ayah.. Tidak semua pria di dekatku harus Kau nilai jahat.. kumohon ampuni dia.." Suara seorang wanita terdengar dari kejauhan
"Buat apa kau membela pemuda tak tahu malu ini? Siapa suruh kau menemuinya? Siapa dia Rose?! SIAPA?!"
"Dia teman lamaku di Indonesia ayah! Ayah tidak tahu? Ayah telah membantai keluarganya hanya karena mereka berhutang sepetak tanah! Ayah membunuh mereka disaat tanggal belum jatuh tempo! Aku pun malu menganggap Ayah sebagai ayahku! Aku tak mau mempunyai ayah yang kejam?!" Air mata yang selama ini dipendam akhirnya mengalir deras.
"Ambilkan korek nya!" Perintah lelaki tua berambut memutih itu
"Ini yang mulia."
Sambil tertawa lelaki itu menghisap rokok di tangannya. Rokok yang hanya bisa di miliki bangsawan Belanda kala itu.
Diliriknya sebentar putrinya itu, kemudian tawanya kembali menggema di ruang keluarga itu.
Wanita bernama Rose itu berlutut di depan ayahnya meminta pengampunan yang hampir setiap hari Rose lakukan untuk membebaskan nyawa orang yang tidak bersalah.
Suara ayahnya memecah keheningan
"Tahu menahu apa kau tentang kekejaman?! Ayah ini miliuner di negara ini! Ayah bangsawan di negara ini! Ayah sangat di hormati semua orang, Ayah bisa melakukan semua yang Ayah mau! Bahkan membantai 7 keturunan keluarganya hahahaha!! Dengar Rose, apa kau tidak bisa berfikir siapa dia dan siapa keluarga kita, ha?!" Lelaki berambut memutih itu menggebrak meja kaca di depannya.
Para pembantu di rumah itu yang mengintip dari dapur untuk melihat kejadian harian itu pun sontak kaget, dan lari terbirit birit masuk kembali ke dapur
..
Wanita bernama Rose itupun kembali menangis. Dengan sisa-sisa tenaganya dan suara nya yang serak karena teriakan-terikan sebelumnya, Ia sangat ingin menyelamatkan orang yang pernah menghiasi hidupnya dimasa kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny [ONE SHOOT]
Short StoryMy first One Shoot yey! Bercerita tentang dua cinta abadi yang tidak hanya hidup di dunia tetapi akan tetap kekal bahkan setelah meninggalkan alam dunia. Event of: @vanity_group Happy reading~