sadarkanlah aku. ( Concious - Broods)

29 4 1
                                    


Aku terbangun dari tidurku, tidak, mimpiku. Astaga, kali ini mimpi buruk lagi. Aku mencoba bernapas, dari hidung dan keluar lewat mulut. Namun sepertinya tidak bisa berhasil. Aku mencoba tidur. Hasilnya, nihil. Tidak bisa. Yang kuingat, aku bermimpi soal dipermalukan. Sepertinya dipermalukan ke-35 rekan-rekan sekelasku. Aku benci itu. 'Itu' yang kumaksud yaitu, dipermalukan. Ayo, tidurlah. Tidurlah.

Aku tahu itu cuma mimpi. Tapi rasanya seperti nyata. Nyata sekali. Aku tidak ingat mengapa aku dipermalukan di mimpi itu. Yah, begitulah. Oh tidak.

Tiba-tiba trauma itu menghantam pikiranku dengan dahsyatnya. Aku merasa air mataku mulai menyengat di belakang bola mataku, kemudian ke urat-urat sekitar mataku. Lalu keluar dengan sendirinya. Aku biasa dengan menangis malam-malam begini. Namun baru kali ini aku merenung soal perbedaan kenyataan dan mimpi.

Jadi begini: Kenyataan lebih menyenangkan daripada mimpi.

Aku biasa dikritik dan dipermalukan di depan umum, bahkan hampir tak pernah lari ke toilet terdekat hanya untuk menangis. Sebagian besar, aku masih bisa mencari solusi dan secara harafiah, mengatur nasib. Jadi, misalnya aku tidak siap dengan wawancara atau semacamnya, aku bisa menarik beberapa tali agar wawancara tersebut diundur atau semacamnya.

Tapi mimpi. Mimpi.

Aku tidak bisa mengatur mimpi.

Tangisanku yang mulai kering, mulai basah kembali.

Aku tidak pernah ingin tidur lagi. Aku tidak mau. Namun jika aku tak tidur, aku pasti dipermalukan lagi esoknya, entah karena kantung mataku, atau mungkin wajahku yang tampak lelah.

Namun ini kenyataannya. Aku harus berjuang menghadapi mimpi, hanya untuk bisa bangun keesokannya.

Pelan tapi pasti, mataku mulai berat, aku mulai memejamkan mataku.

Aku menunggu semua hal buruk yang mungkin datang ke dalam mimpiku. Aku menunggu, dan menunggu.

Kemudian muncul sesuatu. Kira-kira sebesar lenganku. Aku rasa, itu boneka beruang milikku semasa kecil. Aku mulai merasa tenang. Mungkin ini akhir dari mimpi burukku. Mungkin. Ternyata aku salah.

Tiba-tiba boneka itu berubah menjadi beruang sungguhan, yang mungkin juga mutan. Aku tidak yakin. Boneka, bukan, mutan itu menyergapku. Menyerangku. Kemudian mutan itu berubah kembali ke wujud boneka. Di sekelilingku banyak orang yang menertawakanku. Semuanya seperti berputar-putar, pelan dan memusingkan. Ada yang berteriak bahwa aku takut pada bonekaku sendiri. Oh tidak. Oh tidak. Tidak.

Aku terbangun kembali. Kepalaku terasa sakit. Setelah melihat jam, kira-kira ini pukul 03.00. Aku ke dapur untuk mengambil minum. Kakakku juga sedang duduk di kursi makan. Aku bertanya apakah dia juga tidak bisa tidur karena mimpi buruk. Ternyata benar. Aku bilang bahwa aku juga. Lalu ia menanyakanku apakah aku mau tetap bangun bersamanya. Tentu saja, kujawab mau.

Kami berusaha sadar. Sadar. Tetap bangun. Saling menenangkan diri satu sama lain. Ini nyata. Ini bukan mimpi lagi.


***

Sorry for the lack of update for SBBS,  but I got this light bulb so long time ago yet could write it now, so why not?

Inspirasi dari lagu karya duo Broods bertajuk Conscious dari album dengan judul yang sama.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 16, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

songs.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang