chapter 8 (end)

1.8K 83 3
                                    

Prilly pov

Sudah 9 hari aku koma..

"Hei bangunlah. Apa kau tidak lelah selalu tertidur seperti itu? Bangunlah, kami semua merindukan kehadiranmu."

Suara itu kembali terdengar. Suara yang tak asing di telingaku, namun aku tak kunjung mengetahui siapa pemilik suara hangat yang hampir setiap hari datang bercerita dan menemaniku.

Alam bawah sadarku terus menuntunku ke tempat asing setiap harinya. Tempat yang seingatku belum pernah aku datangi. Ini sudah berlangsung cukup lama, dua bulan mungkin.

" illy, apa kau mendengar mama? Semua temanmu datang menjengukmu hari ini. Sahabatmu mila dan itte juga datang. Bangunlah nak, kami semua merindukanmu."

Suara mama terdengar jernih saat aku sedang mengitari taman bunga di alam bawah sadarku.

" prilly , apa kau mendengarku? Ini aku mila dan itte. Kita udah gak marahan lagi kok jadi kamu tenang ajh yaa. Prill.. Kita berdua serta teman-teman di sekolah sangat merindukanmu. Cepatlah pulih." Suara mila juga terdengar jelas.

Semua teman dan kedua sahabatku terus mengajakku berbincang, tak lupa juga mereka saling bercerita tentang pengalaman yang pernah mereka lalui bersamaku.

Aku hanya tersenyum dan tertawa kecil mendengar cerita mereka. Ingin rasanya aku bangun, namun apalah daya, Tuhan belum mengizinkan.

Kudengar satu persatu dari mereka pulang. Hari-hariku akan sepi kembali. Mamalah yang terakhir pulang. Aku mendengar suara tangisnya memecah keheningan ruangan. Aku tak suka melihat mama menangis, aku ingin memeluknya.

" illy , mama merindukanmu. Maaf mama belum bisa menjagamu dengan baik, sayang. Mama juga merindukan papa. Bangunlah nak, mama kesepian disini." Setetes air mata mama jatuh membasahi lenganku, aku dapat merasakannya.

"Maaf mama, illy ingin memeluk mama, tapi Tuhan belum mengizinkan." Hanya itu yang dapataku katakan dari alam bawah sadar sini, semoga mama dapat mendengarnya.

"Tante, biar saya yang menjaga prilly . Tante pulanglah dan beristirahat. Jika terjadi sesuatu atau ada kabar baik dari prilly akan saya kabarkan." Sesosok pria masukke dalam ruangan.

Ternyata suara lelaki itu lagi. Dari semua suara yang aku dengar hanya suaranya yang tak dapat aku kenali.

"Kamu sudah datang. Terima kasih ali . Tante berutang budi banyak padamu. Tante yakin prilly sangat senang dengan kehadiranmu."

"Sama-sama. Jangan sungkan."

Kini hanya aku dan pria bernama ali itu. Ia mulai mengoceh dan bercerita tentang kegiatan di sekolahnya dan tugas yang mulai menumpuk.

Ia juga membacakan beberapa materi pelajaran yang tertinggal selama aku koma di rumah sakit.

"Aku mendengar dari beberapa teman di sekolah bahwa kamu tidak akan pernah bangun dari koma ini. Tapi beberapa teman dekat, sahabatmu di sekolah serta aku tak berhenti berdoa untukmu. Aku yakin kau akan sembuh prilly ."

Dia mulai menggenggam tanganku erat. Genggamannya sangat hangat dan lembut.

"Aku tidak tahu kau mengenali suaraku atau tidak, tapi aku merindukanmu. Merindukan kehadiranmu yang selalu diam-diam memperhatianku dari kejauhan. Tersenyum manis menatapku, mengalihkan perhatian saat aku mencoba menatap matamu, dan menjadi salah tingkah saat aku menyapamu. Aku sangat merindukan saat-saat itu." Mataku mulai berkaca-kaca.

Aku mencoba menahan sebulir air bening yang hendak keluar dari mataku. Kata-katanya mulai mengembalikkan memori yang sempat terlupakan olehku. Ali . Ali syarief . Ya aku mengingat nama itu. Aku mengingat suara hangat itu. Bahkan setiap inci dari wajahnya.

Surat UntukmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang